Ketika dua insan penuh luka di pertemukan febian tereca gadis dengan senyum indah nya namun menyimpan luka di dalam hati nya dengan jonathan christian wijaya lelaki tegas berwibawa membawa kisah pilu di dalam hidup nya akankan mereka berakhir bahagia atau akan semakin terluka
"tata hanya ingin bahagia kenapa susah banget" Jonathan christian.
"aku juga berantakan tapi tidak pernah meminta orang lain untuk memahami ku" febian tereca.
"kita adalah dua luka yang berakhir duka" best x bad house
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon itsnotme, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Nathan memeluk pinggang ramping Febi yang berada di pangkuan nya. Lalu menaruh kepala nya di bahu kanan Febi.
"Itu tidak akan pernah terjadi, Tata ga bakalan bosen sama Cacang"
"Kita lihat kedepan nya yah"
"Jangan tinggalin Tata yah" Gumam nya dengan pelan.
"heem"
...****************...
"Jadiin ini pelajaran, kalau bosen bilang jangan cari pelarian"
"Jangan cari penyakit Dim, kita beda agama"
"6 tahun kamu itu bushit, itu cuma alasan kamu biar aku kembali percaya kan?"
"Berhenti menyalahkan orang lain dan belajar berkata"
"Aku tidak akan mau bertemu dengan mu meskipun aku sudah menjadi Jenazah"
Semua perkataan Febi masih terngiang dikepala nya. Masih tergambar dengan jelas tatapan febi yang penuh kekecawaan kepada nya.
Apa harus semua nya sehancur ini? Kenapa bisa seperti ini?.
Termenung sendiri didalam kamar kos nya dengan tangan yang memeluk figura kecil yang terdapat foto nya dengan Febi dimasa sekolah.
"Aku tau aku salah tapi apa tidak ada kesempatan untuk ku? Aku sayang kamu bi"
...****************...
"Makasih yah untuk hari ini"
Nathan melepas helm dikepala Febi dengan pelan.
"Kembali kasih Cacang, Maaf yah nanti malam Tata ada urusan tadi ga bisa jalan"
Tidak apa bukan? Toh benar dirinya ada urusan dengan Yura. Tidak perlu menjelaskan secara rinci Febi pasti tau kan privasi nya?
"Its okey tadi aja udah cukup kok"
"Gih masuk Tata pulang yah babay Cacang"
Memasuki rumah nya yang terlihat sepi. Febi membersihkan dirinya lalu tidur jika boleh jujur kepala nya masih sedikit berat.
Saat mata nya akan terpejam dia menginggat yang terjadi di rumah Nathan tadi.
"Semoga semua baik baik saja" Doa nya dengan pelan lalu memutuskan untuk tidur.
Nathan yang baru sampai rumah nya lagi lagi disambut oleh amarah papa nya.
"Siapa yang kamu bawa tadi?"
"Bukan urusan papa" Malas meladeni papa nya Nathan melewati nya begitu saja.
"Jelas urusan papa inikan rumah papa"
"Jangan bawa wanita sembarangan masuk ke rumah ini" Tekan papa Yohan.
"Siapa perempuan sembarangan yang papa maksud? Febi? Dia bukan perempuan pa dia masih gadis dan bukan gadis sembarangan dia pacar nya Tian"
"Pacar? Ga ngaca kamu udah punya calon tunangan malah punya pacar"
Papa Yohan dan Nathan itu bagai pinang di belah dia. Karakter mereka sama sama keras sama sama tidak mau di atur dan sama sama kasar itulah yang membuat mereka tidak pernah akur.
"Yang buat Tian tunangan juga karna papa bukan mau Tian sendiri buat tunangan sama dia" Tak mau kalah dengan papa nya.
"Itu karna papa mau yang terbaik buat kamu Tian jangan ga tau diri siapa yang selama ini berjuang demi kamu"
"Harus berapa kali Tian bilang yang terbaik buat papa bukan berarti itu terbaik buat Tian"
"Dan soal itu, Tian ga pernah minta buat papa perjuangin Tian. Harus nya Tian bisa ikut mama sama meiska hidup bahagia bareng mama bukan nya ikut papa"
"Terus kamu mau apa hah? Ikut mama mu yang udah masuk tanah? Apa yang bisa dia kasih hah? Uang? Ga bisa kan?"
