Rania, dua puluh tahun memiliki paras yang cantik yang menurun dari Mama nya. kehidupan nya berubah sejak kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan yang membuat nya menjadi seorang yatim piatu disaat usianya menginjak empat belas tahun.
Dan lebih parah nya Rania dipaksa menikah oleh bibi nya dengan seorang pria lumpuh yang telah beristri.
Raka pria berusia tiga puluh tahun setelah selamat dari kecelakaan mengakibatkan kaki nya lumpuh sementara. setelah kaki nya lumpuh pria itu mendapat kenyataan pahit, istrinya berselingkuh dengan beberapa laki laki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30
Rania mengejapkan mata nya, ia melirik seorang pria yang masih terlelap di samping nya.
Rania segera membersihkan diri sebelum Raka bangun.
Badan nya terlihat segar, rambut panjang yang basah tergerai indah. ia menatap matahari yang perlahan naik di ufuk.
Membawa harapan dan semangat untuk mengarungi hari dengan penuh kecerian.
Raka yang sudah terbangun melihat Rania yang tengah duduk termangu di balkon kamarnya.
"Eeeemmmm..
Suara deheman membuyarkan lamunan Rania. ia segera mendekati Raka.
" Tuan sudah bangun?
" Heemmm...
" Mau langsung mandi tuan?
" Cepat siapkan air hangat "
" Baik tuan.
Rania segera menyiapkan segala keperluan Raka seperti biasa.
Setelah selesai membantu Raka membersihkan diri, Rania mendorong kursi roda Raka menuju ruang makan, rutinitas pagi yang selalu ia lakukan.
Semua pelayan terlihat sibuk lalu lalang, seolah hendak menyiapkan sesuatu.
"Pak tatang, ada acara apa? kenapa seperti nya pelayan sibuk?
" Maaf tuan, saya belum sempat bilang jika hari ini nyonya besar mengundang saudara dan kerabat untuk berkumpul dan makan siang bersama"
"Kalau begitu siapkan sebaik mungkinkah"
"Baik tuan"
Rania mengambil kan sarapan pagi untuk Raka, lalu kembali duduk disebelah Raka.
Kedua mertuanya dan juga Gea menyusul Raka ke ruang makan.
"Sayang mau aku suapin? Gea mendekat.
Ada rasa nyeri di hati Rania. apa lagi saat mengingat bagaimana setiap malam Raka memperlakukan nya dengan lembut. Tapi Rania bisa apa, dia sangat sadar dan tau posisi nya seperti apa.
Bahkan Raka pun hanya lembut disaat malam hari saja, setengah pagi menyapa kelembutan nya seolah ditelang bumi.
Dia akan kembali ke mode cuek dan dingin nya.
"Gak perlu"
Setelah selesai acara sarapan, Gea membawa Raka ke ruang tengah entah apa yang mereka berdua obrolan.
Sementara menunggu, Rania duduk di taman belakang menikmati udara pagi yang sejuk.
Rania memandang setiap bunga yang ada di taman itu.
Rania duduk termangu di kursi taman, ia hanyut dalam lamunan nya.
"Ambilkan aku beberapa potong buah, aku ingin memakan nya disini" Raka menghampiri Rania di temani Gea yang mendorong kursi roda nya.
Rania bergegas mengambilkan buah seperti permintaan Raka.
Rania melirik ke arah Gea dan Raka yang tengah duduk santai di taman yang ia duduki tadi.
Gea terlihat bergelayut manja di lengan Raka.
Rania menghembuskan nafa kasar.
"Kenapa wajah mu di Teluk, kamu cemburu melihat Nyonya Gea dan tuan Raka" elis pelayan kepercayaan Gea menghampiri Rania di dapur.
"Saya tidak punya hak untuk cemburu"
"Bagus kalau kamu sadar diri, jangan berharap untuk menjadi nyonya di sini. karena bagi kami nyonya di rumah ini hanya nyonya Gea.
Lagi lagi Rania hanya bisa menahan sesak di dada nya.
" Elis, kenapa kamu bicara seperti itu. itu sangat tidak sopan. bagaimana pun nona Rania juga istri tuan Raka" sahut ketua pelayan dirumah itu.
Wani paruh baya itu merasa takut jika ulah teman sesama pelayan diketahui oleh Raka.
