Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29.
Pagi hari, jam delapan pagi.
Di ruang makan, sudah duduk Paman Hendrik dan istrinya menikmati sarapan pagi.
"Bagaimana? apa kau sudah memikirkan cara untuk membuat putri keluarga Rydell itu berpisah dari Hendrik?" tanya Tante Hendrik, Naila, pada suaminya, dengan setengah berbisik dengan tajam.
"Aku memikirkan, untuk mengangkat lagi kasus pembunuhan David, agar ia di masukkan ke dalam penjara, dan dengan begitu istrinya itu pasti akan meninggalkan nya!" kata Gary Fernandez, Paman Hendrik.
"Kau memang jenius suamiku, itu ide yang paling bagus, kita buat ia membusuk di penjara, dan kita akan menjadi satu-satunya yang akan menikmati harta warisan Papa!" ujar Naila dengan mata berbinar.
"Aku akan menghubungi pengacara David siang ini, dan menyusun kembali bukti-bukti tambahan, untuk memberatkannya sebagai tertuduh!" ujar Gary tersenyum bangga.
"Iya, kau sungguh pintar!" Naila hampir tertawa girang, mendengar apa yang di katakan suaminya.
"Ada apa, Ma? sepertinya aku ketinggalan berita bagus, sehingga Mama terlihat begitu senang sekali!" sahut Wilson memasuki ruang makan.
"Papamu punya ide untuk menyingkirkan sepupuku itu, ia tidak lama lagi tidak akan terlihat berkeliaran di sekitar kita!" ujar Naila tersenyum senang.
"Benarkah?" mata Wilson terlihat membesar dengan raut wajah gembira, mendengar apa yang di katakan Ibunya itu.
"Iya!" angguk Naila tersenyum senang.
"Stttt... jangan terlalu kencang bicaranya, sebentar lagi mereka akan turun untuk sarapan!" sahut Gary memperingati istri dan putranya itu, untuk tidak terlalu berisik bicaranya.
Ke dua orang itu pun dengan cepat menutup mulut mereka, dan melahap sarapan mereka dengan bersemangat.
Tidak lama kemudian Hendrik bersama Jane terlihat memasuki ruang makan, untuk bergabung sarapan pagi.
Melihat Hendrik datang, Wilson bangkit dari duduknya, ia ingin menjahili Hendrik, karena ia memang suka sekali menindas Hendrik sedari remaja.
Wilson berjalan di belakang Hendrik, saat Hendrik menarik kursi untuk Jane, dan setelah Jane duduk, ia pun menarik kursi di sebelah Jane.
Saat Hendrik akan duduk, Wilson dengan iseng menarik kursi tersebut menjauh dari Hendrik.
Tanpa ia sadari, ternyata Hendrik telah mengetahui keisengan Wilson padanya, dan satu kakinya mendorong kursi yang di tarik Wilson.
Bruk!!
Wilson terdorong ke belakang, dan jatuh bersama kursi yang ia tarik ke lantai.
"Kenapa kau tarik kursiku!" sahut Hendrik memandang Wilson yang terjerembab di lantai.
Gary dan Naila sontak berdiri dari duduk mereka, dengan mata terbelalak melihat Wilson yang teronggok di lantai di timpa kursi.
"Hendrik! apa yang kau lakukan pada Wilson!!" teriak Gary terbelalak melihat Wilson yang meringis kesakitan.
"Aku tidak melakukan apa-apa padanya, ia yang menarik kursiku, salah dia sendiri kenapa iseng menarik kursiku!" ujar Hendrik dengan cuek, lalu mengambil kursi yang menimpa Wilson.
"Ka.. ka.. kau mendorongku!!" teriak Wilson menunjuk Hendrik dengan tatapan marah.
Hendrik dengan cueknya angkat bahu, "Aku tidak mengerti apa maksudmu!" ucapnya dengan santainya.
"Kau mendorongku!!" teriak Wilson lagi.
"Aku hendak duduk, tidak melihatmu berjalan di belakangku, bagaimana mungkin aku kurang kerjaan mendorong kursiku ke belakang?" ujar Hendrik dengan santainya.
Dengan wajah meringis Wilson bangkit dari jatuhnya, seraya memandang Hendrik dengan tatapan setajam pisau.
Hendrik hanya angkat bahu saja, tidak perduli dengan tatapan Wilson, yang menurutnya tidak seram sama sekali.
"Kalau kau mencoba melakukan hal konyol lagi padaku, aku akan menghajar mu!" kata Hendrik dengan dingin pada Wilson, yang masih terus meringis duduk kembali ke kursinya.
Gary dan istrinya hanya dapat memandang Hendrik, dengan tatapan tidak suka.
Mereka kemudian sarapan dalam diam, hanya Hendrik dan Jane yang terlihat saling memperhatikan.
Mereka saling berbagi sarapan ke piring masing-masing, sembari tersenyum bahagia.
Membuat keluarga Pamannya, hanya bisa mengetatkan geraham dengan geram, melihat pemandangan keharmonisan Hendrik bersama Jane.
"Pagi ini aku akan kembali ke apartemen untuk mengambil barang ku, yang masih tertinggal di sana!" kata Jane di sela-sela sarapan mereka.
"Aku akan mengantarmu!" ucap Hendrik, menawarkan diri untuk mengantarkan Jane.
"Baiklah!" jawab Jane tersenyum senang.
Sementara keluarga Paman Hendrik semakin kesal saja, melihat keakraban Hendrik dengan Jane, property untuk mendapatkan harta warisan mereka.
Bersambung....