Marriage Is Scary...
Bayangkan menikah dengan pria yang sempurna di mata orang lain, terlihat begitu penyayang dan peduli. Tapi di balik senyum hangat dan kata-kata manisnya, tersimpan rahasia kelam yang perlahan-lahan mengikis kebahagiaan pernikahan. Manipulasi, pengkhianatan, kebohongan dan masa lalu yang gelap menghancurkan pernikahan dalam sekejap mata.
____
"Oh, jadi ini camilan suami orang!" ujar Lily dengan tatapan merendahkan. Kesuksesan adalah balas dendam yang Lily janjikan untuk dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Syndrome, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Godaan Malam
Malam itu, sepulang dari kerja, Agatha merasa tubuhnya sedikit limbung. Perutnya terasa kembung, mual, dan ada sensasi aneh seperti perih di bagian lambung.
Dengan enggan, dia mengakui bahwa kebiasaan makan junk food hampir setiap malam akhirnya membuat tubuhnya meronta. Dia memesan taksi online dan segera menuju ke rumah sakit terdekat.
Sesampainya di rumah sakit, Agatha langsung menuju ruang pemeriksaan. Beberapa menit kemudian, Lucas, dokter yang selama ini dia kenal sebagai teman, memeriksanya dengan seksama.
Lucas bertanya dengan nada lembut tapi sedikit tegas, “Kamu biasanya makan apa, Agatha?”
Agatha tersenyum malu. “Aku suka makanan cepat saji, burger, kentang goreng, soda… gitu-gitulah.”
Lucas menghela napas. “Aku nggak heran kamu sakit. Junk food itu memang enak, tapi nggak sehat kalau dikonsumsi terus-menerus. Coba kurangi, ya. Kamu bisa ganti dengan makanan yang lebih baik untuk pencernaan, sayuran, buah-buahan, makanan kaya serat, dan air putih lebih banyak.”
Agatha mengangguk setuju, meski dalam hati dia tahu mengurangi junk food pasti tidak mudah. Setelah pemeriksaan selesai, Lucas menyarankan Agatha untuk rawat inap semalam agar kondisinya bisa dipantau.
“Siapa yang jaga kamu malam ini?” Lucas bertanya, matanya penuh perhatian.
Agatha tersenyum lemah. “Nggak ada, Lucas. Aku tinggal jauh dari keluarga, dan teman-teman juga sibuk dengan kegiatan masing-masing.”
Lucas ragu sejenak, tapi akhirnya dia menawarkan diri. “Kalo gitu, biar aku yang jaga kamu. Aku bisa nemenin kamu setelah jam kerjaku selesai.”
Agatha terkejut sekaligus tersentuh. “Kamu… yakin?”
Lucas tersenyum kecil dan mengangguk. “Sudah tugas dokter, kan?”
Menjelang akhir giliran tugas Lucas, Calvin datang ke rumah sakit bersama seorang wanita cantik. Calvin yang ceria dan sedikit usil ini, seperti biasa, berniat mengajak Lucas untuk keluar ke klub malam setelah jam kerja.
“Lucas, yuk ikut! Pasti seru, dan kebetulan aku bawa teman cantik,” godanya, sambil melirik wanita di sebelahnya.
Lucas menggeleng. “Maaf, Cal. Aku mau nemenin Agatha, dia rawat inap.”
“Hah? Anak kecil itu di rawat inap?” tanya Calvin sedikit terkejut. Dia memang lebih suka memanggil Agatha dengan sebutan anak kecil karena tubuh Agatha yang pendek.
Lucas mengangguk, lalu memberi isyarat untuk mengikut dirinya menuju ruangan tempat Agatha di rawat inap.
Lucas membuka pintu, mempersilahkan Calvin dan wanita cantik bak model itu untuk masuk.
Wanita cantik yang bersama Calvin duduk di sofa ruangan. Calvin mengambil kursi di dekat ranjang Agatha, menatapnya dengan tatapan geli.
“Wah, kamu nih. Udah kecil, sekarang jadi tambah kecil gara-gara sakit. Makanya, jangan kebanyakan makan makanan sembarangan,” goda Calvin. Saat menuju ruangan Agatha dirawat, Lucas sempat memberitahu jika Agatha sakit gara-gara makan sembarangan.
“Sialan, kamu ngapain kesini?” tanya Agatha judes. Namun matanya melirik ke arah wanita cantik yang sedang duduk di sofa sambil memainkan handphone.
“Mau liat kamu sakit, lah. Apalagi?” tanya Calvin polos, namun sukses membuat Agatha geram. Tapi, tidak enak badannya membuatnya terlalu lelah untuk menanggapi ejekan Calvin.
“Besok aku bawain makanan sehat deh, kasian banget makan junk food terus,” kata Calvin seraya beranjak berdiri, berniat untuk pergi, melanjutkan niatnya ke club malam bersama wanita cantik.
“Ck, beneran ya. Awas kalo bohong,” Agatha menimpali dengan nada sedikit mengancam
Calvin mengangguk, lalu berpamitan untuk pergi. Begitu Calvin dan wanita cantik itu pergi keluar dari ruangan, Agatha bertanya pada Lucas, “Itu pacarnya Calvin? Kok nggak dikenalin?”
Lucas tersenyum kecil. “Bukan. Calvin bukan tipe yang mudah suka sama orang. Itu cuma temen.”
