Demand adalah seorang petarung maniak dan menakutkan di sekolah Giulietta. Pertarungan selalu ada di depan mata, tanpa pandang bulu, hanya ada perkelahian baginya. Sebuah geng ataupun seorang individu, yang kuat ataupun yang lemah, yang memiliki kuasa atau tidak, semuanya akan dimusnahkan.
Rekannya Miller sedang diculik oleh sekelompok geng misterius, tanpa ragu Demand datang seorang diri ke markas geng tersebut. Dalam beberapa saat geng itu dibuatnya tak berkutik dan hancur dikalahkan olehnya.
Namun ternyata seorang wanita cantik terlibat dalam masalah itu dan juga sedang disandera, ia bernama Lasiana. Seorang wanita cantik dengan karakter pemalu dan baik hati itu membuat Demand mengalami cinta pandangan pertamanya. Tapi... siapa sangka hal itu akan membawanya kepada kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Novri Al-zanni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masalah Semakin Rumit
Dahulu ... aku memang suka berkelahi dan tidak pandang bulu. Mau lawanku kuat, berbadan besar, dan berbahaya sekalipun, itu sama sekali tidak membuatku gentar. Jika sudah memilih jalan itu, maka aku harus melanjutkannya dan jangan berpaling ke belakang. Tidak dapat dipungkiri jika setelah bertarung aku memang babak belur, tapi bukan berarti aku kalah.
Tapi ... ada sesuatu yang seharusnya tidak kulakukan saat ini. Karena sepertinya aku sedang membuat kesalahan besar saat ini. Karena waktu itu aku mengalahkan Adams dua bulan lagi jika dihitung dari waktu sekarang. Lalu aku mengalahkan Bryan saat kelas tiga, seingatku saat hari pertama masuk di kelas tiga, aku langsung mencari Bryan dan mengalahkannya. Diriku yang dulu memang benar-benar gila.
Tapi aku tidak yakin dengan kekuatanku yang saat ini apakah aku bisa mengalahkan mereka berdua sekarang?. Memang benar aku dan Miller menjadi lebih kuat sekarang karena skill bertarung kami masih ada walaupun waktu sudah di putar kembali. Tapi yang jadi masalah adalah otot-ototku yang tidak sebesar dulu.
"Hei hei hei ... sepertinya aku mengenalmu. Kau pasti si petarung maniak yang sedang naik daun kan, Demand dan anjing setianya Miller." Ucap Adams yang menatap remeh kami.
Kami terkepung, Bryan, Adams, dan juga para bawahannya sedang mengelilingi kami berdua. Ini situasi yang benar-benar gawat sekali, aku harus mencari cara untuk keluar dari masalah ini. Meskipun hal ini sama sekali bukan diriku yang dulu, yang tidak akan berjalan mundur setelah melangkah. Tapi karena sekarang aku memiliki tujuan untuk mengubah masa depan, tidak masalah untukku sama sekali.
"Kau bilang apa barusan? jawab pertanyaanku makhluk lemah." Ucap Bryan dengan aura yang mengintimidasi kami.
Saat itu, Miller terlihat diam saja dan menurunkan pandangannya. Sepertinya dia takut ... ya, aku bisa memahami perasaannya. Aku juga sadar akan kekuatanku yang sekarang pasti tidak akan bisa mengalahkan mereka. Tapi sepertinya pemikiranku tentang Miller salah, hingga akhirnya dia mengatakan sesuatu yang keren.
"Hei ... kudengar kalian adalah orang-orang kuat di sekolah ini. Apakah orang kuat hidup secara berkelompok seperti itu?" ucap Miller sambil tersenyum menyeringai ke arah mereka.
"Apa kau bilang!" ucap Adams yang kesal dan ingin langsung menghajar Miller, namun aksinya dihentikan oleh Adams.
"Tenanglah Adams, seekor singa tidak perlu menghiraukan seekor anjing." Ucap Bryan dengan bersikap dingin. sifatnya memang sudah seperti ini sejak dulu, aku tidak pernah menanyakan kenapa dia selalu bersifat seperti ini sebelumnya saat kita berteman dan membuat kelompok.
Karena keadaan sudah menjadi lebih rumit, tidak mungkin kami akan lepas dari anak-anak nakal ini. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, tapi berkat Miller aku jadi lebih percaya diri bahwa aku bisa mengalahkan mereka. Aku sungguh berterima kasih padamu, Miller ... kalau begitu sisanya serahkan padaku!.