Rania segera meningalkan kedua pelayan ituitu, dan segera memberikan buah pesanan Raka.
"Ini tuan buah nya"
"Letakkan dimeja"
"Sayang mau aku suapin?
Raka patuh menerima suapan dari Gea.
" *Dari pada aku di rumah, mending aku pergi ke butik menyiapkan kebaya untuk wisuda minggu depan " batin Rania*.
Siang itu pun tiba.
Semua makanan sudah telah siap di meja makan.
Serta tempat duduk juga sudah tertata rapi di taman, ruang keluarga dan juga meja makan.
Raka meminta Rania memakai baju yang bagus.
Dress berwarna Dusty pink dan rambut panjang lurus yang di biarkan tergerai indah, dengan sedikit polesan makeup tipis menambah kecantikan Rania terpancar.
Keluarga besar yang di tunggu tinggu sudah datang. Rania membantu mengeluarkan makan dan minuman untuk jamuan keluarga.
"Siapa Dia,? apa dia pembantu baru? tapi kenapa pembantu secantik itu" tanya salah seorang keluarga.
"Bukan, dia istri kedua putra ku" jawab Hilda.
"Dia hanya gadis bodoh yang di jadikan selir bagi suami ku" sahut Gea.
Salah satu perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik dan agun di usian, mendekat ke arah Rania.
"Oh... kamu istri kedua Raka"? kenalkan nama ku Helda, tante nya Raka.
" Saya Rania nyonya'
Wanita itu memgerutkan kening nya.
"Panggil tante saja, jangan nyonya"
Rania hanya mengangguk.
"Tante, ngapain sih dekat dekat dengan gadis itu? dia hanya gadis murahan yang rela mengorbankan dirinya demi harta" celetuk Gea.
Rania yang mendengar ucapan pedas Gea hanya mengelus dada.
"Gea, jaga ucapan mu" Sahut Hilda.
"Tapi memang benar kan ma"?
" Awal nya mama juga berfikir seperti itu Gea, tapi setelah bertemu dengan nya, mama malah levis suka gadis itu yang menjadi istri Raka dari pada kamu" batin Hilda.
"Iya Gea jaga ucapan kamu" ujar Helda.
Helda adalah adik kandung dari Hilda mama nya Raka. Ia juga termasuk tante kesayangan Raka.
Berbeda dengan saudara Hilda lainnya yang menatap Rania dengan tatapan tidak suka nya.
Gunjingan demi gunjingan lolos dari mulut keluarga Raka.
Rania melihat Raka tengah di temani Gea sedang asik ngobrol besama keluarga nya.
Rania mengambil HP dan tas kecil hendak pergi menemui Diana, buat apa dia ada dirumah jika hanya dijadikan bahan gunjingan.
"Mau kenalan Nona"?
tanya johan yang melihat Rania hendak pergi.
"Saya mau ke butik Pak"
"Biar saya antar nona, sebelum tuan Raka akan marah nanti nya"
"Baik lah"
Johan segera berdiri di samping mobil dan membuka kan pintu mobilnya untuk Rania.
Melihat itu Rania segera masuk ke dalam mobil.
Mesin mobil telah di hidupkan dan melesat jauh dari rumah Raka Bimantara.
Di perjalanan tanggal Rania pecah.
Johan yang melihat nya merasa tidak tega.
"Menangis lah Nona, jika itu bisa membuat nona merasa tenang" ucap Johan dengan iba.
Namun ia juga tidak bisa apa apa.
"Apa kamu tidak bisa membawa ku ketempat yang lebih jauh tuan"?
Johan hanya terdiam membisu'
" Maaf kan saya nona"
Rania semakin terisak.
Johan melihat dari kaca spion nya, meski ia tepi pria yang juga dingin manum ia masih memiliki rasa iba. apa lagi melihat seorang wanita menangis.
"kenapa tuan Raka begitu tega dengan nona Rania, padahal dia jauh lebih baik dari pada nyonya Gea" batin Johan.
Rania memukul mukul dada nya untuk meredakan sesak karena begitu banyak nya beban yang ia simpan.
Johan yang melihat nya semakin merasa tak tega.
Rania beberapa kali menghela nafas kasar nya untuk menenangkan dirinya.
Saat ini ia mersa todak memiliki siapa pun di dunia yang sempit ini.
