FOLLOW IG @thalindalena
Dia hanya sebagai istri pengganti, tapi dia berharap merasakan bulan madu impian seperti pasangan suami istri pada umumnya. Tapi, bagaimana jika ekspetasi tidak sesuai dengan realita. Justru ia merasakan neraka pernikahan yang diciptakan oleh suaminya sendiri, hingga membuatnya depresi dan hilang ingatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 36
"Diam!" Dinginnya suara Lio membuat tubuh Lara seketika itu membeku.
Lio tahu jika Lara akan mengindarinya, maka dengan terpaksa dia memberikan ancaman dan menggunakan kekuasannya untuk membuat istrinya tetap berada di dalam dekapannya. Lio duduk di belakang Lara. Berendam bersama dan lebih parahnya tubuh mereka polos tanpa sehelai benang.
"Rileks. Jangan seperti patung!" desis Lio ketika merasakan tubuh Lara kaku.
"Aku tidak nyaman." Lara menjawab.
"Lama-Lama kau akan terbiasa." Lio memilin pucuk gunung istrinya dengan penuh kelembutan.
'Tangan kurang ajar! Singkirkan tanganmu dari sana!' maki Lara di dalam hati sambil menatap tangan Lio yang sedang memainkan gunung kembarnya. Ingin menepis tangan Lio, tapi pria itu kembali mengancamnya.
"Berani menolakku, aku akan mematahkan tanganmu!" ancam Lio tidak main-main.
Lara mengeraskan rahangnya, sudah sangat geram dengan segala tingkah Lio. Tapi dia tidak bisa melawan pria gila ini. Semakin melawan, maka Lio akan semakin menjadi.
"Lagi pula kau pasti suka 'kan?" Lio kembali berkata dengan segala rasa percaya diri yang cukup tinggi.
"Tidak!" jawab Lara tegas. "Kau kasar, dan tidak berperikemanusiaan!" lanjutnya memaki Lio.
"Oh, terima kasih atas sanjungannya." Bukannya marah, Lio malah mengucapkan terima kasih. Maksudnya apa coba?
Lara menjadi semakin kesal dengan tingkah Lio.
"Aku tidak sedang menyanjungmu, tapi aku sedang memakimu!"
"Begitu ya?! Punya keberanian juga kau memakiku! Sudah siap dengan konsekuensinya?!" desis Lio seraya menggigit cuping telinga Lara dengan penuh kelembutan.
Lara memejamkan mata, berusaha kuat mengusir geleyar aneh yang mulai merayap di tubuhnya.
"Tuan, hentikan!" Lara memohon pada Lio yang kini sudah memainkan bagian bawahnya.
"Aku tidak akan berhenti kalau kau belum memohon padaku!" desis Lio. "Apa ini masih sakit?" tanya Lio mengusap celah lembah yang terasa lembut dan ditumbuhi bulu-bulu kasar.
"Iya, sangat sakit. Aku mohon ... aku mohon lepaskan aku." Lara memejamkan matanya erat. Punggungnya bersandar di dada bidang Lio. Nafasnya tersengal, mulai memburu ketika tangan nakal itu memainkan biji kacang yang tumbuh di puncak lembahnya.
Lio tersenyum iblis ketika melihat istrinya sudah belingsatan seperti cacing kepanasan.
"Apa masih sakit?" Lio memasukkan satu jarinya di sana. Tak lupa mengecup pipi dan pundak Lara dengan penuh kelembutan, bertanda dia sangat menginginkan istrinya lagi.
"Ah ..." Tanpa sadar Lara mengeluarkan desaahan. Kemudian mengangguk pelan, sambil berkata, "masih sakit!" Lara tidak bohong, bagian intinya memang masih sakit, tapi rasa sakit itu berangsur hilang ketika Lio memainkan jari-jari tangannya di sana. Kini rasa nikmat lebih mendominasi, tapi Lara berusaha kuat untuk tidak berbawa arus permainan licik pria itu.
Mendengar Lara mendessah membuat Lio tidak tahan lagi. Senjatanya sudah berdiri tegak, siap bertempur. Lio menarik penutup pembuangan air bathup.
"Tuan, hentikan, aku ... arghh!!!"
*
*
*
Danna menggantikan posisi Lara. Memasak di dapur.
Kepala pelayan sejak tadi tidak berhenti mengoceh, membuat kuping Danna sampai kebas rasanya.
"Lara itu tidak tahu diri sekali!" oceh kepala pelayan dengan nada kesal.
"Lebih tidak tahu diri Anda sih!" sahut Danna tapi hanya di dalam hati, sambil melirik sebal pada kepala pelayan yang sedang membantunya mengupas kentang.
"Setidaknya derajat Lara lebih tinggi dari pada Anda 'kan, Bu?" Danna berkata dengan nada pelan, tapi berhasil menusuk hati kepala pelayan itu.
"Apa kau bilang?!" Kepala pelayan menatap tajam Danna sambil mengacungkan pisau yang dia pegang.
"Lara sudah menjadi nyonya di rumah ini. Dia adalah istri sah Tuan Lio. Sekeras apa pun Anda menampiknya, semua tidak akan merubah kenyataan!" balas Danna dengan penuh keberanian. "Lara sudah tidur di kamar Tuan Lio. Jadi Anda tahu 'kan artinya apa?" Danna tersenyum miring ketika melihat wajah kepala pelayan itu pias.
"Pasti dia yang sudah merayu Tuan Lio. Murahan!"
"Kenapa Anda iri sekali pada Lara? Harusnya Anda ikut senang 'kan karena Lara sudah diakui Tuan Lio," sahut Danna semakin jengkel.
"Dasar perawan tua!" Danna memaki kepala pelayan itu di dalam hati.
kamu keciduk logan 😅😅😅