“Temen? Oh iya lupa, Calvin kan gatel kalo ke cewek.”
Lucas hanya tersenyum miring sambil menggeleng-gelengkan kepala. Dia duduk di sofa, lalu menyandarkan punggungnya.
Obrolan mereka terus berlanjut, mulai dari kehidupan kerja, kesehatan, hingga hal-hal pribadi yang ringan. Selama ini, dia mengira Lucas sosok yang pendiam dan sulit didekati. Namun, ternyata Lucas juga bisa banyak bicara dan bersikap hangat.
***
Isaac baru saja menyelesaikan lembur di kantor. Langkahnya sedikit terburu-buru saat dia berjalan menuju mobil di basement, karena sudah berjanji akan membawa martabak untuk Lily.
Namun, begitu mencapai mobilnya, seseorang tiba-tiba muncul dari balik bayangan mobil-mobil yang terparkir. Isaac terkejut melihat sosok Lisa berdiri di sana, menatapnya dengan senyum yang penuh arti.
“Isaac, akhirnya kita ketemu lagi,” ucap Lisa, suaranya pelan namun menggoda.
Isaac memutar matanya, merasa jengkel dan sedikit khawatir. Dia melirik sekeliling, berharap tidak ada yang memperhatikan mereka.
“Lisa, kamu ngapain di sini?” tanya Isaac dengan nada kesal.
Bukannya menjawab, Lisa justru mendekati Isaac, tangannya terangkat menyentuh dada Isaac. “Aku kangen sama kamu, Sayang.”
Isaac menggeleng, berusaha menarik napas dalam dan tetap tenang. “Lisa, cukup! Aku nggak ada waktu untuk ini.” Sambil melihat jam tangannya, dia mencoba mengingat Lily dan ingin segera beranjak pergi.
Namun, Lisa mendekapnya lebih erat, kedua tangannya melingkari tubuh Isaac dengan kuat. Sebelum Isaac sempat menghindar, Lisa menarik wajahnya dan mencium bibirnya dalam-dalam. Isaac, sejenak terkejut dan hampir terbuai, tapi langsung sadar dan mendorongnya menjauh.
“Lisa, kamu gila, ya?” sergahnya, namun Lisa tampak tak gentar. Dia malah tersenyum, mata berbinar dengan tatapan penuh keyakinan.
“Aku tahu kamu masih mau sama aku, kan,” ucap Lisa sambil melangkah mendekat lagi.
Isaac segera membuka pintu mobilnya, berharap bisa menghindari Lisa. Tapi Lisa dengan cepat menyusulnya, dan dengan liciknya, dia duduk di pangkuan Isaac begitu Isaac duduk di kursi pengemudi. Isaac menggeram marah, tidak percaya dengan tingkahnya.
“Lisa, turun dari mobil!” bentaknya sambil menahan emosi.
Namun Lisa justru menyeringai, kali ini matanya tajam. “Kamu ingat janji kamu? Katanya kamu mau beliin aku tas mahal. Tapi nggak ada kabar. Kamu juga pernah bilang mau stay sama aku, tapi apa?”
“Aku transfer uangnya, kamu bisa beli sendiri!”
“Kamu pikir aku wanita bayaran?” tanya Lisa sambil membuka beberapa kancing atas bajunya dengan gerakan menggoda, membuat Isaac semakin kewalahan.
Dia tahu situasinya mulai gawat ketika Lisa mendekat lagi, kali ini dengan ancaman halus.
“Aku cuma mau kamu. Kalau kamu nggak nurut, aku bongkar perselingkuhan kita ke Papa kamu!”
“Shit! Tau apa kamu soal Papaku?” tanya Isaac geram. Dia menghentikan tangan Lisa agar tidak membuka semua kancing bajunya.
“Siapa, sih, yang nggak tau Samuel Brandon?” tanya Lisa sambil tersenyum penuh kemenangan.
Isaac terdiam, matanya penuh amarah bercampur putus asa. Dia tidak menyangka jika Lisa tahu identitasnya.
Mengetahui dirinya terjebak, Isaac akhirnya menyerah pada permintaan Lisa.
Di sana, di dalam mobil yang terkunci, mereka terlibat dalam pergumulan yang terpaksa. Setiap detik yang berlalu hanya menambah rasa bersalah Isaac, tapi dia tak bisa melepaskan diri dari jeratan Lisa malam itu.
Setelah semuanya berakhir, Lisa meninggalkan mobil dengan senyum kemenangan, sementara Isaac hanya bisa menatap kosong ke depan, penuh dengan penyesalan.
Dalam perjalanan pulang, dia sadar bahwa dirinya telah gagal menjaga kepercayaan Lily, wanita yang telah bersabar memberi kesempatan kedua. Parahnya lagi, Isaac lupa membawa martabak yang dimintanya.
Setibanya di rumah, Isaac melihat Lily tertidur di sofa ruang tamu. Wajahnya damai, dan tangannya masih memegang novel yang sempat dibaca sambil menunggu Isaac pulang. Hatinya semakin remuk melihat Lily seperti ini. Pelan-pelan, Isaac mendekat, mengulurkan tangannya dan menggendong Lily ke kamar.
Dalam diam, Isaac tahu apa yang telah dilakukannya adalah kesalahan yang akan menghantuinya.
biar semangat up aku kasih vote utkmu thor