Diego Murphy, dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin, dan dia juga adalah seorang mafia yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada klan Dark Knight. Bahkan dia telah mendapatkan julukan sebagai The Killer, siapapun yang menjadi targetnya dipastikan tidak akan pernah bisa lolos.
Ketika dia masih kecil, ayahnya telah dibunuh di depan matanya sendiri. Bahkan perusahaan milik ayahnya telah direbut secara paksa. Disaat peristiwa kebakaran itu, semua orang mengira bahwa dirinya telah mati. Padahal dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
Setelah beranjak dewasa, Diego bergabung dengan sekelompok mafia untuk membalaskan dendamnya dan ingin merebut kembali perusahaan milik ayahnya.
Disaat dia melakukan sebuah misi pembunuhan terhadap seorang wanita, malah terjadi sebuah insiden yang membuat dia harus menjadi menantu dari pembunuh ayah kandungnya sendiri. Sehingga dia terpaksa harus menyembunyikan identitasnya.
Apakah Diego berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Setelah puas menangis, anak kecil itu nampak termenung. Dia baru menyadari bahwa saat ini dia sedang berada di sebuah ruangan yang sangat asing untuknya. Membuat dia menjadi penasaran, siapakah orang yang sudah menolongnya?
Diego memperhatikan ruangan tempat dia dirawat. Ruangan tersebut sangat terlihat asing. Diego tersentak kaget ketika mendengar suara tembakan.
Doorrr!
Diego segera menoleh ke arah jendela. Dia melihat ada banyak orang yang sedang melakukan pelatihan menembak.
"Kamu sudah bangun?"
Diego dikejutkan dengan suara seseorang di belakangnya.
Diego segera membalikkan badan. Dia mengerutkan keningnya ketika melihat pria asing yang sedang berdiri dihadapannya itu.
"Anda siapa?" Tanya Diego kepada pria dewasa itu.
"Namaku Leo. Aku adalah sahabat ayahmu." Jawab Tuan Leo.
Setelah memperkenalkan dirinya kepada Diego, Tuan Leo melanjutkan perkataannya. "Semua orang menganggap kamu sudah mati. Kamu gunakan kesempatan ini untuk balas dendam kepada pembunuh ayahmu suatu hari nanti. Karena itulah kamu harus menjadi seorang pria yang kuat. Balaskan semua dendam mu kepada mereka."
Tuan Leo adalah seorang mafia dari klan Dark Knight. Dua bulan yang lalu dia baru memasuki dunia bisnis kegelapan, sehingga dia hanya memiliki sedikit anak buah. Dulu Tuan Abidzar yang meminjamkan uang kepadanya untuk berbisnis.
Tuan Leo sangat menyadari betul bahwa saat ini bukanlah waktunya untuk balas dendam. Karena dia belum memiliki kekuatan yang besar untuk melawan musuh.
Sambil menangis, Diego menganggukkan kepalanya. Dia berjanji kepada dirinya sendiri bahwa dia akan membalaskan dendamnya kepada orang yang sudah membunuh ayahnya. Dia harus menjadi pria yang kuat.
"Sekarang kamu ikut saja dengan Om. Om ingin membuka bisnis di Amerika. Kita berjuang bersama untuk membuat Dark Knight menjadi klan yang ditakuti oleh dunia." Ajak Tuan Leo kepada Diego.
...****************...
Di Amerika. Hari demi hari berlalu, Diego berusaha keras untuk mengikuti latihan menembak. Selain itu, dia juga setiap hari tidak pernah absen untuk mengikuti latihan ilmu bela diri. Dia harus tumbuh dewasa menjadi seorang pria yang sangat kuat.
Sehingga waktu tak terasa sudah menginjak tahun 2024. Kini Diego telah beranjak dewasa. Pria berusia 28 tahun itu kini dia telah menjadi seorang kaki tangannya Tuan Leo. Selain itu, dia juga memiliki tugas sebagai eksekutor untuk membunuh para musuh ataupun orang-orang yang ditargetkan oleh sang tetua.
Saat ini, Diego sedang berada di negara D. Dia sedang menjalankan tugasnya untuk membunuh presiden di negara tersebut. Presiden Alphonso memang sudah lama berkonflik dengan klan Dark Knight. Bahkan dia adalah dalang utama terhadap kasus human trafficking di negaranya sendiri demi meraih pundi-pundi uang memperkaya dirinya.
Diego sedang mengamati target dari rooftop sebuah gedung yang tinggi. Dari kejauhan dia memperhatikan Presiden Alphonso yang sedang berpidato atas kemenangannya menjadi presiden untuk yang kesekian kalinya.
