Seorang pemuda biasa saja yang sama sekali tidak menonjol namun pintar dan bercita cita menjadi dokter, tiba tiba di datangi oleh hantu teman sekelasnya yang cantik, indigo dan terkenal sebagai detektif di sekolahnya dari masa depan. Menurut sang hantu, dirinya akan meninggal 50 hari dari sekarang dan dia minta tolong sang pemuda menjaga dirinya yang masih hidup.
Sang pemuda menjadi bingung karena gadis teman sekelasnya sebenarnya ingin mengusir hantu adik kembar sang pemuda yang selalu duduk di pundaknya. Akhirnya karena dia tidak mau melihat teman sekelasnya meninggal dan dia sendiri juga menaruh hati kepada sang gadis, akhirnya dia memutuskan untuk membantu. Di mulailah petualangan mereka mengungkap dalang di balik kematian sang gadis yang ternyata melibatkan sebuah sindikat besar yang jahat.
Keduanya menjadi pasangan detektif dan asisten yang memecahkan banyak kasus sambil mencari informasi tetang sindikat itu.
Mohon komen dan likenya ya, terima kasih sudah membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
Tino dan Amelia menunggu di kamar mereka karena di minta Budi, Tino langsung mandi dan bergantian dengan Amelia, setelah selesai keduanya berbaring di ranjang sambil menonton televisi, tiba tiba “brak,” pintu kamar mereka di buka kencang, Ardi dan Budi yang berkalungkan lencana masuk ke dalam. Tino dan Amelia menoleh, mereka melihat Budi terlihat sedikit murung, Ardi langsung mendekati mereka,
“Tahu tidak salah kalian ?” tanya Ardi marah.
“Apa ya pak ?” tanya Tino bingung.
“Saya bilang kan kerja sama dengan Budi, bukan kalian yang memecahkan kasusnya dan Budi bengong, gimana sih,” jawab Ardi.
“Oh gara gara itu pak,” ujar Amelia.
“Kalian itu orang awam, Budi detektif polisi, jadi kalian yang tidak punya wewenang harusnya memberikan informasi kepada Budi yang punya wewenang, bukan slonong boy kaya tadi, kalian tidak boleh seenaknya begitu, ini sama saja main hakim sendiri secara halus di depan polisi lagi,” ujar Ardi.
“Tapi kan kita ga mukul dan ga nuduh pak, dia ngaku sendiri,” ujar Tino.
“Setelah di desak oleh hipotesa dan pertanyaan kalian kan, sama aja,” ujar Ardi.
“Sudahlah sersan, semua berakhir dengan baik kan, lagipula jarang jarang pelaku bisa di tangkap dengan cepat, paling tidak perlu waktu beberapa hari kan untuk proses,” celetuk Budi.
“Kamu diem Bud, kamu juga gimana ? kamu ngerti prosedur kan ? masa diem aja di setir ama anak kelas 11 sma ?” tanya Ardi kesal.
“Hehehe,” Tino dan Amelia tertawa kecil.
“Aaaah sudahlah, kalian boleh pulang, saya tahu kalian pintar, tapi sekali lagi kalian terlibat yang seperti ini, kalian yang saya tangkap, mengerti,” teriak Ardi.
“Mengerti pak,” balas Tino dan Amelia.
“Besok masuk sekolah dan jangan pernah katakan pada siapapun kalau saya polisi yang menyamar jadi guru,” tambah Budi.
“Aman pak, kita berdua ga punya teman,” balas Tino bangga.
“Kenapa bangga, aneh,” balas Amelia menyikut Tino.
Tino melirik ke samping, dia melihat hantu Amelia dari masa depan sedang tertawa bersama dengan Mei dan May di dekatnya.
“Ok ya, sudah kalian boleh pulang,” ujar Ardi.
“Sersan, mereka dapat penghargaan ga ?” tanya Budi.
“Penghargaan gundul mu, kalau mereka detektif resmi iya dapat, mereka anak kelas 11 yang bermain detektif dan kebetulan berhasil,” jawab Ardi.
“Um....aku sudah memecahkan tiga kasus sebelum nya loh pak, oh sama kemarin dan hari ini jadi lima hehe,” ujar Amelia sambil menunjuk hidungnya sendiri.
