Alea terkejut melihat pengkhianatan Elang dan Amanda yang merupakan suami dan adik tirinya. Ketika dia ingin memberi pelajaran pada keduanya, datang Noah yang merupakan kekasih Amanda. Pria itu justru menawarkan hal yang tak terduga.
"Menikahlah denganku, Alea. Kita bisa membalas perbuatan mereka berdua," ucap Noah tersenyum dengan penuh arti.
Alea terpaku dengan ucapan Noah. Wanita itu dilema karena dihadapkan pada ajakan Noah dan pengkhianat suaminya. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Ravena memilih membiarkan Alea menunggu Noah di rumah sakit. Dia menyingkir sejenak untuk berpikir hal yang harus dilakukan olehnya. Putranya sadar kemudian langsung mencari keberadaan Alea, Ravena bukan lagi poros Noah. Wanita paruh baya itu cukup kesal melihat kedekatan Noah dan Alea.
"Alea..." ucap Noah mencari keberadaan wanita pujaannya.
"Aku di sini, ada yang kamu butuhkan? Apa yang kamu rasakan saat ini?" tanya Alea dengan lembut.
"Haus..." jawab Noah dengan pelan.
Alea membantu Noah untuk minum, dia menatap pria yang terlihat lemah itu. Tidak menyangka kalau Noah dapat melakukan hal konyol karena hubungan mereka tidak direstui.
"Mengapa harus sampai seperti ini Noah?" ujar Alea.
"Aku tidak ingin semua perjuanganku mendapatkanmu sia-sia," balas Noah.
"Justru dengan sikapmu yang seperti ini membuat mamamu tidak menyukaiku. Dia akan menduga kalau aku membawa pengaruh buruk padamu," bisik Alea.
Noah melengos, dia kesal dengan mamanya yang masih berpendirian kalau Alea tidak pantas untuknya. Bagi Ravena, memang kualitas seseorang sangatlah penting, apalagi untuk dijadikan menantu.
Saat mengetahui putranya menyukai Amanda, Ravena tidak terlalu menyukai hal tersebut. Di tambah saat ini, Noah memiliki hubungan dengan saudara tiri Amanda. Wanita yang selalu memikirkan perkataan orang lain itu pasti sangat malu mengakui Noah telah jatuh cinta dengan Alea.
"Aku ingin kita cepat bersatu, kamu pasti tidak akan mau melanjutkan hubungan ini bila tidak direstui oleh kedua orang tuaku," ujar Noah menatap Alea.
"Memang aku tidak akan melanjutkannya, tetapi bukan berarti kau harus mengorbankan kesehatanmu. Selain itu, bukan kamu saja yang harus berjuang, kan?" balas Alea tersenyum.
Menghadapi Noah yang lebih muda dibandingkan dengannya memang sangat berbeda dengan Elang. Walaupun berusia lebih muda dibandingkan Elang, Noah selalu memberikan yang terbaik untuk Alea. Rasa cintanya bahkan membuat Noah sakit seperti saat ini.
Alea membantu Noah untuk makan kemudiaan meminum obatnya. Ketika Noah tertidur, Ravena kembali setelah berpikir cukup lama.
Ravena menghampiri Alea yang duduk di kursi samping tempat tidur Noah, menatapnya dengan tatapan tajam. Setelah beberapa saat hening, akhirnya Ravena membuka mulut. "Alea," suaranya tegas, membuat Alea berbalik. "Aku ingin bicara denganmu."
Alea menelan ludah, menatap wanita itu dengan ragu. "Tante, tentang apa?"
Ravena mengangguk pelan dan berdiri. "Aku ingin berbicara tentang hubunganmu dengan Noah. Ada beberapa hal yang harus kamu pertimbangkan, dan aku rasa kita perlu bicarakan ini sekarang, di hadapan Noah."
Alea mengernyitkan dahi. "Sekarang?"
"Ya, kita bicara sekarang. Jangan khawatir, Noah akan mengerti," jawab Ravena sambil menatap putranya yang sedang tidur.
Ravena tersenyum tipis, lalu menarik Alea menuju sofa yang berada di ruangan cukup jauh dari ranjang Noah yang sedang berbaring. "Alea, jika kau benar-benar ingin melanjutkan hubungan ini dengan Noah, aku punya syarat. Syarat yang harus kau penuhi kalau kau ingin mendapat restu dariku."
Alea menatap Ravena dengan cemas, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Ia tahu, di hadapan wanita itu, ia tak punya banyak pilihan.
"Syarat yang pertama," lanjut Ravena dengan suara yang lebih tenang, "Aku ingin kau menjalani tes kesehatan, tes kesuburan. Aku harus tahu bahwa kamu mampu memberikan keturunan untuk Noah. Kalau tidak, aku tidak bisa membiarkanmu bersama putraku."
Alea merasa lidahnya terikat. Itu adalah hal yang sangat pribadi, dan ia tak menyangka Ravena akan langsung meminta hal tersebut. Namun, Alea tahu jika ia ingin terus bersama Noah, ia harus menerima kenyataan ini.