Bahkan rakyat di negara D tersebut begitu antusias menyambut kemenangan sang presiden. Dia begitu dicintai oleh rakyat, mungkin karena mengira bahwa Presiden Alphonso benar-benar sangat mencintai rakyatnya. Padanya dia adalah dalang utama dibalik maraknya berita yang beredar atas banyaknya anak-anak yang hilang akibat korban penculikan.
"A Uachtaráin, tá súil againn gur féidir leat na cásanna fuadach leanaí sa tír seo a réiteach." (Pak Presiden, kami harap anda dapat menuntaskan kasus penculikan anak-anak di negeri ini.)
Terdengar teriakan salah satu rakyat yang ada disana. Sehingga banyak yang menyetujui pendapat orang tersebut.
"Sea, aontaímid. Is tusa ár n-uachtarán bródúil" (Ya, kami setuju. Anda adalah presiden kebanggaan kami.)
Presiden Alphonso yang sedang berdiri di atas panggung. Dia pun tersenyum dengan ramah kepada semua rakyatnya. Kemudian dia menanggapi permintaan mereka. "Ar ndóigh, is cinnte go gcoimeádfaidh mé mo gheallúint. Cinnteoidh mé go mbeidh ár dtír slán ó ghníomhartha coiriúla. Lena n-áirítear cosaint do leanaí." (Tentu saja, aku pasti akan menepati janjiku. Akan aku pastikan negara kita aman dari tindakan kriminal. Termasuk perlindungan terhadap anak-anak.)
Pernyataan sang presiden membuat rakyatnya sangat merasa bangga. Presiden Alphonso adalah presiden yang benar-benar menjadi dambaan bagi semua rakyatnya. sehingga banyak rakyatnya berteriak memberikan semangat kepada sang presiden.
"Is fada beo an t-uachtarán Alphonso!" (Hidup presiden Alphonso!)
"Is fada beo an t-uachtarán Alphonso!" (Hidup presiden Alphonso!)
"Is fada beo an t-uachtarán Alphonso!" (Hidup presiden Alphonso!)
Presiden Alphonso pun tersenyum. Dia sangat merasa puas telah membodohi semua rakyatnya. Padahal sebenarnya dia lah dalang dibalik penculikan terhadap semua anak yang ada di negeri ini. Kemudian dia menjual anak-anak tersebut kepada sekelompok mafia kenalannya.
Presiden Alphonso pun mulai berpidato. "A dhaoine uaisle..." (Hadirin sekalian...)
Tapi Presiden Alphonso tidak meneruskan perkataannya. Karena tiba-tiba saja terdengar suara tembakan yang sangat keras.
Dooorrr...
Rupanya Diego telah berhasil menembak target, tepat pada bagian kepalanya. Sehingga terdengar suara jeritan semua orang yang ada disana, ketika melihat tubuh Presiden Alphonso seketika tumbang dengan kondisi bagian kepalanya ada yang bolong.
Diego begitu santai menurunkan senjatanya, sambil mengunyah permen karet. Dia membuang preman karet yang sudah mulai tidak terasa manis lagi. Kemudian dia melemparkan banyak selembaran foto ke bawah. Foto-foto bukti kejahatan sang presiden negara D tersebut.
Sehingga banyak rakyat yang ricuh, berlomba-lomba mengambil foto tersebut. Mereka sangat terkejut sekali setelah mengetahui dengan fakta yang sesungguhnya tentang presiden kebanggaan mereka.
"De réir dealraimh is coirpeach é an tUachtarán Alphonso." (Rupanya presiden Alphonso adalah seorang penjahat.)
"Ní féidir liom a chreidiúint i ndáiríre." (Sungguh aku tak bisa mempercayainya.)
Sedangkan para polisi segera mengamankan tubuh sang presiden yang sudah tidak bernyawa lagi. Membawanya masuk ke dalam ambulan. Dan beberapa polisi bergegas untuk segera pergi ke gedung tempat Diego berada.
"Déan deifir agus breith air!" (Cepat tangkap dia!)
Namun, ketika banyak sekali polisi yang sudah berhasil memasuki area gedung. Mereka sama sekali tidak menemukan keberadaan Diego.
"Cá bhfuil sé ag dul?" (Kemana dia?)
Rupanya saat ini Diego telah berganti pakaian. Dia sedang berada di antara kerumunan orang-orang yang ada disana.
Diego menekan earpiece yang menempel di telinganya. "Misi selesai."
Di klan Dark Knight, Diego telah mendapatkan julukan sebagai The Killer, karena dia adalah seorang pembunuh yang berbahaya. Dia tidak pernah gagal dalam menjalankan misinya.