March Alfian, laki-laki berdarah Inggris-Indonesia yang harus rela menjadi duda setelah sang istri yang ia nikahi selama satu setengah tahun, berselingkuh darinya. Alasan Mey, berselingkuh dari March hanya karena Mey ingin memiliki anak. Maklum saja, saat mereka baru menikah empat bulan, March mengalami kecelakaan yang membuat 'adik kecilnya' cidera dan harus mati suri. Segala pengobatan sudah March lakukan, bahkan obat perangsang dari dosis rendah sampai dosis tinggi pun sudah March minum, tapi hasilnya tetap nihil, 'adik kecil' itu tak kunjung sadar.
Setelah menjadi duda, banyak wanita mengejar-ngejar March, tanpa mereka tau apa masalah March yang sebenarnya. Begitupun dengan sang sekretaris pribadinya Febry. Febry yang sudah lama menyukai March pun merencanakan penjebakan untuk March agar dirinya bisa menjadi pengganti Mey. Tapi sayang, penjebakan yang di lakukan Febry malah membuat March harus meniduri July, seorang janda yang sedang mabuk. Dan keesokan paginya, disaat March membuka mata, ia sudah tidak menemukan July di sampingnya.
Akan kah March bisa menemukan July?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
# 5
Keesokan harinya.
Kerena March masih belum mood ke kantor, mau tak mau Neon harus pulang balik kantor-apartemen March untuk mengantar berkas yang harus March periksa dan tanda tangani.
Dan disini lah Neon sekarang, di depan pintu unit apartemen March. Sudah lima belas menit ia disana menunggu March membukakan pintu.
Ceklek. Akhirnya pintu pun terbuka.
"Apa kau mabuk lagi?" Tanya Neon begitu March membuka pintu.
"Tidak." Jawab March. Jawabannya sangat tidak sinkron dengan aroma yang keluar dari mulut March yang sangat bau minuman beralkohol.
"Cih...!!!" Decih Neon.
Mereka pun berjalan ke ruang tengah.
"Astaga... Apa semua itu kau habiskan sendiri March?" Tanya Neon saat melihat lebih kurang lebih sepuluh botol minuman dari berbagai merk yang sudah kosong di atas minibar.
"Hemh.." jawab March santai sambil mendaratkan bokongnya kasar di single sofa.
Neon hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia bisa mengerti apa yang saat ini March rasakan.
"Ini berkas yang harus kau periksa dan tanda tangani." Ucap Neon. Ia tak mau lagi membahas March yang bermabuk-mabukkan.
"Taro saja di ruang kerja ku." Jawab March yang sedang menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Kepalanya terasa berat sekali.
Tak tega melihat keadaan atasan sekaligus sahabatnya itu, Neon pun menaruh tas yang berisi berkas-berkas di atas meja, lalu berjalan ke dapur untuk membuatkan teh penghilang pengar.
Tak lama Neon pun kembali ke ruang tengah dengan secangkir teh penghilang pengar untuk March.
"Ini minum dulu." Ucap Neon sambil menyodorkan secangkir teh itu pada March.
March pun menerimanya lalu menyeruput sedikit demi sedikit teh penghilang pengar itu.
"Apa kau sudah mendapatkan informasi tentang siapa laki-laki yang telah menghamili Mey?" Tanya March.
Neon menggelengkan kepalanya.
"Belum. Sepertinya Mey sangat pintar menyembunyikan perselingkuhannya." Jawab Neon.
"Tapi ada satu yang aneh menurut ku." Kata Neon lagi.
"Apa?"
"Kenapa setiap Mey selalu menghabiskan waktunya seharian di salon?"
"Maksud mu?"
"Aku mendapat informasi dari informan ku, kalau Mey selalu menghabiskan waktu dari pagi sampai malam bahkan sampai salon mau tutup. Bukannya perempuan kalau perawatan paling lama hanya tiga atau empat jam? Itu pun perawatan seluruh tubuh. Tapi dari riwayat yang informan ku cek, Mey hanya melakukan satu perawatan saja kalau dia datang ke salon itu."
March mencerna kata-kata Neon.
Sama seperti Neon, March juga mulai curiga.
"Coba kau periksa siapa pemilik salon itu. Siapa tau saja pemilik salon itu lah selingkuhan Mey."
Neon menggelengkan kepalanya.
"Aku sudah mengeceknya. Pemiliknya seorang sosialita."
"Coba kau cek ulang, manatau ada yang kau lewatkan."
KRIIING...
Bunyi panggilan masuk di ponsel Neon.
Neon pun mengambil ponselnya yang ia masukkan ke dalam kantong dalam jasnya.
Ternyata sang informan yang menelpon.
"Ya, halo." Jawab Neon.
"Pak, barusan saya mengirim rekaman cctv yang ada di salon dalam waktu satu bulan terakhir. Tolong di cek Pak."
"Oke."
Panggilan pun berakhir.
Neon pun membuka pesan yang informannya itu kirimkan.
"March, lihat ini." Neon menunjukkan rekaman cctv yang informannya kirimkan.
March pun mendekatkan dirinya pada Neon.
Ia memicingkan matanya saat melihat rekaman cctv itu. Karena rekaman cctv di layar ponsel terlalu kecil membuat March kesulitan menerka siapa orang yang ada di dalam rekaman cctv itu.
"Pindahkan saja ke laptop, aku tidak bisa melihat dengan jelas." Ucap March.
Mereka pun beranjak dari ruang tengah dan berjalan menuju ruang kerja March.
Sesampainya di ruang kerja, Neon memindahkan rekaman cctv ke laptop March.
March pun duduk di kursi kebesarannya.
Lalu kembali memicingkan matanya menonton rekaman cctv.
Tiba-tiba saja jemari March menekan tombol pause saat melihat pria yang memakai topi hitam dengan tubuh tinggi.
"Kenapa?" Tanya Neon.
"Aku seperti mengenal orang ini." Jawab March.
March pun memperbesar gambar.
Mata March membelalak kaget saat melihat tatto yang ada pinggiran lengannya. Tatto yang sama seperti milik laki-laki yang Mey selalu katakan adalah sepupunya. Ya, siapa lagi kalau bukan Okta.
"Ini Okta." Lirih March.
"Okta? Apa yang kau maksud Okta sepupu Mey?" Tanya Neon menyakinkan apa yang ada dalam pikirannya.
March hanya menjawab dengan anggukkan karena sekarang otaknya sedang menyusun keping-keping kejadian mulai dari Mey memperkenalkan Okta padanya.
"Ini tidak beres. Apa jangan-jangan Okta adalah ayah dari anak yang ada dalam kandungan Mey?"
"Apa kau mau aku menyelidikinya?"
"Ya, kau selidiki Okta."
"Baik."
Bersambung...