[Peringatan!! Judul Novel Tidak Sesuai Dengan Isi Ceritanya]
Tumbuhnya Tujuh Buah Surgawi sejak sekian lama berhasil menggemparkan dunia persilatan.
Tujuh Buah Surgawi bukanlah buah biasa, siapapun yang memakan walau hanya salah satu dari ketujuhnya maka dia akan menjadi pendekar yang tak tertandingi.
Sehingga tidak mengherankan jika buah itu tumbuh banyak pendekar yang menginginkannya, perebutan hingga saling membunuh dan membantai bukanlah sesuatu yang asing.
Zhou Yuan adalah salah satu pemakan Buah Surgawi kedelapan yang tidak dicatat dalam sejarah, buah kedelapan itu dinamai buah kematian, sesaat ia hendak memakannya banyak orang yang menginginkannya hingga suatu ketika Zhou Yuan harus di kepung oleh banyak pendekar yang membuatnya terbunuh.
Sebelum kematiannya, Zhou Yuan memakan Buah Kematian, buah itu membuat Zhou Yuan berengkarnasi setelah seratus tahun kematiannya. Zhou Yuan berniat membalaskan dendam kematiannya di kehidupan pertamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 10 — Latihan Pedang
"Kalau dipikir-pikir sudah lama sekali aku tidak memegang benda ini..." Zhou Yuan tersenyum lebar sambil mengayun-ngayunkan pedang kayu di tangannya.
Selama tujuh tahun setelah ia terlahir kembali, Zhou Yuan memang belum melakukan latihan pedang, ia menghabiskan waktunya untuk membaca buku di perpustakaan atau melakukan pelatihan penempaan fisiknya.
Zhou Yuan teringat dimasa-masa kehidupan pertama ia tidak lepas dari senjata tersebut, semenjak gurunya meninggal Zhou Yuan selalu bersama pedang yang diberikan gurunya kemana-mana bahkan sampai ia menghembuskan nafas terakhir.
"Ini sedikit bernostalgia jadi mari kita lalukan yang terbaik..." Zhou Yuan bergumam pelan sebelum melakukan gerakan pedang yang dilakukan gadis itu sebelumnya.
Kelopak mata Xiao Rou perlahan terangkat menyadari Zhou Yuan dapat melakukan teknik pedangnya dalam sekali percobaan.
"Kau bisa menguasainya dalam sekali lihat?" Tanya gadis itu.
"Aku hanya sudah menghafal gerakannya dari buku, jadi tidak sulit melakukannya..."
Zhou Yuan beralibi bahwa ia sering membaca buku di perpustakaan termasuk buku tentang teknik pedang, gerakan Xiao Rou sebelumnya sudah ia lihat dibuku.
Xiao Rou mengangguk dan cukup mengerti, memang teknik pedang yang dilakukannya tadi selain mudah dipelajari juga umum di dunia persilatan, jadi tidak heran kalau Zhou Yuan telah mempelajarinya dari buku perpustakaan.
Xiao Rou kemudian menggunakan teknik pedang yang lain tetapi kesulitan kali ini sedikit bertambah, Zhou Yuan yang melihat hal tersebut dapat mencontohkannya dengan mudah.
Ekspresi gadis itu sedikit berubah, ia kembali mencoba teknik lainnya yang lebih sulit dan lagi-lagi Zhou Yuan dapat melakukannya dalam sekali coba.
Xiao Rou tampak tidak mengerti dengan kemampuan Zhou Yuan tetapi ia juga tidak memikirkan lebih jauh. Hari itu Xiao Rou mengajar semua teknik pedang yang diketahuinya pada Zhou Yuan kecuali teknik pedang klannya.
"Kau sepertinya orang yang suka membaca ya?" Tanya gadis itu di kala keduanya berisitirahat.
Zhou Yuan menggaruk kepalanya, ia kemudian mengatakan bahwa dirinya sudah membaca setiap teknik pedang dari buku, baik itu dari teknik yang paling umum maupun yang paling sulit dipelajari.
"Ini aneh, menurut Kakekku memahami dan mempraktekkan adalah dua hal berbeda, meski kau hafal gerakan sebuah teknik tetapi melakukannya adalah cerita lain..." Kata gadis itu dengan wajah yang masih berekspresi datar.
Zhou Yuan tersenyum tipis, setelah beberapa jam bersama, Xiao Rou mulai berani berbincang dengannya. Gadis itu ternyata tidak sependiam seperti yang dikatakan kakeknya.
"Aku juga tidak tahu Nona Xiao... Aku hanya melakukan apa yang aku ingat. Bukankah Nona Xiao juga demikian sepertiku, biar aku tebak, Nona Xiao pasti bisa melakukan sebuah teknik pedang dengan sekali lihat juga bukan?"
Kelopak mata Xiao Rou melebar, "Bagaimana kamu tahu?"
Zhou Yuan batuk pelan. "Nona Xiao, tidak sulit melihatnya, fakta bahwa anda bisa memainkan teknik pedang klan Xiao adalah bukti bahwa anda jenius sejati."
"Apa orang lain tidak seperti itu?" Tanya gadis itu dengan polosnya.
"Sebenarnya tidak, bahkan jarang sekali... Permainan pedang yang kau ajarkan sebelumnya seharusnya memerlukan beberapa bulan untuk menguasainya, teknik pedang dari klanmu jauh lebih sulit dari itu, dapat menguasainya walau hanya salah satu saja membutuhkan waktu bertahun-tahun tetapi anda diusia dini sudah dapat melakukannya itu adalah pencapaian yang luar biasa."
