Petualangan si JAPRI 2 : Penemuan Jasad di Hutan

Petualangan si JAPRI 2 : Penemuan Jasad di Hutan

Episode 1 Pengalaman Mistis Pertama Supri

"Kaa, Jakaaa!! Ayok berangkaaat!!" teriak Supri dari halaman rumah Jaka dengan punggung mencangklong keranjang rumput dari anyaman bambu ukuran sedang, berisi sabit dan sekantong kresek hitam besar jajanan + minuman.

Karena yang empunya nama belum juga keluar, bocah gembul itu pun akhirnya duduk di teras rumah. Minggu pagi itu, Jaka dan Supri memang sudah janjian akan ngarit (mencari rumput) bareng di area hutan pinus, untuk pakan ternak mereka.

"Kamu itu kebiasaan kok Mbul, sukanya teriak-teriak di depan rumah. Gak pake toa saja sekalian biar kedengaran satu kampung," omel Jaka setelah keluar dari dalam rumah dengan mencangklong keranjang rumput persis miliknya Supri.

"Itung-itung olah vocal, Jaak. Siapa tahu aku nanti bisa ikutan Indonesian Dodol," seperti biasa, jawaban anaknya Pak Bedjo sering membuat Jaka gedeg.

"Ya otakmu itu yang dodol," ucap anak laki-laki bertubuh tinggi kurus itu blak-blakan.

"Jenang dodol itu enak lo, Jak," obrolan dua bocah itu semakin ngelantur.

"Halah wes emboh. Ayok berangkat sekarang."

Tak berapa lama, kedua anak laki-laki itu pun berangkat menuju ke area hutan pinus.

🎶 Aku adalah anak Pak Bedjo, selalu riang dan banyak makan... 🎶

Mendengar nyanyian Supri yang memlesetkan lagu 'Aku Anak Gembala', membuat Jaka geleng-geleng kepala geregetan.

40 menitan kemudian, kedua bocah laki-laki itu sudah menemukan area yang banyak rumputnya. Dengan segera, Jaka dan Supri menurunkan keranjang rumput mereka.

"Apa itu, Mbul?" tanya anaknya Pak Rahmat saat Supri mengeluarkan bungkusan tas kresek hitam besar dari keranjang rumputnya sekalipun Jaka sendiri sudah bisa menebak apa isinya.

"Ini isinya amunisi, Jak. Nanti kalau aku kelaparan trus pingsan, memangnya kamu mau tanggung jawab," sahut anaknya Pak Bedjo.

"Dih amit-amit, untuk apa aku mesti tanggung jawab. Kalau kamu pingsan ya mending tak tinggal pergi saja. Lagian yang mau nyulik kamu yo siapa. Wong makanmu sehari saja bisa sampek 5 piring, itu belum termasuk jajannya. Bisa-bisa penculiknya bangkrut," ujar Jaka terus terang.

"Uwes Jaak, gak usah nyindir-nyindir teruus. Wong kamu nanti juga ikut kebagian."

Selama puluhan menit suasana menjadi hening karena dua bocah laki-laki itu menyabit rumput tanpa saling ngobrol.

Tiba-tiba...

Toloong... toloong...

Sayup-sayup telinga Supri mendengar suara perempuan minta tolong, yang membuat anak bertubuh gembul itu mengedarkan pandangannya, namun di sekitar mereka tidak ada siapa-siapa selain mereka berdua.

"Jak, kamu denger suara orang minta tolong gak?" tanya Supri untuk meyakinkan pendengarannya.

"Suara minta tolong opo? Aku gak denger tuh," balas Jaka apa adanya sambil mengalihkan pandangannya pada si gembul.

"Apa kupingku yang salah denger ya," gumam anaknya Pak Bedjo yang kemudian melanjutkan menyabit rumput.

Toloong... Tolong akuu...

Suara orang minta tolong terdengar kembali, yang kali ini membuat Supri semakin penasaran campur heran. Dengan segera, bocah laki-laki itu pun bangkit berdiri lalu mengedarkan pandangannya lagi, yang tentu saja membuat Jaka bertanya dalam hati kenapa sikap teman sekaligus tetangganya tersebut hari ini kok nganeh-nganehi.

"Ada apa to, Mbul?" tanya anaknya Pak Rahmat penasaran.

"Suara minta tolongnya kedengeran lagi lo, Jak," timpal Supri dengan masih mengamati keadaan sekitar disertai tanda tanya dalam hatinya.

