TAMAT 02 NOVEMBER 2023
Ning Aisha menangis setelah King tak sengaja menciumnya. "Jangan dekati aku lagi!"
"Terus, gimana cara Gue jagain Lo, Cengeng?"
"Nggak perlu, aku bisa jaga diri baik-baik! Kita bukan mahram, jangan deket-deket! Setan pasti suka godain Kita, terutama kamu yang nggak kuat iman! Nggak mau shalat. Pasti jadi temen setan!"
"Lo mau dihalalin sama temen setan ini? Bilang! Besok Daddy sama Mom biar ngelamar Lo buat Gue!"
"Sinting..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB SEMBILAN BELAS
-Asraf King Miller...
Bising knalpot berderum. Aturan permainan ditentukan, peserta harus melintasi dua kali putaran perlintasan arena.
Bendera catur ditebar, enam motor gede berbeda jenis melesat cepat meninggalkan keseksian Queen race di garis start.
Moge King berada di posisi ke dua, moge Mahesa di posisi ke tiga dan moge Roland di posisi ke empat, sementara di depan sana moge Liam memimpin pertandingan untuk sementara.
Di tikungan pertama perlintasan, King berhasil merenggut kedudukan Liam yang tertinggal hanya beberapa jengkal saja dari mogenya.
Menjadi pemenang, cita-cita semua orang, dan King justru gulana oleh permintaan Aisha yang tak masuk nalar. -Please, kalah buat Aisha...
Masih terngiang rengekan manja Aisha yang cukup membuat King resah di atas motor dan tarikan gasnya.
Pikir kian bertempur. Apakah kemarin Liam mengancam istrinya yang polos itu? Apakah demi Liam, Aisha bicara seperti itu?
Atau mungkin Aisha memang sudah memiliki empati pada calon Abangnya. Cemburu membuat King menambah kecepatan lajunya.
Saat melintasi perlintasan arena untuk yang pertama kalinya, King sempatkan maniknya melirik Aisha yang begitu tegang di bahu jalan sana.
Liam tertinggal cukup jauh, tapi kemudian Liam mencoba merebut posisi King pada tikungan berikutnya.
Ya.... Berhasil untuk sesaat, karena di beberapa detik berikutnya King kembali di depannya. Begitu pun dengan Roland dan Mahesa yang saling selip menyalip.
Semua orang di seberang sana bersorak setiap kali sampai di titik ini. King miringkan motor melewati tikungan terakhir perlintasan arena.
King akan menang, King akan sampai lebih dulu, King tak terkalahkan. Intuisi dalam benak semua orang pasti sama.
-"Sumpah, Ini tuh beneran nggak ada hubungannya sama Liam atau siapa pun mereka, ini cuma tentang King dan Ning."-
Sontak, King mengekang rem spontan hingga roda belakang terangkat sepintas, sebelum kemudian mogenya tersalip moge Liam, moge Roland, moge Mahesa dan dua moge lainnya.
Judges berseru, mereka menyatakan jika moge Liam lah yang pertama kali melintasi garis finis. Dengan artian, pemuda dingin itu yang menjadi pemenangnya.
"Argh!" Alih-alih bangga, Liam justru secara kesal mendaratkan pukulan pada tangki motornya.
Pertandingan macam apa ini? Disaat Liam berusaha menang dengan usahanya, King justru terkesan mengalah dengan sengaja menarik rem mendadak.
King menatap Glory dan anggota JAS-MC yang kecewa. Disaat yang sama, Aisha dan senyum bahagianya mekar begitu lebar.
Flory jelas senang tiada tara karena Liam idola gadis bule itu sedari awal.
Namun, jika melihat Aisha melompat-lompat kegirangan menghilangkan akal King Miller yang sehat. Sebenarnya apa yang membuat Aisha ingin dia kalah?
Wiw sirine polisi memberantas lamunan yang menyarangi kepala King. Pemuda itu refleks menendang standar motornya.
