Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Alan membawa semua orang menuju Penthousenya. Ia benar-benar terlihat ketakutan. Jika saja ia tak bersama Elea maka akan bersikap lebih santai namun tidak kali ini. Ia benar-benar tidak siap jika Elea terlibat dalam lingkarannya.
Alan tetap menggenggam tangan Elea, bahkan Elea pun tak mempermasalahkan hal itu. Ia bingung namun tetap menuruti perintah El untuk mengikuti ucapannya. Ingin bertanya pun ia urungkan melihat wajah Alan yang sangat terlihat cemas.
“Ada apa?”, tanya Alan pada Elea.
“Tidak Kak, hanya saja aku bingung”, ucap Elea apa adanya.
“Istirahatlah beberapa jam saja disini. Disini kau akan aman. Dan biarkan asistenmu ini bergabung dengan asistenku saja!” Titah Alan yang diangguki Elea.
“TUNGGU!!!”, suara berat El menggema. Ia beralih pada mode seorang kakak.
Elea melihat itu tentu saja tak karuan. Apakah hari ini Elea akan menceritakan semuanya atau akan berbohong. Ia memandang Alan seolah meminta perlindungan dan Alan hanya tersenyum sambil mengelus rambut indah Elea.
“Singkirkan tanganmu itu! Dan duduklah menjauh dengannya!”, titah El dan sepersekian detik Denis berlarian menuju mereka semua.
“Dan kau, duduklah samping adikku!”, perintah El pada Sarah.
“WOW WOW ADA APA INI!!” Denis kaget melihat Elea yang berada di penthouse Alan. Ia hanya mendapatkan kabar dari El bahwa Alan bertemu ketua Dara Hitam ketika akan meeting di restauran. Namun tak di sangka, Elea bersama asistennya pun ada disini juga hingga membuat Denis membelalakkan matanya dan mengambil posisi disamping El.
“JELASKAN!!”, Ucap El pada Elea yang sangat tegang.
“A…A…K…” ucap Elea tergagap.
BRAAAAKKKK!!!!!
Alan menggebrak meja kayu jatinya hingga terbelah dua. Elea tentu sangat terkejut dan memejamkan matanya. Ia sangat tidak menyukai situasi seperti ini. El dan Denis? Tentu tak kalah terkejutnya melihat Alan yang melindungi adiknya.
“Aku akan menjelaskannya!! Dan jangan pernah kalian membentaknya lagi!!”, Ucap Alan. Seorang pelayan yang akan menyajikan minuman pada semua orang sampai kembali lagi ke dapur. Ia sangat takut jika Tuannya sudah marah besar seperti ini.
Banraz mengambil alih nampan dari Bude Inah lalu menyajikan minuman untuk semua orang. Bagaimana pun ia tak ingin membuat kekasih tuannya merasa kehausan, begitu pikirnya.
“Te…rima ka…sih…”, ucap Elea bergetar menerima segelas jus dari Banraz yang menurutnya terlihat sangat menakutkan. Wajah sebelah kiri Banraz memiliki luka akibat sabetan samurai dari anak buah mafia The Boa ketika perang 7 tahun silam.
Akhirnya Alan menceritakan semuanya kepada El dan Denis tanpa mengurangi sedikit pun ceritanya. Dan semua itu didukung oleh pernyataan dari Sarah sebagai bodyguard sekaligus asisten pribadi Elea.
Elea yang melihat emosi kedua kakaknya menurun langsung bersimpuh dan meminta maaf padanya. Namun El dan Denis ikut terduduk di lantai bersama Elea. Baginya, Ia tak pantas disembah karna ia bukan Tuhan. Mereka bertiga pun berpelukan dan saling meminta maaf.
Sakit sekali rasanya hati Alan melihat Elea bersimpuh pada kedua kakaknya. Namun ia langsung membuang wajah dan mengusapnya kasar. Sedangkan Sarah hanya bisa tertunduk. Ia pun merasa bersalah telah menyembunyikan hal sebesar itu.
“Tunggu!! Kau tadi kenapa ada di restauran itu Dek?” Tanya El dan Alan juga sangat penasaran dengan keberadaan Elea disana.
“Aku menunggu Tuan Taraka untuk berbicara kerjasama dengan perusahaanku”, ucap Elea sambil meminum jusnya.
“Wait!! Perusahaanmu?!” Tanya Denis cepat.
“Sarah, jelaskanlah! Aku malas sekali berbicara dengan dua trenggiling ini!” Elea benar-benar malas jika nanti akan timbul bertubi-tubi pertanyaan dari kedua kakaknya.
Ketika Elea berbicara trenggiling sontak saja ketiga lelaki itu memelototkan matanya namun Alan memelototkan matanya sambil menahan tawanya. Ia benar-benar merasa lucu dengan sebutan itu.
Sarah menjelaskan secara rinci pada semua orang sehingga mereka semua cepat memahaminya.
“Aahhh pantas saja disana aku tidak menemukan Vatimu. Ternyata perusahaan II sudah berpindah tangan”, ucap El.
“Kalau begitu, masuklah ke dalam ruang kerjaku. Kita akan membicarakan bisnis ini. HANYA BERDUA!!!”, Alan langsung menatap sengit semua orang yang ikut berdiri seolah siap memasuki ruang kerja Alan. Namun Alan hanya ingin bersama Elea saja.
“Kaaauu!!!” Kesal El dan Denis.
“Duduklah di sofa saja. Aku tak butuh mendengar informasi kerjasama itu!”, kata Alan sambil menepuk sofa disampingnya.
“Lalu? Bagaimana caranya untuk menjalin kerjasama ini jika kakak tak ingin mendengar presentasiku?!” Tanya Elea yang sudah memasang raut wajah sedihnya. Ia tak ingin pekerjaan pertamanya gagal dan membuat kecewa Vatinya.
“Aku akan menandatanginya. Tenang saja… Duduklah, aku akan bertanya padamu”, titah Alan.
“Kakak mau bertanya apa?” Elea sibuk memisahkan berkas yang akan ditandatangani Alan.
“Kenapa kau tak menghubungiku selepas kita berpisah di bandara? Hmm? Kau menjauhiku?! Kenapa?!” Tanya Alan sambil menandatangi berkas kerjasama perusahaan.
DEG!!!!!