"Hei ... jika kau memang seorang pentolan di sekolah ini, maka tunjukkan kejantananmu dan mari duel denganku." Ucapku dengan memasang wajah serius, sial aku benar-benar menjadi semangat dan tidak sabar untuk mengalahkannya. Sepertinya jiwa mudaku kembali karena aku berada di masa ini sekarang.
Mau bagaimana lagi! yang namanya masa muda ditambah lagi dengan keadaan Sekolah yang seperti ini, hanya inilah jalan satu-satunya jika aku dan Miller ingin mewujudkan tujuan kami. Anak-anak nakal seperti mereka yang susah mendengar perkataan orang lain, hanya dengan satu cara untuk mengubahnya kan, yaitu dengan kekerasan.
"Kau ... benar-benar tidak tahu diri, aku tunggu kau pulang sekolah nanti di atap sekolah," ucap Bryan yang kemudian pergi dan para bawahannya ikut pergi bersama dengannya pergi meninggalkan kami.
"Lalu kau anjing setia Demand, kau akan menjadi lawanku." Ucap Adams sebelum pergi mengikuti Bryan.
Aku dan Miller membatu seketika karena kami sudah terlalu bersemangat dan berharap pertarungan akan segera dimulai. Tapi nyatanya pertarungan akan diadakan sepulang sekolah nanti. Ini benar-benar menyebalkan, karena kami harus mengumpulkan semangat bertarung lagi jika pertarungannya ditunda.
Tapi ini bisa menjadi kesempatan kami untuk mendiskusikan suatu hal untuk pertarungan kami. Mengenai bagaimana cara dan rencana yang akan kamu lakukan sebelum memulai pertarungan. Aku dan Miller pergi ke gazebo untuk membicarakan hal penting ini dan tidak mengikuti jam pelajaran selanjutnya.
"Apakah kita harus melakukan ini?" ucap Miller yang terheran-heran padaku karena dia sendiri yang bilang akan mengubah sekolah ini tapi dia sendiri malah bolos jam pelajaran.
"Kita terpaksa melakukannya, ada hal penting untuk harus kuberitahu padamu, Miller." Ucapku dengan sangat sangat serius.
Karena aku tahu betul mereka lawan seperti apa saat aku bertarung dengannya. Lalu ini juga karena sebelumnya Miller belum pernah bertarung dengan salah satu dari mereka. Hanya aku yang tahu seperti apa kuatnya mereka berdua karena setelah berkelahi dengan mereka aku selalu babak belur dan tentu saja pemenangnya aku. Banyak hal yang harus kuberitahu pada Miller mengenai Adams yang menjadi lawannya nanti.
Sementara itu di kelasku, para murid sedang anteng memperhatikan materi yang sedang diterangkan oleh guru mereka meskipun tidak ada aku di kelas itu. Mungkin jika tidak ada Roy di kelas itu, mereka akan bersikap seperti biasanya, karena mereka mengira Roy telah bersekutu denganku dan Miller saat aku mengajaknya ke kantin saat di kelas.
"Pak guru, aku izin ke kamar mandi," ucap Roy yang pergi begitu saja sebelum dipersilahkan untuk pergi.
"Aku? hah ... setidaknya sikap mereka berubah," ucap pak guru dengan bernafas lega.
"Hei Roy sudah pergi tuh, jadi kita bisa bersikap seenaknya lagi," bisik para siswa yang ingin memulai aksinya kembali.
Sementara itu pintu kelas terbuka kembali dan, "Oh iya, jika aku mendengar atau melihat kelas ini membuat keributan, aku akan mengganti Demand dan Miller untuk menghajar kalian." Ucap Roy dan Brak! ia membanting pintunya dengan keras.
Lalu seketika para murid di kelas terdiam dan mengurungkan niat mereka karena takut dengan ancaman yang diberikan Roy. Akhirnya murid di kelas itupun terdiam sunyi dan hanya bisa memperhatikan guru mereka yang sedang mengajar. Sebenarnya ... Roy bukan pergi ke toilet, dia membohongi gurunya untuk pergi bersantai di luar kelas.
Kelas kami berada di lantai dua, sesuai dengan tingkat kelasnya. Kelas satu berada di lantai satu, kelas dua berada di lantai dua, dan kelas tiga berada di lantai tiga. Roy yang baru saja keluar kelas langsung loncat dari lantai dua dan mendarat di atap gazebo. Bruak! aku dan Miller yang sedang berdiskusi bersama terkejut mendengar ada sesuatu yang jatuh di atap gazebo.
