Alyssa, seorang gadis dari keluarga sederhana, terpaksa menerima pernikahan dengan Arka, pewaris keluarga kaya raya, demi menyelamatkan keluarganya dari krisis keuangan. Arka, yang memiliki masa lalu kelam dengan cinta pertamanya, juga tidak menginginkan pernikahan ini. Namun, tuntutan keluarga dan strata sosial membuat keduanya tidak punya pilihan.
Dalam perjalanan pernikahan mereka yang dingin, muncul sebuah rahasia besar: Arka ternyata memiliki seorang anak dari cinta masa lalunya, yang selama ini ia sembunyikan. Konflik batin dan etika pun mencuat ketika Alyssa mengetahui rahasia itu, sementara ia mulai menyadari perasaannya yang kian berkembang pada Arka. Di sisi lain, bayangan cinta lama Arka kembali menghantui, membuat hubungan mereka semakin rapuh.
Dengan berbagai pergulatan emosi dan perbedaan kelas sosial, Alyssa dan Arka harus menemukan jalan untuk berdamai dengan masa lalu dan membuka hati, atau memilih berpisah dan meninggalkan luka yang tak terobati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ansel 1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjuangan Membangun Keluarga
Alyssa dan Arka berusaha membangun kehidupan baru yang melibatkan anak dari masa lalu Arka. Hari-hari awal terasa penuh harapan dan ketegangan. Mereka ingin memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang dan stabil bagi anak itu, tetapi kenyataan bahwa keluarga Arka masih menentang keputusan mereka terus membayangi.
Setiap akhir pekan, Alyssa dan Arka menghabiskan waktu bersama anak itu, yang mereka namai Dito. Alyssa merasa senang melihat senyum Dito, meskipun ada kalanya ketidakpastian meliputi perasaannya. Ia tahu bahwa menerima Dito ke dalam hidup mereka bukanlah hal yang mudah. Arka terlihat lebih bahagia saat bersama Dito, dan Alyssa bertekad untuk mendukung keduanya.
Suatu hari, mereka merencanakan piknik di taman. Alyssa ingin memberikan momen yang indah bagi Dito, dan Arka setuju. Mereka membawa makanan, permainan, dan selimut. Dalam perjalanan ke taman, Alyssa melihat Arka yang tampak lebih ceria, dan ia berharap Dito bisa merasakan kasih sayang yang mereka tawarkan.
Saat tiba di taman, Alyssa menggelar selimut di rumput hijau. Dito terlihat bersemangat dan langsung berlari untuk bermain bola. Arka tersenyum melihat anaknya bermain, dan Alyssa merasakan kedamaian saat menyaksikan mereka berdua. Namun, saat mereka menikmati kebersamaan, ingatan akan penolakan keluarga Arka kembali menghantui pikiran Alyssa.
“Arka, apa kamu yakin kita sudah siap menghadapi mereka?” tanyanya, mencoba membuka percakapan yang sulit.
“Tidak ada jalan mundur sekarang,” jawab Arka. “Kita sudah membuat keputusan ini. Aku tidak akan membiarkan mereka memisahkan kita dari Dito.”
Alyssa merasakan ketegasan dalam suara Arka, tetapi ia tahu bahwa rintangan di depan mereka tidak akan mudah. Setiap kali berinteraksi dengan Dito, ia merasa betapa pentingnya untuk menjaga ikatan keluarga ini, meskipun ada banyak konflik yang harus dihadapi.
Ketika hari mulai beranjak sore, mereka memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan, Dito berbicara penuh semangat tentang bermain bola dan betapa senangnya dia memiliki ayah dan Alyssa. Alyssa merasa terharu mendengar Dito menganggapnya sebagai bagian dari hidupnya. Namun, dalam hati, ia masih merasa ada halangan yang harus diatasi dalam bentuk keluarga Arka yang tidak mendukung keputusan mereka.