"Apa iya sih? La aku kok gak denger blas to," Jaka menjadi bingung lalu ikutan bangkit berdiri.

"Kok aneh yo Jak."

Di saat kedua bocah itu sedang kebingungan, tiba-tiba sepasang mata si gembul melihat seorang perempuan cantik, berambut hitam panjang lurus sepinggang, sedang berdiri di samping pohon besar, yang jaraknya puluhan meter di depannya. Perempuan tersebut mengenakan celana panjang berwarna hitam dengan atasan kaos lengan panjang berwarna biru muda.

Tak berapa lama, si gembul pun mendekati Jaka lalu berbisik.

"Kamu lihat perempuan itu gak, Jak?" tanya anaknya Pak Bedjo dengan memberi isyarat mata.

"Perempuan mana? Dari tadi kan cuma kita berdua yang ada di sini, Mbul," jawab Jaka dengan volume suara lumayan tinggi.

"Kamu kalau ngomong jangan keras-keras to Jak, nanti kedengeran sama Dia. Masa' sih kamu gak lihat perempuan berbaju biru di samping pohon besar itu?" Supri bertanya sekali lagi.

"Ya ampun Priii Pri, aku itu beneran gak liat ada perempuan di sana!" saking jengkelnya, tanpa sadar telunjuk Jaka menuding ke arah pohon besar, yang kemudian langsung dipukulnya tangan Jaka sama Supri.

"Kalau yang bisa lihat cuma aku, berarti dia itu hantu, Jak," ujar bocah laki-laki bertubuh gemuk tersebut dengan masih berbisik.

Tolong diik... Tolong akuu...

Suara itu kembali terdengar, yang Supri sendiri tidak yakin darimana suara itu berasal.

Di kejauhan, tampak perempuan berbaju biru itu tiba-tiba menunjuk ke sebuah arah. Tanpa minta persetujuan terlebih dahulu, beberapa saat kemudian, si gembul pun langsung menarik tangan Jaka lalu berjalan menuju ke arah yang ditunjuk oleh perempuan tersebut.

"Kamu mau ngajak aku kemana sih, Mbul?" tanya anaknya Pak Rahmat kebingungan.

"Sudah kamu nurut saja."

Beberapa menit kemudian, Jaka dan Supri telah sampai di area tanah yang di atasnya banyak dedaunan dan ranting kering, yang kesannya seperti sengaja ditimbun di situ.

"Bantu aku menyingkirkan daun dan ranting kering ini, Jak," anaknya Pak Bedjo memberi instruksi, yang masih dituruti oleh Jaka sekalipun bocah bertubuh tinggi kurus itu masih belum paham apa maksudnya Supri.

Begitu dedaunan dan ranting kering sudah disingkirkan, terlihatlah gundukan tanah yang sepertinya baru saja digali.

"Kita kembali dulu untuk mengambil barang-barang kita, Jak. Sabitnya nanti bisa kita pakai untuk mengorek tanah," kata Supri yang lagi-lagi membuat Jaka bingung.

"Mengorek tanah? Untuk apa Mbul?" tanya Jaka tambah penasaran.

"Mencari harta karun," sahut anaknya Pak Bedjo asal-asalan, yang kemudian langsung beranjak meninggalkan tempat tersebut untuk mengambil barang-barangnya. Sementara itu, Jaka, mengekor Supri dengan hati masih diliputi tanda tanya.

Saat ini tampaklah kedua bocah laki-laki itu sedang mengorek tanah menggunakan sabit mereka dengan hati-hati. Belasan menit kemudian, hidung Jaka dan Supri mulai mencium bau bangkai, yang membuat kedua anak laki-laki tersebut menghentikan aktifitasnya lalu sedikit menjauh dari tempat itu.

"Jak, sekarang kamu pulang dan beritahu orang rumah kalau di sini ada jasad," sekali lagi si gembul memerintah Jaka.

"Hah, jasad? Maksud kamu apa sih, Mbul?" tanya Jaka yang sampai sekarang ini masih belum paham dengan situasi.

"Tak beritahu yo Jak, bau bangkai tadi asalnya dari jasad. Itu jasadnya si embak berbaju biru yang tadi aku lihat," terang Supri yang membuat Jaka lumayan kaget.

Terpopuler

Comments

Yurika23

Yurika23

mampir ya Thor....

2024-10-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!