"Tante," Alea mulai, suaranya agak berat. "Saya... saya akan menjalani tes itu."
Ravena mengangguk puas. "Bagus. Itu hanya langkah pertama. Langkah kedua yang lebih penting adalah kamu harus siap dengan segala kritik sosial yang akan datang. Tidak mudah menjadi seorang janda yang menikah lagi, apalagi dengan pria dari keluarga seperti kami. Kau harus siap menerima cemoohan dan pandangan orang. Aku ingin tahu apakah kamu benar-benar siap menghadapi semua itu."
Alea menggigit bibirnya, mencoba menahan perasaan yang mulai teraduk. “Saya mengerti, Tante.”
Ravena menatapnya dengan tatapan tajam. “Kau harus bisa membuktikan bahwa kamu layak untuk Noah, bukan hanya untuk dirimu sendiri, tapi juga untuk keluarganya. Itu sangat penting, Alea.”
Alea terdiam, hatinya bergejolak. Apa yang dikatakan Ravena memang terasa menyakitkan, tapi ia tahu ia harus melakukannya jika ia ingin terus bersama Noah.
“Alea?” Ravena memandangnya serius. “Apa kau bisa memenuhi syarat itu?”
Alea menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Saya akan melakukannya, Tante. Saya akan memenuhi syarat itu."
Ravena menatapnya lama, memastikan bahwa Alea serius dengan jawabannya. Setelah beberapa detik, Ravena akhirnya mengangguk. “Baik. Itu yang harus kau lakukan. Kalau kau bisa melakukannya, barulah aku akan mempertimbangkan untuk memberi restu.”
Alea menunduk, mencoba menyembunyikan ekspresi kesedihannya. Semua yang dikatakan Ravena terasa begitu berat, namun ia sudah memutuskan. Ia tidak bisa mundur lagi. Ia harus melakukannya demi cinta pada Noah.
Setelah perbincangan itu, Ravena pergi keluar sebentar untuk memberi waktu kepada Alea. Sementara itu, Alea kembali mendekati tempat tidur Noah dengan wajah yang sendu. Hatinya terasa pilu, namun ia tahu ini adalah keputusan yang harus ia terima.
Beberapa waktu kemudian, Noah terbangun kemudian mendapati wajah sedih Alea. Dia langsung bertanya dengan penasaran. "Alea, ada apa?"
Alea menatapnya dengan mata yang sedikit sembab, merasa berat untuk mengungkapkan semua yang baru saja didengarnya. Ia menarik napas panjang dan akhirnya berkata pelan.
"Mamamu memberikan syarat padaku agar kita bisa bersama," ucap Alea.
"Syarat apa?" Noah kebingungan dengan ucapan Alea.
"Syaratnya... pertama, saya harus menjalani tes kesehatan dan tes kesuburan. Tante Ravena ingin tahu kalau aku bisa memberimu keturunan, Noah."
Noah terdiam, sejenak mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan Alea. Wajahnya sedikit berubah, namun dia tampak marah dengan ucapan Alea.
“Alea, kau... kau tidak perlu melakukan itu hanya untuk aku,” kata Noah dengan suara bergetar, mencoba menenangkan kekasihnya. “Aku tidak ingin kau merasa tertekan. Kalau itu membuatmu merasa tidak nyaman...“
Alea menyela dengan lembut. “Aku tahu, Noah. Aku ingin melakukannya. Aku ingin berjuang untuk kita. Aku sudah memutuskan.”
Noah menatapnya dengan penuh harap. “Dan syarat kedua?”
Alea menarik napas, mengingatkan dirinya akan apa yang baru saja ia setujui. "Syarat kedua, aku harus siap menghadapi kritik sosial. Semua orang akan berbicara, mereka akan melihat aku sebagai seorang janda yang menikah lagi dengan pria dari keluarga terhormat seperti keluargamu. Ibu ingin tahu kalau aku benar-benar siap menghadapi semua itu."
Noah terlihat bingung, namun ia berusaha tersenyum. “Alea, aku... aku tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan. Aku hanya peduli padamu. Kalau kita bersama, kita akan hadapi itu bersama-sama.”
Alea merasakan rasa hangat yang mengalir di dadanya. Namun, ia tahu, meskipun ia ingin sekali mendengarkan kata-kata itu, jalan yang ada di depan mereka tetap berat. “Aku tahu, Noah. Tapi aku harus melakukannya. Aku ingin membuktikan kalau aku layak untukmu."
Noah menatapnya lama, lalu mengangguk. “Aku percaya padamu, Alea. Aku yakin kita bisa melewati ini bersama.”
Alea tersenyum tipis, meskipun hatinya masih dipenuhi keraguan. Namun, ia merasa lebih tenang setelah berbicara dengan Noah. Dia sudah membuat keputusan, dan kali ini, ia tidak akan mundur.
Semoga hasil tes kesehatanku menunjukkan hasil yang baik, batin Alea dengan meremas tangan Noah.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca.
Kecuali kalau mereka berulah baru keluargamu bergerak Alea.......
dan sang adik pun g ada ahklak xa daniri hati yg begitu besar mendorong ia menhalal segala cara