Setelah beberapa minggu berlalu, Alyssa dan Arka akhirnya dipanggil untuk menghadiri acara keluarga besar yang diadakan di rumah orang tua Arka. Meskipun ada rasa cemas, Alyssa tahu bahwa mereka tidak bisa menghindar dari pertemuan ini selamanya. Ia berharap bisa menunjukkan kepada keluarga Arka bahwa Dito adalah bagian dari mereka.
Di acara tersebut, suasana tampak tegang. Alyssa merasa mata orang-orang di sekitarnya memperhatikannya. Mereka berdiri di sudut ruangan, berbincang-bincang dengan anggota keluarga yang lain. Alyssa bisa merasakan tatapan tajam dari ibu dan ayah Arka.
“Apakah kamu yakin ini ide yang bagus?” tanya Arka, menggenggam tangan Alyssa erat-erat.
“Aku harus berani,” jawab Alyssa, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. “Kita harus menunjukkan bahwa Dito adalah bagian dari keluarga ini.”
Saat acara berlangsung, Alyssa dan Arka berusaha mendekati anggota keluarga lain. Dito terlihat ceria, tetapi Alyssa tahu bahwa ketegangan di udara sangat terasa. Ketika mereka akhirnya berhadapan langsung dengan orang tua Arka, Alyssa merasakan detak jantungnya berdebar.
“Terima kasih sudah datang,” ucap ibunya Arka dengan nada dingin. “Kami berharap kalian bisa memahami posisi keluarga ini.”
“Dito adalah anak Arka,” Alyssa berusaha menahan suaranya agar tidak bergetar. “Dia berhak mendapatkan kasih sayang dari semua anggota keluarga.”
“Tapi dia bukan bagian dari keluarga kita,” ayah Arka menginterupsi. “Kehadirannya hanya akan merusak reputasi kita.”
Alyssa merasa air mata menggenang di pelupuk matanya. Semua usaha dan harapan yang ia bangun seolah runtuh dalam sekejap. Ia berusaha menahan emosi dan menjawab, “Reputasi bukanlah segalanya. Yang terpenting adalah kasih sayang dan dukungan keluarga.”
Di tengah ketegangan itu, Dito yang tidak mengerti situasi dengan ceria berlari mendekati kakek dan neneknya. “Kakek! Nenek! Ayo bermain!” serunya.
Melihat Dito yang ceria, sejenak semua orang terdiam. Alyssa tahu saat itu adalah kesempatan mereka. “Dia adalah anak Arka, dan Arka mencintainya. Kami ingin membangun keluarga bersama, dan kami berharap kalian bisa menerima Dito sebagai bagian dari keluarga ini.”
Suasana kembali tegang, tetapi Alyssa merasa ada secercah harapan. Beberapa anggota keluarga mulai melunak, tetapi ibu Arka masih terlihat skeptis. “Kami tidak bisa begitu saja menerima kehadiran anak ini. Kami perlu waktu untuk memikirkan ini.”
Mendengar itu, Alyssa merasa lelah. “Kami tidak bisa menunggu selamanya. Dito butuh keluarga yang mendukungnya sekarang. Jika kalian tidak bisa menerima keputusan ini, kami akan melanjutkan hidup kami tanpa dukungan kalian.”
Kata-kata Alyssa membuat suasana semakin tegang. Arka menggenggam tangannya lebih erat, seolah memberikan semangat. “Kami siap menghadapi apa pun bersama, meskipun tanpa kalian,” ucap Arka, menegaskan tekadnya.
Alyssa merasakan kombinasi antara ketakutan dan keberanian dalam hatinya. Mereka telah mengambil langkah berani, dan sekarang mereka harus menghadapi konsekuensi dari keputusan tersebut. Ketika mereka keluar dari acara itu, Alyssa merasa ada angin segar berhembus dalam hidupnya. Meskipun rintangan di depan masih berat, dia yakin cinta dan keberanian mereka akan mampu mengatasinya.