NovelToon NovelToon
Petualangan si JAPRI 2 : Penemuan Jasad di Hutan

Petualangan si JAPRI 2 : Penemuan Jasad di Hutan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Zia Ni

Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.

Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...

Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 8 Shock

Satu minggu kemudian...

Minggu jam 10.17

Sebuah mobil polisi ukuran besar tampak melaju pelan di jalanan Dukuh Sawo, Desa Suka Karya. Beberapa warga desa yang melihat mobil itu pun merasa keheranan.

Tak lama kemudian, berhentilah mobil tersebut di depan sebuah rumah berlantai keramik, yang cukup besar dan asri. Ya, itu adalah rumah Bu Patmi, Emak nya Mbak Murni. Berdasarkan informasi, Bu Patmi tinggal berdua saja dengan anak bungsunya yang bernama Damar, yang saat ini masih sekolah kelas XI.

Dari dalam mobil tersebut, turunlah 6 orang, yakni : 2 orang polisi (Aiptu Bambang & Aiptu Satria), Pak Rahmat, Pak Bedjo, Supri, dan Jaka.

Setelah turun dari mobil, kedua polisi itu lalu mengambil koper dari bagasi yang kali ini ditutup dengan terpal tipis.

"Kulanuwuun, permisii," ucap Pak Bambang dengan suara nge basnya di depan ambang pintu yang terbuka.

Beberapa detik kemudian, dari dalam rumah, muncullah seorang wanita paruh baya yang umurnya sekitar 40 tahunan.

Begitu Bu Patmi sudah di depan pintu, wanita paruh baya itu lumayan terkejut karena ada beberapa orang yang bertamu di rumahnya dan 2 antaranya berseragam polisi.

"Bapak-Bapak ini mencari siapa ya?" tanya si empunya rumah penasaran.

"Apakah benar ini rumahnya Bu Patmi, Ibu dari Mbak Murni?" sahut Pak Satria.

"Iya Pak, benar. Ada apa nggih?" Bu Patmi semakin penasaran campur cemas.

"Boleh kita masuk, Bu? Ada hal penting yang ingin kami sampaikan," ucap Pak Satria.

"O nggih Pak, silahkan masuk."

Ketika tamunya masuk ke dalam rumah dengan membawa barang yang menurutnya aneh, wanita paruh baya itu semakin tambah khawatir.

"Sebelumnya kami minta maaf nggih Bu Patmi, jika kedatangan kami ini nantinya akan membuat panjenengan merasa terkejut dan sedih," kata Pak Bambang dengan hati-hati.

"Sebenarnya ada apa nggih, Pak? Saya kok tambah bingung," ujar si empunya rumah jujur.

"Kalau boleh saya tahu, Mbak Murninya sekarang ada di mana nggih, Bu?" tanya Pak Bambang.

"Anak saya Murni sudah 4 tahunan jadi TKW di Hongkong, Pak. Sampai sekarang belum pulang sama sekali."

Mendengar jawaban Bu Patmi, beberapa pria itu saling pandang.

"Memangnya ada apa nggih Pak, kok Bapak Polisi tanya tentang anak saya Murni?" selidik si empunya rumah dengan perasaan campur aduk.

Setelah mendapat kode dari Pak Bambang, Pak Satria pun beranjak dari tempat duduknya sambil mengenakan sarung tangan, lalu membuka terpal yang membungkus koper.

"Bu Patmi kenal dengan koper ini?" tanya Pak Satria.

"Kalau tidak salah ingat, koper ini kok mirip seperti milik anak saya, Pak," kata Bu Patmi setelah mengamati koper itu selama beberapa detik.

"Agar lebih yakin, Bu Patmi bisa melihat isi kopernya. Namun sebelumnya, tolong panjenengan kenakan sarung tangan ini terlebih dahulu," ujar Pak Satria seraya menyerahkan sepasang sarung tangan lain kepada wanita paruh baya itu.

"Kenapa saya harus mengenakan sarung tangan ini, Pak?" tanya si empunya rumah dengan polosnya.

"Kenakan saja dulu, Bu. Nanti akan dijelaskan."

Tak berapa lama, Bu Patmi pun mengenakan sarung tangan tersebut dengan hati diselimuti tanda tanya.

