Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Acara amal kelas atas
Pada keesokan harinya, ketika Arga selesai bersiap-siap dan hendak membuka pintu untuk keluar dari ruang kerja, dia menghentikan tangannya dihandle pintu yang hendak memutar handle tersebut.
Pria itu memejamkan matanya selama beberapa saat sebelum menarik pintu dan merasa lega ketika mendapati kamar istrinya kosong.
Namun ketika pria itu hendak melangkah keluar, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan perempuan keluar dengan terburu-buru hanya menggunakan sepotong handuk yang menutupi pertengahan dada sampai pertengahan paha.
Astin yang membuka pintu dan berlari mengambil pakaiannya yang tertinggal di tempat tidur pun membungkuk menghentikan gerakannya ketika menyadari ada seseorang yang memperhatikannya dari arah pintu ruang kerja.
Karena posisi astin yang membungkuk itu, maka dada Astin semakin terekspos membuat Arga kembali membanting pintu dengan keras.
Bam!
Ini masih pagi!
Arga menjerit dalam hati, namun saat ini sesuatu yang benar-benar sudah berusaha ditahan semalaman tiba-tiba saja menjadi menggebu-gebu.
Dia menggertakkan giginya sambil memejamkan matanya, berusaha menyerap energi positif yang menenangkan di sekitarnya.
Sementara Astin yang melihat itu, wajahnya menjadi sangat muram, 'apa Dia sebenci itu pada perempuan ini? Kalau begini caranya bagaimana aku meluluhkan hatinya?' gerutu Astin sambil mengambil pakaian yang ada di atas tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi untuk memakainya.
Setelah selesai mengganti pakaian, Astin memakai sedikit skin care pada wajahnya lalu turun ke ruang makan untuk sarapan.
Saat Astin tuba di ruang makan, dia mendapati hanya ada ayah dan ibu mertuanya, sementara suaminya tidak ada di sana.
Astin menghela nafas dengan panjang lalu duduk menikmati makanannya seolah-olah tidak ada yang terjadi.
"Hari ini kau pergi ke mana?" Tanya Sandriana setelah beberapa saat keheningan di meja makan.
Awalnya Astin berpikir bahwa bukan dia yang ditanya, namun ketika dia mengangkat kepalanya, dia melihat ibu mertuanya menatap ke arahnya.
Astin pun tampak berpikir, dia telah menyelesaikan tujuan pertamanya yaitu berbelanja hingga hari ini Dia tidak punya kegiatan apapun.
Asti menggelengkan kepalanya, "Sepertinya di rumah saja," jawab Astin kembali fokus ke makanannya dengan wajah yang tampak murung.
"Kalau begitu Kau bisa menggantikan Ibu menghadiri sebuah acara amal kan?" Tanya Sandriana membuat Astin terkejut.
Ini pertama kalinya Ibu mertuanya meminta tolong padanya, sebab dalam ingatannya, sang ibu mertua tampak cuek atas kehadiran Astin di rumah itu, seolah-olah menganggap Astin tidak ada di sana.
Meski tidak terlihat seperti tidak menyukai pernikahannya dengan putranya, namun sang ibu mertua juga tampak tidak menyambut kehadiran Astin.
"Ibu bilang acara amal?" Tanya Astin.
"Hm,," Sandriana mengeluarkan sebuah kartu undangan dari tangannya lalu memberikannya pada Astin.
"Ini acara amal yang diadakan oleh teman ibu,, Ibu sudah menyiapkan Apa yang perlu dibawa kesana, Jadi kau hanya pergi membawanya mewakili ibu," ucap sang Ibu membuat Astin terkejut melihat undangan berwarna keemasan di tangannya.
Meskipun ini dikatakan sebagai acara amal, tapi bukan berarti sembarangan orang bisa masuk ke acara amal seperti ini, biasanya orang-orang kelas atas seperti selebriti, sosialita dan para pejabat pemerintahan yang diundang menghadiri acara amal seperti ini.
Lagi, barang-barang yang dijual di acara seperti ini adalah barang-barang mahal yang sudah tidak dipakai lagi oleh pemiliknya dan kemudian disumbangkan.
Bahkan sudah biasa barang-barang bernilai ratusan juta dilelang di acara seperti ini.
"Kau bersedia pergi kan? Hari ini Ibu tiba-tiba memiliki janji dengan seorang klien yang tidak bisa dibatalkan, Asisten ibu juga sedang keluar kota, semua orang sedang sibuk," kata Sandriana sedikit ragu untuk menyuruh menantunya itu pergi, namun dia tidak punya pilihan lain karena dia benar-benar tidak bisa menghadiri acara amal tersebut.
