"Syifa saya bilang turun sekarang"
"nggak mau Gus gue belum puas makan mangganya, kan kata Gus nggak boleh buang-buang makanan ntar mubazir "ucapnya tak peduli dengan tatapan seorang pria di bawah sana .
"mau turun atau saya cium "
para santri mendengar itu langsung kaget mereka tak menyangka gusnya ternyata sangat so sweet ini terhadap istrinya.
"hah" mata gadis itu melotot tajam
"bugh"
"auwsshhh "ringis gadis itu saat melompat dari pohon akibat mendengar ancaman gusnya syifa syeena queenza Abimanagadis cantik dan super duper bar-bar Dia terpaksa harus menikah dengan seorang gus tampan
akankah suaminya dapat merubah sifat keberbaran istrinya dan dapat meluluhkan hatinya
kalau mau lanjutannya yuk! langsung join 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALFI MARTIS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Eh, Gus tanggung jawab dong,masa suruh gue yang bersihin, sini Gus sendiri yang bersihin wajah gue." ucap Syifa memajukan wajahnya.
"Menyusahkan." ucap Gus Alwi.
"Makanya, jangan suka menyemburkan minuman sembarangan." ucap Syifa di sela sela Gus Alwi membersihkan wajahnya. Jarak mereka sangat dekat. Sesaat tatapan mereka beradu jantung Syifa terasa ingin keluar dari tempatnya. Melihat wajah Gus Alwi yang sangat dekat dia di buat menahan nafas.
"Nafas Syifa.'
"Haaaaa." syifa pun menghirup oksigen pelan.
Gus Alwi di buat menahan senyum melihat tingkah Syifa.
"Saya tau saya tampan." ucap Gus Alwi. Dan langsung berjalan ke arah sofa.
"Muka kaya tembok, di bilang tampan." ucap Syifa yang memang merasa malu. Karena ketahuan terpesona pada ketampanan Gus Alwi.
Syifa pun menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. "Bangun, jangan malas." ucap Gus Alwi
Syifa di buat kesal lagi lagi jadwalnya tidur di ganggu.Kenapa lagi sih." kesalnya.
"Bangun."
"Isssh lama lama gue bisa mati ni, hidup bareng Gus." gerutunya.
"Yakin?" tanya Gus Alwi menatap Syifa intens.
"Y-a, ya-kinlah." ucapnya terbata bata. Karena di tatap oleh Gus Alwi. Dia yang penyuka cogan mana mungkin tidak dag dig dug.
"Saya pastikan kamu akan bahagia hidup bersama saya." ucap Gus Alwi.
"Ihhh Pd amat Pak" cibir Syifa.
"Umi, Abi Syifa pergi dulu ya."
"Isssh Gus, gue mau tidur ."ucap Syifa berpamitan pada kedua mertuanya.
"Iyah Nak, hati hati ya, ingat kalau kamu pengen nginap di sini datang saja ya."
"Iyah Umi, Syifa bakal datang kok ke sini. Kalau lagi pengen."
"Tidak, kamu wajib datang ke sini. Minimal 5 hari dalam seminggu." ucap Gus Alwi.
"Isssh Gus Gue capek, kalau bolak balik asrama ke sini. Jadi kalau gue ada rajin nya saja. Baru deh datang."
"Kalau gitu nggak usah tinggal di asrama." jawab Gus Alwi membuat Syifa langsung berubah kesal.
"Gus gimana sih. Ini kan sudah perjanjian, kalau gitu sehari di asrama sehari di sini aja deh." ucap Syifa.
"Okey." jawab Gus Alwi singkat.
"Ck, kebiasaan si tembok." gumam Syifa.
"Tembok? Tembok apa Kak?" tanya Ning Ais yang baru datang dan mendengar gumaman Syifa. Syifa langsung meringis karena melihat tatapan Gus Alwi.
"Eh bukan kok, gue lagi lihat itu temboknya indah banget." jawab Syifa asal. Ning Ais pun mengangguk.
"Ayo pergi." ucap Gus Alwi.
"Hah... Gus Alwi ngusir Gue?"
tanya Syifa kaget.
"Maksudnya kalian pergi ke asrama nak." ucap Abi Bima. Karena pusing dengan anaknya iniyang kalau bicara suka singkat.
"Ohhh gitu toh Abi. Bicaranya nggak jelas sih Gus gue." mendengar kata Gus gue entah kenapa wajah Gus Alwi langsung memerah.
Tapi berhasil di sembunyikan dengan kepalanya yang selalu menunduk.
"Assalamualaikum Abi, Umi." Syifa dan Gus Alwi pun menyalimi kedua paru baya itu. Diikuti dengan Ning Aisyrah menyalimi abang dan kakak iparnya itu.
"Waalaikumsalam. Nak hati hati ya."
"Siap Umi." ucap Syifa memberi hormat membuatmereka semua tersenyum dengan tingkah Syifa. Sungguh Syifa datang dengan keceriaan ke rumah itu.
"Gus sampai di sini saja." ucap Syifa saat mereka sampai di sebuah pohon yang cukup lebat daunnya.
"Jalan."
"Gus, sampai sini aja. Nanti ada yang lihat." ucap Syifa dan langsung merebut kopernya dari Gus Alwi.
"Syifa yang sopan."