NovelToon NovelToon
Setelah 38 Hari

Setelah 38 Hari

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Berbaikan / Konflik etika / Kebangkitan pecundang / Mata-mata/Agen / Keluarga
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Ini kisah tentang kakak beradik yang saling mengisi satu sama lain.

Sang kakak, Angga Adiputra alias Jagur, rela mengubur mimpi demi mewujudkan cita-cita adik kandungnya, Nihaya. Ia bekerja keras tanpa mengenal apa itu hidup layak untuk diri sendiri. Namun justru ditengah jalan, ia menemukan patah hati lantaran adiknya hamil di luar nikah.

Angga sesak, marah, dan benci, entah kepada siapa.

Sampai akhirnya laki-laki yang kecewa dengan harapannya itu menemukan seseorang yang bisa mengubah arah pandangan.

Selama tiga puluh delapan hari, Nihaya tak pernah berhenti meminta pengampunan Angga. Dan setelah tiga puluh delapan hari, Angga mampu memaafkan keadaan, bahkan ia mampu memaafkan dirinya sendiri setelah bertemu dengan Nuri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Kartu yang Angga copot kini kembali dia pasang. Saat hp nya dihidupkan dan menunggu beberapa saat, notifikasi datang berbondong-bondong. Banyak panggilan tak terjawab dari bibi nya, serta pesan-pesan masuk yang bersifat urgensi baru Angga lihat sekarang. Semua itu tidak ada gunanya lagi.

Dia melempar benda pipih itu ke atas kasur. Kepalanya pening sekali, di jambak-jambaknya tidak sedikit pun keadaannya membaik. Dada masih sesak dikuasai amarah. Ingin sekali berteriak namun urung karena diluar bisa saja para tetangga berkumpul lantaran mendengar teriakan.

Angga memanggil-manggil nama Nihaya,

"Ni.. "

"Nihaya.. "

"Dek.. "

Namun kali ini tidak ada sahutan. Tidak nampak lagi jin qorin menyerupai manusia yang diikutinya semasa hidup. Akhirnya dia berniat menemui ibunya untuk meminta ponsel milik Nihaya, serta berpamitan mengunjungi makam sang adik. Sebelum itu dia lebih dulu meraih pedang yang tergantung di tembok kamar. Tangannya menggenggam kuat-kuat pedang dengan penuh dendam kesumat.

Balong harus mati.

...***...

Di beranda rumah.

Ibu, paman, dan bibi sedang berembuk sesuatu yang pastinya mengenai Angga.

"Mbak, aku ngerasa Angga sudah ketempelan. Dia cerita kalau Nihaya sudah menemaninya selama beberapa hari saat di Jakarta. Bahkan Angga bilang dia pulang bareng sama Nihaya. Bukan tidak mungkin, mata batin Angga jadi terbuka dan dia bakalan sensitif sama hal yang begitu. Apalagi dia bilang Nihaya sempet minum kopi buatannya. Itu bener kopi atau apa yak Mbak?" Paman cemas. Beliau mengutarakan isi pikiran kepada kakak perempuannya setelah melihat kondisi Angga.

"Mbak juga khawatir sama Angga." Wajah ibu nelangsa, berujung isakan tangis. Melihat Mbak iparnya sedih begitu, bibi menoel-noel suaminya. Kode sentuhan bibi seakan berkata 'piye to? jadi sedih kan'. Paman sedikit menyesal. Tetapi masalah ini juga tidak bisa dispelekan.

"Maaf to Mbak, aku ndak maksud bikin sedih."

"Iya Man, Mbak ngerti. Mbak cuma lagi sedih aja sama nasib anak-anak Mbak." Ibu menghapus air matanya. "Di tambah lagi Mbak dan Mas mu selalu merepotkan kalian selama ini."

"Kita kan keluarga Mbak, jangan mikir gitu ah. Angga sama Nihaya juga keponakan yang sudah kami anggap anak sendiri. Iya kan dek?" Paman melirik, meminta validasi bibi.

"Iya betul. Kami kan tidak ada anak, jadi kalau bukan keponakan, siapa lagi yang kami curahkan kasih sayang."

Ibu menghela nafas, tersenyum lega mendengar saudara bertutur luar biasa peduli. Tidak ada iri dengki, tidak ada permusuhan. Rasanya begitu damai dunia yang kita pijak kalau begitu caranya.

"Mbak aku ada saran, bagaimana kalau Angga diruqyah saja?"

"Kalau gitu, Mbak minta tolong habis acara 40 harian, kamu panggil orang yang bisa ke rumah ya Man. Maksudnya telpon saja minta datang kesini."

"Iya Mbak."

Tiba-tiba Angga muncul dari dalam rumah menghentikan obrolan mereka.

"Bu, aku mau hp Nihaya. Aku juga mau pergi ke makamnya."

Ibu pun menyerahkan hp Nihaya kepada Angga. Kemudian Angga pamit pada ibu, paman, dan juga bibi. Melihat cara pamitan Angga yang terasa janggal, paman lantas berseru.

"Angga, kamu ditemani bibi ya?"

"Tidak usah paman, aku sendiri saja. Kasihan bibi nanti kecapekan. Lagipula di sini bukankah sedang repot menyiapkan empat puluh harian Nihaya?"

"Iya sih le."

"Kalau gitu, aku pamit pergi dulu. Titip ibu sama bapak. Maaf, Angga selalu merepotkan paman dan bibi."

"Le, omongan kamu seperti hendak pergi yang yang tak kunjung kembali."