Xiao Rou tampak tidak bereaksi dengan ucapan Zhou Yuan, "Kakek juga sering mengatakan seperti itu, dia bilang aku adalah anak yang berbakat, tapi aku tidak tahu maksud dari kata berbakat itu seperti apa..."
Tanpa diminta, Xiao Rou bercerita bahwa sejak kecil ia hanya tinggal di kediaman rumahnya bersama kakeknya. Orang tua Xiao Rou sudah tidak ada sejak ia masih bayi, ia belum pernah melihat wajah ibu maupun ayahnya.
Di usianya yang kelima tahun Xiao Rou pernah diculik oleh seseorang yang menyusup ke kediamannya.
Penculikan itu membuat Xiao Rou hampir kehilangan nyawa, beruntung saat itu kakeknya datang dan menyelamatkannya namun sebagai bayarannya Xiao Fan harus mengalami cedera yang cukup serius hingga membuatnya kritis.
Butuh hingga dua tahun sampai Xiao Fan benar-benar pulih dari kritisnya, hal tersebut membuat Xiao Rou sangat sedih dan tersiksa.
"Aku tidak mengerti namun saat itu aku tidak mau Kakek pergi dari hidupku..." Xiao Rou menjadi teringat kejadian Xiao Fan terbaring di tempat tidur dengan kondisi lemah.
Xiao Rou berubah menjadi gadis yang pendiam, ia tidak mau merepotkan kakeknya walau hal terkecil sekalipun, apalagi ketika kakeknya meminta untuk jangan menangis maka saat itu ia menjadi gadis yang tidak pernah menangis.
Sejak saat itu Xiao Rou melupakan ekspresi emosi wajahnya, ia juga banyak mempelajari teknik pedang dari kakeknya karena tidak mau kakeknya dalam kondisi seperti itu lagi.
Zhou Yuan mendengar gadis berambut merah itu bercerita, ia menggaruk kepalanya, bingung harus merespon seperti apa tetapi pada akhirnya ia memilih diam hingga Xiao Rou mengakhiri ceritanya.
Hari sudah semakin gelap, Zhou Yuan berpamitan pada Xiao Rou dan mengatakan ia akan kembali besok.
Di pagi harinya saat Zhou Yuan pergi kediaman gadis itu lagi, ia menemukan Xiao Rou sedang berlatih teknik pedang klan Xiao dari kitab yang diberikan kakeknya sebelumnya.
Zhou Yuan mengamati permainan pedang gadis itu sesaat sebelum melangkah menyapanya.
"Selamat pagi Nona Xiao."
"Ah, selamat pagi..." Xiao Rou menghentikan gerakan pedangnya.
"Apakah anda sedang berlatih?"
Gadis berambut merah tersebut mengangguk, "Maaf Saudara Zhou, bisakah anda sedikit menunggu lebih lama lagi."
Zhou Yuan mengangguk, tidak masalah. Gadis itu kemudian melanjutkan latihannya lagi, mengulang-ulang gerakan sampai akhirnya ia merasa kelelahan.
"Nona Xiao, maaf tapi sebaiknya anda jangan memegang pedang seperti itu, beban pedang akan terasa lebih berat jika cara memegangnya juga salah..."
Zhou Yuan awalnya tidak akan berkomentar mengenai teknik pedang gadis itu namun setelah melihat kesalahan gerakannya berulang kali ia merasa tidak bisa tinggal diam saja.
Pernyataan Zhou Yuan membuat Xiao Rou menghentikan latihannya, ia memandang Zhou Yuan dengan bingung.
"Nona Xiao, coba anda lakukan memegang pedang dengan cara seperti ini..." Zhou Yuan mencontohkan cara memegang pedang dengan pedang kayunya.
"Apakah seperti ini..."
Zhou Yuan mengangguk, "Juga lakukan teknik pernafasan dengan cara seperti ini, itu akan membuat anda tidak cepat lelah saat melakukan banyak gerakan."
Satu persatu Zhou Yuan menyampaikan kesalahan gadis itu dalam bermain pedang, hal tersebut membuat Xiao Rou merasakan perbedaan dalam kemampuannya.
Sebenarnya cara Xiao Fan mengajari Xiao Rou tidak terlalu salah hanya saja Zhou Yuan mempunyai cara yang lebih baik dalam bermain pedang berkat pengalamannya di kehidupan pertama.
"Aku tidak menduga anda akan lebih paham dariku..." Setelah selesai Xiao Rou menyampaikan isi hatinya. "Kakek selalu berkata bahwa aku adalah gadis yang lebih jenius diantara para jenius tetapi sepertinya perkataan Kakek salah. Jika begitu bukankah kau lebih jenius daripada aku?"
Zhou Yuan tersenyum tipis, "Aku hanya sering membaca buku, mungkin sebab itu pemahamanku sedikit lebih luas."
Xiao Rou memandang Zhou Yuan dengan lama, ia ingin berkata sesuatu tetapi merasa urung menyampaikannya.
Menurut kakeknya, Xiao Rou akan mengajari Zhou Yuan pedang selama tiga tahun ke depan dengan teknik-teknik yang ia ajarkan namun ternyata Zhou Yuan justru dapat menguasainya dalam sehari mereka bertemu.
Belum lagi kini Xiao Rou dikejutkan dengan pemahaman Zhou Yuan dalam berpedang yang ternyata berada di atasnya. Dibandingkan menggurui justru dirinya yang digurui Zhou Yuan.
"Nona Xiao, apakah anda ingin mengatakan sesuatu?" Zhou Yuan melihat tatapan gadis itu sedikit berbeda.
"Saudara Zhou, sebenarnya aku..."