Amira Khairinisa, tiba-tiba harus menerima kenyataan dan harus menerima dirinya menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fajar Rudianto, seorang ketos tampan,dingin dan juga berkharisma di sekolahnya.
Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena sebuah perjodohan setelah dirinya sudah kehilangan seseorang yang sangat berharga di dunia ini, yaitu ibunya.
Ditambah dia harus menikah dan harus menjadi seorang istri di usianya yang masih muda dan juga masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, di SMA NEGERI INDEPENDEN BANDUNG SCHOOL.
Bagaimanakah nantinya kehidupan pernikahan mereka selanjutnya dan bagaimanapun keseruan kisah manis di antara mereka, mari baca keseluruhan di novel ini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon satria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, akhirnya Fajar pun sudah sampai di TKP dan disana juga sudah terlihat ketiga temannya yang sudah berada disana sejak tadi untuk mencari tau siapa orang yang sudah mengeroyok Faisal.
🖤🖤🖤🖤🖤
Sedangkan di sisi lain, dirumah Fajar, Amira kini sedang berada di dapur seperti tujuan awalnya, yaitu mengambil air minum.
Di saat Amira hendak mengambil air minum, tiba-tiba dari arah belakang pun Bi Surti pun langsung datang ke dapur dan melihat Amira yang ada disana.
" Non Amira, belum tidur?" tanya Bi Surti, yang langsung menghampiri nona muda nya itu.
" Belum, Bi, aku tadi tiba-tiba haus dan ini mau ambil air." jawab Amira sambil menggeleng pelan dan di akhir oleh senyuman kecil di balik cadarnya.
" Padahal Non bisa Bibi aja, jadi Non Amira gak perlu capek-capek ke dapur." ucap Bi Surti, yang merasa tidak enak hati, karena Amira harus sampe turun ke bawah dulu hanya untuk mengambil segelas air putih saja.
" Gak papa, Bi, lagi pula juga ini sudah malam, sudah waktunya juga buat Bibi istirahat." balas Amira dengan tenang.
Selama ini Amira memang sudah terbiasa untuk mengerjakan hal-hal seperti itu sendirian, sejak kecil dia memang sudah diajarkan dan di didik oleh almarhumah ibunya untuk bisa hidup mandiri, tidak selalu bergantungan kepada orang lain.
Dan kebiasaan itu sampai sekarang masih dibawa oleh Amira, sehingga dia lebih merasa nyaman melakukan apapun sendirian, selagi dia mampu melakukannya.
" Bibi jadi merasa tidak enak, Non, Bibi merasa kalau Bibi sudah tidak bekerja dengan baik." ujar Bi Surti, sambil melihat ke arah Amira dengan tatapan penuh rasa bersalah.
Amira yang melihat Bi Surti yang merasa tidak enak hati kepadanya pun, langsung menggelengkan kepalanya.
" Jangan merasa seperti itu, Bi, walaupun aku baru mengenal Bibi beberapa hari ini, tapi aku yakin, kalau selama ini Bibi sudah bekerja sangat baik di dalam keluarga ini." ucap Amira mencoba menghilangkan rasa bersalah di dalam diri Bi Surti.
" Makasih, Non, Non Amira sangat baik sekali." ujar Bi Surti yang langsung mengangguk dan langsung tersenyum kembali.
" Gak kok, Bi, Bibi malah yang jauh lebih baik." sahut Amira.
Bi Surti yang mendengar kerendahan hati Amira pun merasa sangat beruntung mendapatkan menantu majikan itu dan dia pun langsung membalasnya senyuman sekaligus tertawa pelan melihat tingkah Nyonya mudanya itu yang pandai membuat orang-orang di sekitarnya merasakan senang dan juga rasa nyaman.
" Apa mau cemilan juga, Non? biar Bibi siapkan." tawar Bi Surti.
Bi Surti masih berusaha menawarkan sesuatu, setidaknya sampai dia bisa merasakan ada hal yang bisa dia bantu oleh dirinya untuk nyonya mudanya itu.
Amira yang merasa tidak enak jika terus-terusan menolak niat baik Bi Surti pun, membuat dia berpikir untuk menerima tawaran dari Bi Surti itu kali ini.
" Kalau Bibi tidak keberatan, Amira mau buah-buahan kering, apa boleh, Bi?" tanya Amira dengan sopan.
Bi Surti yang mendengar itupun langsung tersenyum bahagia, karena Amira akhirnya mau meminta tolong sesuatu kepada dirinya.
" Tentu saja boleh, Non, biar Bibi siapin, ya." ucapnya dengan semangat.
" Makasih, Bi." ujar Amira yang langsung membalasnya dengan senyuman.
Dia pun kini hanya melihat aktifitas Bi Surti yang sedang mempersiapkan cemilan buah kering untuk dirinya.
Melihat Bi Surti dari belakang, tanpa sengaja dia kembali teringat kepada Almarhumah ibunya, yang usianya sepertinya sama dengan Bi Surti.