King berlari menarik Aisha yang bingung dengan suasana riuh semua orang yang satu persatu pergi menyurutkan titik arena.
King sempat mengetuk kaca mobil Aisha, Pak Dicky juga panik di dalam sana. "Bawa Glo dan Flo pulang Pak!" titahnya.
"Baik, Den."
King menarik Aisha untuk ikut lari, lantas naik ke atas motornya. Tak ada yang bisa Aisha lakukan selain menurut dan pasrah menerima helm yang King pakaikan padanya.
Segera King melangkah naik, lalu membawa motornya melesat seperti teman teman lain yang sudah lebih dulu hengkang.
Wiw sirine polisi berpencar, ada yang ke kanan, ada yang ke kiri, mengejar para muda-mudi yang melarikan diri dari arena balap liar.
Ini kali ke tiga polisi menggerebek arena balap yang berpindah pindah tempat sedari sore tadi.
King tertawa geli saat rambut tanpa helmnya dijadikan sasaran ketakutan Aisha. "Kiiiing, jangan kenceng kenceng!" teriaknya.
Ini hal seru yang King impikan bersama pasangan yang dia sayangi. Bermotor di gelapnya malam, romantis.
Pelarian itu membuat King serampangan memilih jalan. Hingga tanpa sadar, King keluar dari kota tinggalnya.
King mengamati kaca spion, setelah dengan lincahnya dia memutari jalan tikus, King berhasil terlepas dari kejaran polisi.
Harley, King melambat perlahan. Aisha sepertinya pingsan setelah tak cukup kuat menahan ketakutannya.
"Yank." Aisha membenturkan helmnya pada kepala King yang terkikik lebih geli dari sebelumnya. "Aku pikir pingsan!" kelakarnya.
Aisha mendengus. "Kamu bawa aku ke mana?"
"Nggak tahu!" King mencoba mencari jalan besar dan berakhir melintasi gapura kota tetangga. Sepertinya dia mulai tahu sedang ada di daerah mana.
"Udah malem, King!"
"Pagi Sayang!" Aisha mendengus. Sesantai itu suaminya bicara disaat dia begitu cemas.
"Kita pulang, cepetan!" rengek Aisha.
King menegakkan tubuhnya agar lebih intens dengan dada Aisha. Tangan mulai lepas dari kopling dan menggenggam tangan Aisha.
"Kita nggak mungkin pulang. Polisi masih mengincar kita. Mereka pasti masih operasi di jalanan kota."
"Kok kita sih, kan kamu yang salah!" tukas Aisha jutek.
"Kamu tega liat aku dipenjara? Emang kamu mau tidur sama siapa di rumah? Nanti nyusul kayak tadi lagi." King tertawa.
"Dih, GeEr!" Aisha menarik telinga King yang lekas menoleh sekilas pada wajah juteknya.
"Kenapa nyusulin? Kangen dipeluk?"
King raih tangan Aisha untuk ditetapkan pada perutnya. Aisha juga tersenyum tipis ketika King melabuh kecup di punggung tangannya yang dingin.
Jadi begini rasanya pacaran. Aisha mesam mesem seperti orang gila pasar baru.
"Kita ngapain?" Aisha melongo begitu King membawa dan memberhentikan motor di area parkir hotel.
King turun, kemudian melepaskan helm yang dipakai istrinya. "Ini hotel Daddy. Kita bisa menginap di sini sementara."
"Hah? Ho-hotel?" Aisha terhenyak. Seketika ia mengingat kesepakatan yang dibuat sebelum dimulainya pertandingan.
"T-tunggu, King. A-apa nggak sebaiknya..."
"Sebaiknya kamu tepati janji, Ning!" King menyelanya. Lantas, menarik tangan Aisha masuk ke dalam gedung.
Aisha mendadak pucat, sebentar saja bertaut bibir, rasanya tidak keruan, apa lagi dua jam? Belum lagi, dia masih datang tamu bulanan.
...📌 Berikan like jika suka, biar akooh bisa prediksi retensi karya ini... See you... 💋...