“Haaah....ya sudah, nanti saya bicarakan sama atasan,” ujar Ardi.
“Hehe asik,” ujar Amelia sambil menoleh melihat Tino dan menaikkan telapak nya.
“Plok,” Tino menepuk telapak Amelia, kemudian keduanya turun dari ranjang dan mematikan televisinya.
“Ayo keluar, sudah waktunya check out,” ujar Ardi.
Ardi berbalik dan berjalan keluar, sementara Budi berjalan di sebelah keduanya dan menoleh melihat keduanya, dia tersenyum dan mengedipkan matanya,
“Terima kasih ya, semoga kita ketemu lagi nanti,” ujar Budi berbisik.
“Sama sama pak,” balas Tino tersenyum.
“Iya pak, terima kasih juga,” tambah Amelia.
“Ting,” ketika lift sampai ke bawah, mereka semua keluar dari lift, kemudian Ardi berbalik dan berbicara kepada Budi,
“Bud, kamu bikin laporan ya,” ujar Ardi.
“Iya sersan,” balas Budi.
“Mau kita bantu ?” tanya Amelia.
“Kalian pulang, saya sudah dengar semua tadi, saya bisa bantu Budi,” jawab Ardi.
“Ok pak, yuk lah Mel,” Tino menarik lengan Amelia.
Keduanya berjalan ke resepsionis untuk mengembalikan kunci, kemudian mereka di hampiri oleh seorang polisi yang memberikan kunci motor kepada Tino. Polisi itu mengatakan langsung keluar saja dan tidak usah membayar parkir, setelah berpamitan, keduanya berjalan keluar lobby,
“Payah dah, padahal kan kita udah memecahkan kasus,” gerutu Amelia.
“Ya sudahlah, memang bener juga, kita seharusnya ga boleh ikut campur sebagai orang awam, tapi ya....ga perlu semarah itu juga sih,” balas Tino.
“Nah itu dia, beda banget ama di komik conan, polisi nya malah minta bantuan,” ujar Amelia.
“Yeee...polisi bukan minta bantuan ke conan tapi ke detektif bloon yang di tidurin mulu kan, karena dia resmi,” ujar Tino.
“Hmm resmi ya, bener juga, kita bikin kantor detektif aja hehe,” ujar Amelia.
“Yang bener aja, sekolah dulu, lulus dulu, jadi dokter dulu, baru bukan kantor,” ujar Tino.
“Uuuh...lama,” balas Amelia bersungut sungut.
“Hehe tenang aja, kita punya banyak waktu,” balas Tino.
“Oi waktu gue cuman 47 hari lagi,” bisik hantu Amelia.
“Diem berisik,” ujar Tino berbisik.
Setelah mereka mengambil motor, mereka langsung melesat menuju ke rumah Amelia untuk mengambil pakaian dan keperluannya. Setelah itu, dengan membawa tas ransel, Amelia duduk di bonceng oleh Tino dan langsung menuju ke rumahnya. Begitu sampai, keduanya di sambut oleh papa dan mama yang langsung memeluk keduanya. Mereka menceritakan semua kepada papa dan mama sampai hari sudah menjelang sore. Setelah itu, keduanya naik ke atas untuk beristirahat. Di dalam kamar, Tino mulai mencari tahu soal indigo yang tidak pernah dia tahu, selesai membaca artikelnya,
“Hmm jadi begitu ya,” ujar Tino dalam hati.
“Aduh lo baca apa lagi ?” tanya hantu Amelia.
“Baca tentang lo, gue lagi mau cegah lo yang masih hidup melayang layang di atas kepala gue,” jawab Tino.
“Hehehe gitu dong,” balas hantu Amelia.
“Lo beneran ga inget apa apa ya ?” tanya Tino.
“Hadeh bosen gue jawabnya, gue ga inget apa apa,” jawab hantu Amelia.
“Hmm gitu,” balas Tino berpikir.
Tiba tiba hantu Amelia mendarat di depan Tino dan wajahnya terlihat panik, tapi yang membuat Tino kaget hantu Amelia memakai piyama berwarna pink bermotif beruang lucu dan tidak baju seragam sma lagi,
“Loh apa lagi ?” tanya Tino yang langsung duduk dengan tegak di ranjang.