Nathan sangat heran kenapa dulu mamanya bisa mencintai pria seperti papa nya ini. Apa yang baik dari papa nya? Tampang biasa saja, keras kepala, kasar otak nya uang saja.
"Iya mama memang ga kaya seperti papa tapi setidaknya mama ga akan pernah memaksakan kehendak nya ke anak nya sendiri"
"Mama ga akan pernah memaksa untuk Tian jadi apa yang mama mau, papa tau kenapa mama cepat dipanggil sama Tuhan?"
"Karna mama baik ga banyak dosa kayak papa"
"Kurang ajar kamu" Saat papa yohan sudah melayangkan tangan nya tindakan nya terhenti karna suara sang oma.
"YOHAN" Dengan langkah yang pelan oma mendekat lalu menampar Anak nya itu.
PLAK.
"Gini sikap kamu kalau mama ga ada? Tian anak kamu Yohan kalau mama ga pernah maksa kamu kalau mama ga pernah memukul kamu sewaktu masa remaja harusnya kamu juga bisa melakukan hal yang sama kepada Tian" Oma dengan emosi berbicara dengan menunjuk wajah Papa Yohan.
Memang beberapa bulan yang lalu oma sedang berada dirumah kakak nya papa Yohan alias om Alex baru saja 2 hari yang lalu oma kembali ke sini malah melihat pemandangan tidak mengenakkan.
"Diajari siapa kamu memukul anak mu hah? Pernah mama mukul kamu? Padahal kamu dulu jauh lebih nakal dari pada Tian"
"Sekali lagi oma tau kamu mukul Tian awas aja kamu, Mama coret dari nama warisan"
Tunggu bukankah oma sekarang pelupa? Kok bisa mengancam hal yang sangat penting?
"Tian tuntun oma ke kamar" Nathan hanya menuruti perintah oma nya saja.
Setelah sampai kamar oma nya Nathan berpamitan Namun terhenti mendengar ucapan Oma nya.
"Oma memang sudah tua Tian faktor u mungkin mempengaruhi ingatan Oma tapi ingat satu hal, kamu dan meiska adalah cucu kesayangan oma mungkin ingatan oma akan menyusut seiring bertambah nya umur tapi perasaan sayang nya nenek tidak akan berubah"
Nathan memeluk Oma nya dengan air mata yang mengalir, Alasan nathan tetap disini salah satu nya adalah Oma nya lalu papa nya.
Terkadang Nathan berfikir apa salah nya jika dia menyayangi oma nya dan ingin menjaga oma nya di masa tua oma nya, apa salah nya jika Nathan ingin menjaga papa dari mama tiri nya yang serakah dan kasar. Perbedaan umur antara papa nya dan mama tiri nya terpaut sangat jauh bahkan mungkin mama tiri nya lebih cocok menjadi kakak nya.
Nathan selalu ingat waktu papa dan mama tiri nya berantem di rumah mama tiri nya, pertengkaran itu nampak nya sangat besar sehingga membuat mama tiri nya marah dan melempar piring untung saja tidak kena papa nya tapi papa nya terkena serpihan kaca itu yang membuat telapak kaki papa nya robek.
Melihat hal itu mama tiri nya bukan nya membantu malah pergi meninggalkan papa sendirian. Hal itu yang membuat Nathan bertahan dirumah ini meskipun alasan nya bertahan selalu membuat nya sakit hati oleh tindakan dan ucapan nya.
"Makasih oma" Masih dengan memeluk oma nya.
"Febi cantik yah, baik pula semoga kalian jodoh" Nathan mengaminkan hal itu dalam diam.
"Oma istirahat yah Tian keluar dulu" Mengecup ringan dahi Oma lalu Nathan pamit keluar kamar oma nya.
Baru saja melangkah keluar Nathan melihat ke ruang tamu ada sih fauna ehh flora maksud nya.
"Nathan apa kabar?" Lihat senyum dibuat buat nya Nathan bergidik ngeri akan hal itu.
"Nathan pertunangan kita akhir bulan depan lho"