Setelah Pak Satria membuka koper, dengan segera wanita paruh baya itu pun memeriksa isinya, yang di dalamnya terdapat beberapa potong baju milik anaknya, yang dibawa saat akan berangkat ke Hongkong. Wajah Bu Patmi pun berubah menjadi tegang dan tangannya mulai gemetar.

"Pak, ini memang koper milik anak saya... Kenapa kopernya bisa ada di Bapak?" kata si empunya rumah dengan suara sedikit bergetar.

"Bu Patmi yakin ini koper milik Mbak Murni, anak panjenengan?" tanya Pak Satria ingin mendapat kepastian.

"Iya Pak, ini memang koper milik anak saya. Di sini ada beberapa pakaian lama yang dibawa anak saya saat akan berangkat ke Hongkong," terang wanita paruh baya itu.

Demi mengamankan barang bukti, Pak Satria lalu menutup kembali koper tersebut kemudian menyelimutinya lagi dengan terpal. Melihat hal itu, Bu Patmi pun semakin tambah bingung.

"Silahkan Bu Patmi lepaskan sarung tangannya terlebih dahulu lalu duduk kembali," ucap Pak Bambang yang kemudian dituruti oleh si empunya rumah.

"Sekali lagi kami minta maaf nggih Bu Patmi, jika apa yang kami sampaikan nanti akan membuat panjenengan terkejut dan bersedih. Kami harap Bu Patmi bisa menguatkan hati," lanjut Pak Bambang dengan hati setengah tidak tega, tapi dia harus tetap menjalankan tugas.

"Sebenarnya ini ada apa to, Pak? Saya kok benar-benar bingung dibuatnya," kata wanita paruh baya itu.

"Bu Patmi sudah mendengar berita tentang penemuan jasad yang dikubur di hutan beberapa hari yang lalu?" tanya Pak Bambang dengan berat hati.

"Sampun, Pak. Lalu apa hubungannya dengan anak saya Murni, Pak?" ucap si empunya rumah dengan wajah tambah menegang

Suasana menjadi hening, karena Pak Bambang maupun Pak Satria terasa berat lidahnya untuk mengatakan kebenaran yang tentu nanti akan membuat Bu Patmi shock parah.

"Pak Polisinya kok diam saja ya?!" volume suara wanita paruh baya itu sedikit meninggi.

"Maaf nggih Bu Patmi... Dengan berat hati saya menyampaikan jika jasad yang ditemukan di hutan beberapa hari yang lalu itu adalah jasadnya Mbak Murni, anak panjenengan...," mau tidak mau Pak Bambang harus mengatakan hal ini.

"Tidak mungkin, Pak! Tidak mungkin! Anak saya Murni itu di Hongkong, Pak!" kata si empunya rumah dengan volume suara melengking, yang membuat beberapa tetangga dekat rumahnya pun datang ke rumah Bu Patmi untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Dengan sigap, Pak Satria pun keluar dari rumah Bu Patmi untuk menenangkan para tetangga yang datang.

"Saya tahu Bu Patmi pasti sangat berat menerima berita mengejutkan ini... Tapi kami sudah melakukan pencocokan antara DNA jasad dengan DNA yang ada di koper."

Mendengar penuturan Pak Bambang yang terakhir, Bu Patmi pun menangis histeris sejadi-jadinya sambil sesekali memanggil nama anaknya. Hingga tetangga yang berdatangan ke rumahnya semakin bertambah.

Untuk membantu menenangkan Bu Patmi, Pak Satria meminta tolong pada 2 orang ibu-ibu agar masuk ke dalam rumah. Sementara itu, tetangga yang lain masih belum diijinkan untuk mendekati Bu Patmi.

Hampir satu jam Bu Patmi terus menangis histeris untuk meluapkan kesedihannya. Bagaimana tidak sedih, wanita paruh baya itu mendengar berita jika jasad yang ditemukan di hutan beberapa hari yang lalu kondisinya sangat mengenaskan, hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.

Ibu mana yang tidak tersayat hatinya, jika anaknya yang selama 4 tahun lebih berjuang mengadu nasib di luar negeri sebagai TKW demi memperbaiki ekonomi keluarga, tiba-tiba saja dinyatakan meninggal oleh polisi.

1
Yurika23
seru Thor...penulisannya juga enak dibaca...ringan, padat gak berbelit2...tercaba situasinya saat itu...
Kezia Suhartini: makasih kakaak.. 🙏
total 1 replies
Yurika23
mampir ya Thor....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!