" Semoga Allah selalu menempatkan ibu di tempat terbaik di sisi-nya, Aminn..." ucap Amira berdoa didalam hatinya.
" Ini, Non, cemilan buah keringnya." ucap Bi Surti, sambil mengerahkan cemilan yang sudah dia simpan rapih di atas mangkuk bening.
" Non." sahut Bi Surti kembali, karena Amira sejak tadi hanya diam saja dengan tatapannya yang kosong.
" Non Amira tidak papa?" tanya kembali Bi Surti, dia kini mulai khawatir, karena Amira hanya diam saja seperti patung.
" I-iya, Bi? maaf aku tidak dengar tadi, barusan Bibi bilang apa?" tanya balik Amira, setelah kembali sadar dari lamunannya.
" Ini, Non, cemilan buah keringnya sudah siap." ucap Bi Surti kembali sembari menyerahkan semangkuk buah kering itu kepada Amira.
" Makasih, Bi." balas Amira yang langsung meraihnya.
" Apa ada lagi yang perlu Bibi bantu, non?" tawar Bi Surti kembali.
" Ehm, sebenarnya ada sih Bi, apa boleh aku nanya sama Bibi?" ujar Amira kepada Bi Surti, dia sebenarnya memang ingin bertanya namun bingung harus bertanya kepada siapa, dan karena ada Bi Surti jadi dia pun langsung bertanya kepada beliau semoga saja Bi Surti bisa menjawab rasa penasarannya itu.
" Tentu boleh, Non, mau tanya apa?" tanya Bi Ira yang mulai penasaran.
Amira pun langsung berpikir sejenak, apakah dia harus menanyakan hal itu?.
" Em jadi gini Bi, tadi Fajar pamit keluar, katanya sih sebentar." ucapnya yang kembali ragu-ragu.
" Apa Non Amira khawatir?" tanya Bi Surti seakan tau apa yang ada didalam pikiran majikan mudanya itu.
Amira pun tidak langsung menjawab, dia menjadi bingung harus menjawab apa.
Sedangkan Bi Surti dia langsung tersenyum samar, melihat kediaman dari Amira itu.
" Tenang aja, Non, Den Fajar pasti baik-baik saja." ucapnya, mencoba menenangkan dan menghilangkan rasa khawatir yang sedang Amira rasakan saat ini.
Bi Surti tentu saja paham bagaimana perasaan Nyonya mudanya itu, karena Amira baru tinggal disini baru-baru ini dan pastinya dia belum terbiasa bahkan belum tau bagaimana kebiasaan dari Fajar sehari-harinya.
Berbeda dengan Bi Surti yang sudah lebih lama tinggal dirumah itu bahkan saat Fajar masih kecil pun dia sudah bekerja disana, jadi dia sudah tau dan hafal bagaimana aktivitas tentang tuan mudanya itu.
" Den Fajar memang sudah terbiasa keluar malam hari, jadi Non Amira tidak perlu khawatir." ucap Bi Surti kembali, memberi penjelasan lebih, supaya Amira bisa merasa tenang.
" Biasa? itu artinya ini bukan pertama kalinya Fajar keluar malam hari, Bi?" tanya Amira, yang tiba-tiba di fokuskan oleh awal kata kalimat yang di lontarkan oleh Bi Surti.
Bi Surti pun langsung mengangguk, sebagai respon atas pertanyaan dari Amira.
" Benar, Non, hampir tiap hari Den Fajar selalu keluar malam." jawab Bi Surti.
" Lalu, apa Bibi tau, Kapan biasanya Fajar pulang dan jam berapa?" tanya Amira menjadi lebih penasaran dari sebelumnya.
" Bisanya sih tengah malam atau enggak dini hari nanti." jawab Bi Surti dan langsung membuat Amira mengangguk paham.
" Memangnya kenapa, Non?"
" Enggak, Bi, aku cuman pengen tau aja." jawab Amira.
" Oh." sahut Bi Surti sambil mengangguk sekaligus tersenyum.
" Sekali lagi makasih yah, Bi, udah jawab pertanyaan aku" ucap Amira yang kembali berterima kasih kepada Bi Surti.
Dia mengatakan itu juga sambil tersenyum, hingga Bi Surti bisa melihat senyuman itu di garis matanya yang melengkung.
" Sama-sama, Non, apa ada yang mau Non tanya lagi?" tanya Bi Surti, benar-benar ingin memastikan sebelum dia pergi.
Amira pun langsung menggelengkan kepalanya.
" Sudah cukup, Bi, lebih baik Bibi segera istirahat." jawab Amira.
" Baik, Non, kalau begitu Bibi permisi."
" Silahkan, Bi."
Amira pun langsung mempersilahkan Bi Surti untuk pergi meninggalkan area dapur terlebih dahulu, karena Amira belum sempat mengambil air minum, padahal itu tujuan awalnya dia untuk pergi ke dapur.
TO BE CONTINUE.
mampir dinovelku juga ya/Pray/