Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata...
" Wilona! " Rangga terkejut dengan tiba tiba saja Wilona sudah muncul dihadapannya, lalu Wilona duduk dengan kedua tangan dilipat didepan dadanya, diwajahnya menandakan ada kecemburuan.
Keenam wanita yang sempat membicarakan Rangga dengan khayalan mereka melongo kearah Wilona yang tiba tiba saja mengenal pria sedang dikagumi mereka itu.
" Wilona ternyata mengenal pria tampan itu, sebenarnya siapa dia? " Tanya salah satu dari keenam wanita itu, walau ucapannya pelan tapi masih sedikit terdengar oleh Wilona dan Rangga.
" Apa dia pemuda semalam yang menolong Wilona? "
" Aku ingat! Perawakan nya sama dengan pria semalam datang menyelamatkan Wilona.
" Beruntung sekali dia.huh! "
Wilona maupun Rangga tak menggubris ucapan mereka, walau Wilona sempat melihat dengan sudut matanya.
" Huh, aku pikir kamu tetap di tenda? " Wilona menekuk wajahnya.
" Ssttt...nanti mereka akan tau kalau kamu tahu tendaku, ini akan membuat mereka curiga Wilona. " Rangga mencoba membela diri.
" Memang kenapa? Biar saja. "
" Bukan begitu Wilona, aku tidak ingin nanti mereka tahu kalau aku yang semalam menolong kamu. Aku hanya ingin menyembunyikan identitasku saja. "
" Iya, aku paham. Tapi sebagai bo... " Belum sempat Wilona meneruskan ucapannya, jari telunjuk Rangga sudah terlebih dahulu menempel dibibir Wilona.
" Ya sudahlah resiko aku punya kekasih tampan sepertimu. Mungkin aku harus merelakan kamu menjadi pusat perhatian Rangga. " Bibir Wilona masih menekuk, wajahnya sedikit dipalingkan kearah lain.
" Tapi kamu dengar kan mereka sempat menerka kalau pemuda yang menyelamatkan ku adalah kamu. " Ucap Wilona kembali. Dia masih terlihat gusar karena rasa cemburunya.
" Iya itu masih terkaan mereka, mereka belum bisa membuktikan kalau semalam itu aku. "
" Kamu.. " Wilona tidak berhentinya memasang wajah cemberutnya.
" Jangan cemburu seperti itu sayaaang. " Sepertinya panggilan ini bisa membuat Wilona berhenti merajuk.
" I-iyaa aku hanya sedikit kesal melihat kamu jadi pusat perhatian. "
" Iya sudah aku minta maaf ya sayang. " Wilona mulai menyunggingkan senyumnya.
" Ternyata pemuda itu adalah kekasih Wilona. "
" Iya, dia beruntung sekali punya kekasih setampan itu, ditambah badannya itu kekar, apa lagi kalau dia benar benar yang menyelamatkan Wilona semalam. "
" Tapi aku belum lihat sebelumnya Wilona bersama pria itu. "
" Sepertinya pria itu membuat tenda juga di sekitar sini. Karena diatas sana juga banyak yang memasang tenda. "
Gunjingan teman temannya Wilona masih terdengar.
" Sudah jangan hiraukan mereka, aku sudah tidak masalah jika mereka mengenaliku sebagai penolongmu semalam, Apa kamu mau makan?Aku memesan sup daging dan satu gelas susu hangat. " Rangga menatap Wilona, berharap senyum itu bisa muncul diwajah Wilona.
" Tidak, aku mau menemani kamu makan saja disini.
" Permisi ini pesanannya..." Pesanan Rangga akhirnya datang.
" Terima kasih. " Kemudian pelayan itu meletakan pesanannya diatas meja.
" Silahkan...apa ada menu yang akan dipesan lagi? " Ucap pelayan itu dengan ramah.
" Tidak ini cukup, kekasihku ini hanya menemaniku disini. "
" Baik kalau begitu saya permisi. " Pelayan itu pun berlalu pergi.
Mendengar ucapan dari Rangga yang memanggil dengan sebutan kekasihku, senyum itu akhirnya merekah dari bibir Wilona, merasa sangat tersanjung dengan satu kata itu.
" Huh, kamu sangat pandai merayuku, padahal aku lagi marah sama kamu. " Guratan wajah Wilona berubah sedikit merona. Ada guratan senyuman halus mulai mengukir dibibir gadis itu.
" Aku hanya berusaha membuat hatimu bisa kembali senang. " .
" Sama saja, sudah kamu makan dulu. Apa mau aku siapin? "
" Tidak, tidak, aku sudah sangat lapar Wilona, lain kali saja. "
Kemudian Rangga pun menyantap makanan yang dipesannya.
" Kepada seluruh peserta camp! harap segera berkumpul didepan tenda kalian masing masing!! Karena kita akan siap siap untuk kembali pulang sesuai yang sudah direncanakan tadi malam. " Terdengar dari pengeras suara memanggil peserta camp.
" Kamu bagaimana? " Wilona menatap Rangga.