“Ga tau...gue berubah lagi....gue inget....hah....masa sih,” jawab hantu Amelia.
“Apanya masa sih ?” tanya Tino panik.
“Kejadiannya....ntar malem....gue pakai baju ini....aduh gimana nih,” ujar hantu Amelia panik.
“Tok..tok..tok,” pintu kamar Tino di ketuk, Tino dan hantu Amelia langsung saling melihat satu sama lain, kemudian Tino turun dari ranjang dan membukakan pintu, matanya langsung membulat karena melihat Amelia yang berada di balik pintu memakai piyama berwarna pink dengan motif beruang lucu.
“Um...ah...kamu...pakai piyama ? udah mau tidur ?” tanya Tino.
“Hehe enggak, aku mau nunjukkin piyama ini aja ama kamu, aku baru beli online soalnya waktu itu, bagus ga,” jawab Amelia.
“Ba..bagus dan lucu,” ujar Tino.
“Ok...aku ganti baju dulu ya, trus (mendekatkan wajah ke wajah Tino) pilnya dong, aku yang pegang ya,” balas Amelia.
“Uh....ganti baju dulu, ntar ku berikan,” balas Tino.
“Ok, tutup dulu ya,” balas Amelia.
Setelah pintu di tutup, Tino langsung menoleh lagi melihat hantu Amelia, dia berjalan ke meja belajarnya dan membuka lacinya, dia mengabil pil merah yang di bungkus tissue dari dalam laci.
“Gue tau alasan lo berubah jadi piyama yang bakal diri lo yang masih hidup pake, dia nenggak pil nya,” ujar Tino.
“Hah....beneran ?” tanya hantu Amelia.
“Ga ada waktu lagi....jauhan,” jawab Tino.
Hantu Amelia langsung melayang merapat ke langit langit, Tino melompat ke ranjang dan membuka tissue nya, dia mengambil pilnya dan mengambil pil nya,
"Gue sebenernya ga mau nekat (menoleh melihat ke hantu Amelia) demi dia....terpaksa," ujar Tino dalam hati.
Tanpa berpikir lagi, “haup,” Tino menelan pil nya.
“Tin, lo gila,” teriak hantu Amelia dari langit langit.
“He...tidak...ada....jalan...lain kan, yang penting....lo...hidup...hehehe,” ujar Tino terbata.
Pandangan mata Tino mulai berbayang dan tidak fokus, dia masih sempat melihat pintu kamarnya di buka dan Amelia berlari masuk ke dalam dengan wajah cemas, dia juga masih sempat melihat Amelia menggoyangkan tubuh nya bersama Mei dan May yang juga nampak sangat cemas walau dia sama sekali tidak merasakannya, tiba tiba semuanya menjadi gelap. Tino tidak merasakan apa apa lagi dan kesadarannya sudah hilang sepenuh nya.
******
“Ugh,” Tino membuka matanya, dia melihat dirinya berada di sebuah kamar yang asing bagi dirinya namun dia mengenalnya karena dia baru kesana.
“Huh ? ini kan...kamar Amel....”
“Cklek,” “blugh,” Tino menoleh, dia melihat Amelia yang memakai seragam sma berdiri mematung di depan pintu, tasnya jatuh, matanya membulat dan mulutnya ternganga karena melihat dirinya yang melayang layang di kamar nya. Amelia yang masih berambut panjang mengangkat tangannya menunjuk ke arah Tino,
“Lo...kan cowo yang tadi di sekolah bawa hantu di pundaknya, yang gue samperin di kelas sebelah, bener kan,” ujar Amelia sambil menunjuk Tino.
“Ha..halo hahaha (loh...cowo yang bawa hantu di pundaknya, dia ga kenal gue ?),” balas Tino.
“Gimana caranya lo bisa di kamar gue ? lo hantu bukan ?” tanya Amelia lagi dengan ketus dan terlihat marah.
“Pa...panjang ceritanya hahaha (Gawat, dia Amelia yang tiba tiba duduk di sebelah gue dan bilang mau ngusir Mei dan May, dia Amelia yang baru masuk sma dan belum melakukan apa apa, gue balik ke masa lalu),” jawab Tino.