Padahal dia sudah berjanji pada temannya untuk ikut dalam acara itu.
"Tentu saja Bu," Astin menganggukkan kepalanya, dia bersemangat.
Daripada hanya diam saja di rumah, menghadiri acara seperti ini tampaknya merupakan pilihan yang bagus.
Maka pada jam 12.00 siang, Astin langsung meninggalkan rumah dengan sebuah gaun yang tidak terlalu mewah, namun tetap memberi kesan elegan, seorang pelayan mengikutinya sambil membawa barang-barang yang kemudian diletakkan di kursi penumpang.
Setelah menutup pintu mobilnya, Astin mengendarai mobilnya menuju sebuah hotel mewah yang terletak di sebelah barat ibukota.
Setelah memarkir mobil dan naik ke lantai 20, akhirnya Astin tiba di tempat acara amal tersebut diadakan.
Meski itu acara amal, namun karpet merah tetap digerai di sana, dan banyak selebriti tampak sedang berdiri di karpet merah membiarkan para wartawan memotret mereka.
"Wohhh,," Astin memandang kagum pada salah seorang perempuan yang tampak mempesona dengan gaun berwarna kuning cerah dipadukan dengan sepatu kaca.
Dia seperti Cinderella versi modern.
Setelah merasa kagum beberapa saat, akhirnya Astin melangkah untuk memasuki tempat itu ketika tiba-tiba saja dari arah Timur muncul seorang perempuan lain yang tak lain adalah Chika yang menggunakan gaun berwarna merah cerah dengan rambut disanggul menonjolkan sisi dewasa perempuan itu.
Chika tampak begitu lihai mengambil gaya di atas karpet merah, sebab bagaimanapun Dia adalah seorang model dan sudah terbiasa mendapat perhatian seperti ini sehingga angel-angel kamera pun sudah dia ketahui dengan baik dan memposisikan dirinya sebagai pusat perhatian seluruh kamera.
Cekrek cekrek cekrek....
Kamera terus memotret, sebelum akhirnya para wartawan membiarkan Chika memasuki aula.
Astin pun berjalan mendekat, lalu menyerahkan undangannya pada seorang petugas yang ada di sana.
Setelah memeriksa undangan yang dibawa oleh Astin, maka petugas itu membiarkan Astin lewat. Karena Astin bukanlah seorang selebriti, maka tidak ada wartawan yang mengambil fotonya, namun seorang perempuan yang melihat Astin tampak sangat cantik Di Angel kameranya pun dengan cepat menekan tombol pada kameranya.
Cekrek!
Blitz kamera yang menyala pun membuat Astin menoleh ke arah kamera tersebut.
"Bisakah saya mengambil foto lagi ya?" Wartawan bertanya dengan sopan membuat Astin menganggukan kepalanya dan segera mengambil pose yang santai dan membiarkan wartawan tersebut memotretnya.
Cekrek cekrek...
Setelah foto itu, Astin melanjutkan langkahnya sambil membawa paper bag yang cukup besar di tangannya.
Setelah masuk dan menunjukkan kartunya, Astin pun diantar menuju sebuah meja yang disediakan untuknya memajang barang bawaannya.
Mejanya diletakkan paling depan sebab bagaimanapun dia mewakili Ibu mertuanya yang memiliki reputasi yang baik.
Ketika Astin sedang menyusun barang-barang di atas meja, tiba-tiba seorang perempuan menghampirinya dengan ekspresi terkejut.
"Kau di sini juga?" Chika tak percaya, ia menatap barang-barang di atas meja, dan dia mengeryit ketika mengenali barang-barang itu ialah barang-barang milik ibu mertua Astin.
"Ya," jawab Astin.
"Kau datang bersama tante Sandriana?" Tanya Chika sambil memperhatikan sekitarnya namun dia tidak mendapati Sandriana dimanapun.
"Aku mewakilinya," jawab Astin masih terus menata barang-barangnya sebelum akhirnya menyembunyikan paper bagnya di bawah meja.
"Ahhh,,," Chika menganggukkan kepalanya, dia pun berbalik pergi Untuk kembali ke tempatnya sambil berpikir dalam hati.
'Kenapa Tante Sandriana harus membiarkan dia yang mewakilinya ke sini? Membuat kesal saja melihat dia mendapat tempat paling depan,' gerutu Chika dalam hati.
Ketika dia tiba di tempatnya, Chika masih menghela nafas sambil menatap ke arah Astin. Ia berpikir keras tentang hal bagus yang bisa ia lakukan hari ini.
dasar ular kadot