Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Gagal.
Di dalam kamar hotel, Emilio menjambak rambutnya kasar. Lelaki itu menoleh pada istrinya yang sedang memunggunginya karena marah padanya.
Ya, sekali lagi semuanya gagal. Disaat semuanya berjalan baik bahkan keduanya sudah melepaskan pakaian mereka setelah pemanasan, saat Emilio akan memasukkan juniornya yang sudah tegang dan ujung nya itu sudah menempel di celah milik Fayyana namun tiba-tiba senjatanya itu mengkerut kembali.
*melempem seperti kerupuk disiram air 😝
Emilio bergerak memeluk Fayyana dari belakang, "Sayang, maafkan aku... ayo coba lagi..." lelaki itu benar-benar frustasi dan merasa bersalah.
"Percuma, hasratku sedang di titik tertinggi dan aku sudah berekspektasi tinggi padamu. Tapi malah... Ah sudahlah!"
"Bukankah sudah ada kemajuan, sayang. Milikku bisa bangun lama, tadi saat kita forre_playy... waktunya kayaknya lebih dari lima belas menit deh. Dokter James bilang itu peningkatan yang bagus, aku akan terus berobat dan aku janji akan bisa memuaskan mu lagi nanti. Hm, jangan marah lagi ya." Bujuk Emilio, karena ini adalah ide darinya dia harus terus meminta maaf.
"Baiklah, tapi kasih aku ijin seminggu untuk pergi ke Bali. Ada pernikahan temanku, ada acara Bridal shower juga. Tapi kamu sibuk dengan Perusahaan, jadi biarkan aku pergi dengan teman-temanku. Oke." Fayyana dengan tubuh masih telanjang berbalik menghadap suaminya.
"Oke sayang, jangan cemberut lagi. Aku mengijinkan mu, kau boleh menggunakan black card sepuas mu. Bersenang-senanglah, ya. Senyum dong," ujar Emilio seraya mencolek hidung mancung Fayyana.
"Makasih ya, Mas." Fayyana mengecup pipi suaminya.
"Sekarang mau pulang atau masih ingin disini?" tanya Emilio, pasalnya sejak tadi dia juga ingin memeriksa keadaan Divya. Meskipun tadi ia melakukan pemanasan dengan Fayyana, namun sebenarnya wajah Divya lah yang terbayang olehnya.
Apa karena aku membayangkan wajah Ellia tadi, jadi pas aku tersadar saat akan memasuki tubuh Fayyana seketika milikku langsung mengecil. Arghhh, sial! Kenapa harus terus terbayang perempuan itu? Aku jadi harus menuruti semua keinginan Fayyana agar dia nggak curiga. Pusing sudah Emilio dengan hidupnya.
"Aku masih mau disini, ya." Jawab Fayyana.
"Kalau begitu nikmati tidur mu disini, besok aku ada meeting pagi-pagi dan berkas nya belum aku evaluasi di rumah. Aku harus pulang dan memeriksanya di rumah, gapapa aku tinggalkan kamu sendiri kan?"
"Iya, sayang. Gapapa, besok aku pulang ke rumah lalu siangnya akan langsung pergi ke Bali. Saat aku pergi, kamu jaga hati disini. Jangan genit sama karyawan-karyawan wanitamu di Perusahaan. Awas, ingat ada aku istrimu yang cantik ini dan sangat mencintaimu."
"Ya, sayang."
Emilio mengecup bibir Fayyana untuk perpisahan, setelahnya Emilio turun dari ranjang dan segera bersiap untuk pulang.
Di dalam mobil karena ada rasa rindu pada Divya, Emilio membuka tab untuk memeriksa kamar perempuan itu. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam, namun di dalam kamar tidak ada sosok Divya. Perempuan itu tidak ada di ranjang, di ruangan walk in closet maupun di kamar mandi yang juga Emilio pasang Cctv.
"Sial! Kemana gadis itu?!"
Emilio segera menghubungi salah satu pelayan di rumah yang ia tugaskan menjaga Divya.
"Ya, Tuan."
"Periksa kamar Ellia sekarang! Cepat! Lalu kirim rekaman Cctv seluruh rumah padaku!"
Tuuuut...
Laporan secepatnya datang pada Emilio jika Divya tidak ada di Mansion, Emilio lalu memeriksa rekaman dari Cctv rumah, ia melihat Divya masuk ke ruang kerjanya dan mengambil ponsel milik perempuan itu lalu pergi dengan Sisil.
"Arghht! Mereka nggak becus menjaganya!" Emilio nge'reog di dalam mobil, ponselnya dibanting ke lantai mobil. Si supir yang bersamanya hanya bisa menelan ludah karena sudah lama Tuan-nya itu tidak pernah marah besar seperti sekarang. Terakhir kali Tuan-nya itu marah besar saat Emilio kehilangan adik perempuan nya yang overr dosiss obat-obatan terla rrang saat kelas 1 SMA. Emilio mengamuk pada pacar adiknya, menghajar tanpa ampun bahkan memenjarakan pacar adiknya itu.
.
.
Di sebuah rumah kecil namun ada dua kamar tidur, Divya sedang duduk di atas sofa yang sudah lapuk.
"Maaf, hanya ada teh nggak ada jus." Fatir menaruh dua cangkir teh di atas meja, sedangkan untuk dirinya sendiri ia membuat secangkir kopi.
"Kamu mau menjelaskan apa yang sedang terjadi?" tanya Fatir.
"Sil, kamu tidur lebih dulu. Aku harus bicara berdua dengan Om Fatir."
"Kamar itu adalah kamar ibuku, berhubung Ibu sudah lama dirawat jadi kosong. Pakai aja oleh kalian, gadis-gadis kecil yang sudah berani kabur. Ck!" Fatir menggelengkan kepalanya.
"Saya tidur lebih dulu, Non." Pamit Sisil.
"Ya."
Setelah Sisil masuk ke dalam kamar, Divya menatap Fatir.
"Makasih Om, udah tolongin aku."
"Sipp, jadi kenapa kamu kabur?"
"Aku dikurung Om ku, entah alasannya apa?" Divya mengangkat bahu.
"Nggak mungkin Om mu itu mengurung mu kalau nggak ada alasannya."
"Alasan nya sih karena aku masih sakit, terus katanya aku mau ujian jadi harus belajar. Aku juga dilarang pacaran dulu, ponselku pun disita."
"Ya, sikap Om mu itu bagus dong. Itu kan semua untuk kebaikanmu juga."
Divya menggeleng. "Bukan itu aja, tapi intinya aku nggak mau dikurung."
"Lalu, sekarang kamu mau bagaimana El?"
"El bakal tambah uang yang El bayar ke Om, buat biaya hidup El sementara. Jangan cemas, El minta tolong nggak bakal gratis kok. Ya, bantu aku ya Om sembunyi dari Om-ku."
Fatir garuk-garuk kepala memikirkan permintaan itu, bukan karena masalah uang tapi apa situasi itu tidak akan membahayakan atau nantinya malah berbuntut panjang dengan dirinya dituduh seorang penculik misalnya.