" Aku akan segera ketenda setelah makananku habis. "
" Baiklah, aku tinggal dulu. "
Seluruh peserta camp yang berada di kedai perlahan menuju tenda mereka. Setelah Rangga menghabiskan makanannya dia pun langsung menuju tenda, untuk membongkar tenda yang terpasang dan siap siap untuk pulang, yang nantinya akan mengikuti iring iringan mereka dari belakang.
Sementara itu.
" Kenapa kita tidak mengetahui jika pemuda itu ada disekitar gadis itu? sepertinya kita harus menyusun strategi lain. " Baladewa terlihat gusar, karena misi yang direncanakan kembali gagal.
" Lalu strategi apa yang akan kita buat ketua? " Randu Wisesa bertanya, dia adalah orang yang dipercaya oleh Baladewa untuk memimpin aksi kejahatannya. Dimana kemarin yang berbicara pada Rangga saat mencoba melawannya, yang disebut sebagai perwakilan kelompok mereka, namun akhirnya lari tunggang langgang.
" Sepertinya aku harus meminta bantuan kepada kakak seperguruanku di gunung Arjuna, kakak Cantilan. Pemuda ini tidak bisa kita anggap remeh. " Ucap Baladewa
" Apa itu tidak akan memakan waktu lama ketua, gunung Arjuna itu letaknya di desa Wonosari lumayan sangat jauh dari tempat kita, lagi pula itu sudah berbeda propinsi. " Randu Wisesa memberikan pendapat.
" Aku juga sudah lama tidak kesana, sekalian ingin melihat istri dari pemilik FF sigaret yang sudah lama ditawan, dulu aku menitipkan pada kakak seperguruanku, supaya tidak bisa diketahui keberadaannya, disamping itu karena disembunyikan dengan aji panglimunan oleh Kakak seperguruanku itu." Baladewa masih terlihat berjalan kesana kemari.
" Baik ketua, jadi kapan kita akan kesana? "
" Sambil memulihkan tenaga akibat pertarungan semalam, lusa kita akan berangkat.
" Baik ketua! "
Gunung Arjuna..
" Hampir semua ilmu sudah diturunkan padamu Liana? Termasuk Semar hitam yang akan menjadi daya pikat yang luar biasa. " Pria tua itu berujar pada seorang wanita yang tengah berlutut dihadapannya, dia adalah eyang Cantilan kakak dari seperguruan Baladewa dan seorang wanita itu adalah Berliana mantan kekasih Rangga yang ingin menuntut balas padanya.
" Terima kasih guru. " Ucap Liana.
" Hehehe kamu harus melayaniku lagi nanti malam Liana? Ilmu yang aku wariskan padamu harus kamu bayar dengan itu, selama aku memintanya. " Pria tua itu menyerengeh didepan Liana. Lalu berlalu meninggalkan Berliana yang masih berlutut.
Selama hampir satu bulan Berliana harus melayani nafsu pria tua itu. Terlalu nista memang, demi menutut balas dendam yang dibuat semu dan menutup nalar, padahal jika harus dendam itu adalah Rangga, karena Rangga lah yang dia sakiti hatinya, dengan dendam semu itu dia pun rela menyerahkan tubuhnya pada pria tua haus birahi. Sebagai bayaran atas ilmu yang diturunkan. Hanya Rangga berbuat kasar padanya.
Hal ini juga atas ide jahat dan bujukan Adrian yang tak henti hentinya menghasut Berliana, karena Adrian pun memiliki dendam pada Rangga atas perlakuan saat itu di koridor kampus.
Tapi dia tak ingin mengotori dirinya dengan berbuat perhitungan dengan Rangga, Berliana yang dijadikan olehnya sebagai boneka dan Berliana tidak mengetahui tujuan licik dari Adrian.
" Kelak kamu akan membayar semua penghinaan yang kamu berikan padaku Rangga. " Tatap Berliana tajam mengarah ke sudut ruangan.
Lalu dia pun berdiri dari posisi berlutut, dengan cepat keluar dari tempat itu, pastinya malam nanti dia akan dipaksa untuk melakukan hubungan badan dengan gurunya itu, jadi dia berniat untuk beristirahat disebuah rumah kecil milik eyang Cantilan, karena kakek tua itu bisa melakukannya sampai menjelang pagi.
Eyang Cantilan setelahnya pergi dari hadapan Berliana dia menuju sebuah rumah yang terbuat dari bilik bambu, jika dilihat dengan mata biasa tidak ada yang mengetahui kalau di tempat itu ada rumah yang terbuat dari bilik bambu.
Setelah sampai dia langsung membuka rumah bilik itu, begitu pintu terbuka, seorang wanita yang terlihat lusuh memandang muak kearah eyang Cantilan, wanita itu seorang tawanan, tapi dibiarkan saja bebas tanpa diikat, karena eyang Cantilan sudah menerapkan ilmu Atma linglung, satu jenis dengan ilmu panglimunan yang membuat wanita itu tidak bisa melarikan diri.
Ketika wanita itu hendak melarikan diri, dirinya hanya kembali kerumah bilik itu lagi dan begitu seterusnya. Padahal yang dirasakan oleh wanita itu sudah berlari cukup jauh.