Kami segera keluar dan melihat benda apa yang baru saja jatuh di atap gazebo. Kami terkejut bahwa yang jatuh di atap gazebo itu tidak lain dan tidak bukan adalah Roy. Sebenarnya apa yang baru saja ia lakukan! jantungku hampir copot karena ku pikir gazebonya akan roboh karena tertimpa sesuatu yang besar.
"Apa yang kau lakukan di atas sana!" ucapku kepada Roy.
"Aku ingin berjemur ... disini," ucapnya yang membuat kami menganga mendengar ucapannya.
Yang benar saja! dia akan berjemur di atas sana?! memangnya tidak ada tempat lain yang lebih bagus selain di atap gazebo. Padahal sebelumnya aku belum pernah melihat Roy melakukan hal ini. Oh iya aku hampir lupa, aku harus menanyakan pembicaraan sebelumnya saat di kantin yang belum terselesaikan.
"Roy turunlah ... kita harus menyelesaikan pembicaraan kita sebelumnya," ucapku.
Kemudian Roy turun dan menghampiri kami, lalu aku dan Roy berbicara, "Aku tidak akan membantu kalian ... atau bisa dibilang aku berada di pihak yang netral." Ucap Roy yang kemudian pergi meninggalkan kami.
Ya, seharusnya kami tidak berharap besar pada Roy, ujung-ujungnya kami malah kecewa. Kalau begini, kami hanya perlu perlahan-lahan membujuk orang-orang yang bisa membantu kami dan setuju untuk melakukan perubahan terhadap sekolah ini. Jadi aku dan Miller kembali membicarakan pertarungan yang akan kami hadapi nanti.
Beberapa jam telah berlalu ...
Kring! kring! bel sekolah sudah berbunyi yang menandakan waktu sekolah sudah berakhir. Murid-murid sudah bisa pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Tapi ini benar-benar di luar dugaan, seluruh murid tidak pulang karena berita tentang kami yang mengajak duel pentolan sekolah beserta wakilnya sudah menyebar luas.
Alhasil para murid berbondong-bondong pergi ke atap setelah jam pelajaran berakhir untuk menonton pertarungan yang sangat menarik dan sangat dinantikan ini. Seluruh murid menonton membentuk lingkaran, dan di tengah-tengah lingkaran hanya ada kami berempat. Aku, Miller, Bryan, dan Adams yang siap untuk bertarung.
"Waaaaaaaaa! Horeeeeeee!" teriak para murid yang menonton yang menggelegar.
Padahal pertarungan belum di mulai, tapi suara teriakan pada penonton sudah membendung seketika. Saat ini kami saling berhadapan satu sama lain dengan lawan yang akan kami hajar.
"Kau sudah siap? makhluk lemah?" ucap Bryan padaku yang terlihat dengan jelas ia sangat membenciku.
"Aku sudah siap untuk menghajar orang bodoh sepertimu!" ucapku yang memancing amarahnya dengan tersenyum lebar.
"Anjing Demand, aku tidak sabar ingin mendengar kau menggonggong kepada tuanmu," ucap Adams dengan kata-katanya yang membuat Miller sangat kesal.
"Kita lihat di akhir pertarungan nanti, siapa yang akan menggonggong!" ucap Miller yang mengernyitkan dahinya karena sangat kesal.
Lalu pertarungan akhirnya ditentukan, mengenai siapa yang lebih dulu untuk bertarung. Tentu saja, yang paling kuat akan bertarung di akhir kan, jadi Miller dan Adams akan bertarung lebih dulu dibandingkan dengan kami. Sementara itu aku dan Adams duduk di pinggir para penonton dan disediakan kursi khusus untuk kami duduk.
Lalu sebentar lagi pertarungan Miller dengan Adams akan segera di mulai, saat wasit akan memberikan aba-aba dan meniupkan peluitnya. Aku hanya bisa berharap aku dan Miller akan memenang
kan pertarungan ini, dengan begitu sebagian besar masalah anak-anak nakal di sekolah ini bisa teratasi. Karena para bawahan pasti akan tunduk kepada yang lebih kuat.
"Baiklah! semua peserta bersiap-siap! dalam hitungan satu ... dua ... tiga! priiiiiit!"
Pertarungan Miller dan Adams pun akan segera dimulai!.