Paman menembak begitu, ibu dan bibi menegang.

"Aku pasti balik ke rumah, tapi waktunya entah."

Ibu gusar, "kenapa begitu le? kamu mau kemana memangnya? ibu mohon jangan ada dendam bersarang di hati kamu nak. Dendam hanya akan membuatmu tambah menderita karena dendam bersifat tak ada habisnya."

"Aku hanya ingin menegakkan keadilan untuk Nihaya bu. Itu saja. Restui aku untuk itu, maka akan pergi membawa restu ibu."

Lama terjeda keheningan. Kemudian bibi mengutarakan isi pikirannya.

"Angga, kamu mau nyari Balong ya?"

"Betul bi."

"Sendirian? kalau iya, sebaiknya jangan. Apalagi kamu tangan kosong begini. Bibi takut kamu kenapa-kenapa. Balong santer bukan manusia melainkan lelembut. Kalau katamu benar dia adalah manusia, mungkin aja dia manusia yang bersekutu sama tak kasat mata. Nanti bibi bantu provokasi agar masyarakat mau bertindak dan tidak bisa lagi di bayang-bayangi takut kepada Balong. Bersatu padu lebih baik daripada sendirian."

"Tidak usah bi, terimakasih atas kepeduliannya. Aku sendiri saja."

"Yakin le?"

"Yakin bi. Tenang saja, aku kuat kok."

"Yasudah kalau begitu. Jangan dipaksakan kuat ya le kalau memang sudah tidak kuat. Kamu itu manusia, bukan semen tiga roda." Mentang-mentang Angga pekerja konstruksi.

"Iya bi, aku pun juga sadar kalau aku bukan baja ringan."

"Apalah daya paman yang seperti sendok semen ini." Paman ikut-ikutan. Suasana sedikit mencair.

"Ibu merestui kepergianmu. Angga bisa janji kepada ibu untuk kembali ke rumah dalam keadaan baik-baik saja?"

Angga pun mengangguk, menyanggupinya.

...***...

Angga pergi ke pemakaman menaiki becak motor. Sampai di depan makam Nihaya, dia berjongkok, menatap batu nisan itu dengan tatapan sukar. Tanggal yang tertulis satu hari setelah dia mengusir Nihaya dari hidupnya membuat laki-laki itu tersenyum getir.

Angga memanjatkan do'a untuk mendiang adiknya. Setelah itu dia berdiri, kemudian suara burung gagak menggaok-gaok di udara. Angga mengadahkan kepala melihat keatas di mana banyak pemandangan pohon menjulang tinggi.

Kemudian dia beranjak pergi dari sana, bukan untuk pulang.

Waktu sudah merangkak pukul enam sore. Jelas bukan waktu yang tepat untuk berdiri diantara barisan pepohonan tinggi yang berdiri ditanah hutan. Ditambah gerimis turun, membasahi daun-daun yang menciptakan aroma basah.

Disitulah Angga berada. Laki-laki itu mantap mengayunkan langkah terus menyusuri dalam hutan. Mencari keberadaan Balong yang sedang ditakuti orang-orang.

"Angga."

Langkah Angga langsung terhenti.

.

.

.

.

Bersambung.

1
Teteh Lia
Kaka Dewi mah emang...👍❤️
Teteh Lia
di tunggu karya selanjutnya, Kaka 🙏
Teteh Lia
ini seriusan udah selesai, kak?
Teteh Lia
babang Ardi ini sebenarnya sayang kawan...
Teteh Lia
biasanya Angga bisa lihat yang nda kasat mata...
Zenun
🙈🙈🙈🙈
F.T Zira
astaga Alannn🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Zenun: 🙈🙈🙈🙈🙈
total 1 replies
F.T Zira
ohhh🤭🤭🤭
Zenun: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
F.T Zira
gini nih yg bahaya dan bisa buat orag kecelakaan😣😣
Zenun: iya betul
total 1 replies
Black Rose🖤
omongan orang mabuk kali ya
Zenun: bisa jadi kak
total 1 replies
Black Rose🖤
udah normal kah Angga
Zenun: belom sepenuhnya sih kak
total 1 replies
Black Rose🖤
serem tau kena sirep 😫
Zenun: 😱Ceritanya bijimana itu kak?
Black Rose🖤: bukan aku, tp saudaraku. Gk mau ngalamin dek amit² 😫
total 5 replies
Dewi Payang
Apa Ardi mau jahat juga kaya si Alan?
Dewi Payang: 😁😁😁😁😄😄
Zenun: iya betul
total 4 replies
Dewi Payang
Itu artinya, Angga udah ga bisa liat demit dan sebangsaanya lagi
Dewi Payang: Gak rwla rupanya si Syaiton😆
Zenun: Ditampakin sama jin nya kak, karena Nuri udah mau campuri urusan si syaiton itu😄.
total 4 replies
Teteh Lia
Nuri yang nda peka. Alan yang nda berani ngomong langsung. ya mau gimana lagi.
Zenun: gak anu ya kak
total 1 replies
Teteh Lia
hmmm... mungkin ini alasannya, mereka nda bisa akur. makasih banyak kak 😁
Zenun: hehehe, sama-sama kak
total 1 replies
Dewi Payang
iya kan....
Dewi Payang
Apa dia hamil anaknya Balong sama si Jin itu?
Dewi Payang
Apa gak bahaya kamu nyamperin si Alan Nuri?
Dewi Payang
Gak tulus berarti,, hanya karena ada maunya🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!