Bagaimana jadinya,jika Arnold si lelaki populer tiba-tiba memiliki kekuatan pembaca pikiran.
Terlebih lagi,dia belum mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya dan dia menyembunyikan kekuatannya seorang diri.
"Jika aku memiliki kekuatan seperti ini,berarti aku salah satu orang yang beruntung mendapatkannya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aries, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 8
"Hey bro,ngapain ngelamun di sini?"
"Bukan apa-apa."
"Kau sudah sehat?"
"Jika aku tidak sehat,buat apa aku duduk di depan ruanganku sendiri.
"Bisa saja,kau pura-pura sehat."
"Cangkemmu,mau aku tampol?"
Leo malah tertawa dengan perkataan Arnold,kemudian dia duduk di sebelah Arnold.
"Apa Sasa sudah sadar?"
Arnold menengok ke arah Leo,karena tidak biasanya Leo mengkhawatirkan seorang perempuan dan dia hanya tersenyum miring mendengar perkataan Leo barusan.
"Kau menyukai Sasa?"
Leo hanya menghela nafasnya panjang,karena Arnold bertanya di luar perkiraannya.
"Apa dengan aku bertanya mengenai Sasa,kau langsung berpikir aku menyukai Sasa? Kau salah paham bro,aku hanya sekedar bertanya untuk seorang teman saja.Bahkan,aku tidak menyukai Sasa sama sekali dan Sasa bukan tipe perempuan yang aku sukai."
Arnold merasa lega mendengar jawaban Leo,setidaknya dia tidak akan bersaing mendapatkan Sasa dengan sahabatnya sendiri.
"Dia sudah sadar,bahkan sudah di perbolehkan pulang.Kau tidak perlu bertanya mengenai Sasa,apalagi Sasa benar-benar di urus dengan baik oleh keluarganya."
Leo mengangguk mengerti,apalagi melihat raut wajah sahabatnya yang kini berbeda dan dia yakin ada suatu masalah di antara keduanya.
"Apa yang membuat kalian bisa terjatuh?"
"Aku mencoba melindungi Sasa yang akan terjatuh saat itu,sehingga kami terjatuh bersama."
"Aku pikir,Sasa tidak akan jatuh secara tiba-tiba dan pasti ada sebabnya dia terjatuh saat itu"pikir Leo.
"Kau benar,Sasa tidak akan jatuh secara tiba-tiba saat itu.Karena aku mengatakan perasaanku tiba-tiba terhadap Sasa,sehingga mungkin Sasa merasa malu dan bertindak ceroboh saat itu."
Deg...
Leo menatap Arnold terkejut,karena dia tidak mengatakan apa-apa terhadap Arnold dan Arnold malah berbicara seolah dia tahu apa yang di pikirkan oleh dirinya.
"Kenapa kau bersikap seperti itu?"
"Aku cukup terkejut dengan perkataan mu barusan,karena aku tidak berbicara apa-apa terhadap kamu dan kamu tiba-tiba menjelaskan perihal Sasa yang terjatuh"Ucap Leo dengan pucat.
"Bukankah,kau mengatakan Sasa tidak mungkin terjatuh dengan tiba-tiba dan aku menjelaskan sesuai dengan apa yang kau ragukan."
Kata Arnold dengan heran,karena ekspresi Leo sungguh di luar dugaannya dan dia malah semakin terkejut dengan perkataan dirinya.
"Apa kau bisa membaca pikiranku?"
Deg...
Arnold cukup terkejut dengan perkataan Leo,bagaimana bisa sahabatnya tiba-tiba berkata hal yang tidak masuk akal seperti ini.
"Kau...Argh."
Telinga Arnold seketika berdengung,dia tiba-tiba merasakan sakit di telinganya dan semakin pusing dengan orang-orang di sekitarnya.
Dia mendengar pikiran orang lain,wajahnya memucat dan jantungnya berdebar seketika.Keringat mulai bercucuran di dahi Arnold,karena dia merasa asing dengan tubuhnya sendiri.
Leo melihat Arnold yang kesakitan saat ini,dia merasa panik dengan kondisi Arnold yang tiba-tiba mengerang dan dia langsung panik.
"Suster,Suster tolong"Teriak Arnold panik.
Para suster segera menghampiri Arnold,mereka langsung membawa Arnold ke ruangannya dan salah satu suster datang lalu menyuntikkan obat penenang terhadap Arnold.Sehingga Arnold mulai perlahan kehilangan kesadarannya.
"Apa yang terjadi dengan sahabat saya?"
"Kami tidak tahu,saat ini kami memberikan obat penenang untuknya dan kami akan melakukan pemeriksaan ulang terhadapnya"Balas suster yang memang tidak tahu kondisi Arnold saat ini.
Leo mengangguk mengerti,kemudian membiarkan suster keluar dari ruangan Arnold saat ini.
Berbeda halnya dengan Sasa yang kini berada di rumahnya sendiri,dia menatap langit-langit kamarnya dan memikirkan kejadian dirinya saat berada satu ruangan bersama Arnold.
"Bagaimana bisa aku dalam satu ruangan bersama Arnold"gumamnya.
Setidaknya,dia bersyukur tidak mengalami cedera yang parah dan hanya Arnold yang kini berada di rumah sakit.
"Apa aku harus menjenguknya nanti"ucapnya bingung.
Tok...Tok...
Sebuah ketukan menyadarkan Sasa,hingga Sasa menengok ke arah pintu kamarnya dan ibunya masuk ke dalam kamar.
"Apa kau sudah membaik sayang?"
"Sudah Mom,kok mommy tahu aku di rumah sakit?"
"Apa yang mommy tidak tahu? Apalagi,si mbok mengatakan kau tidak pulang sama sekali ke rumah.Membuat kami panik,sehingga ayahmu langsung menghubungi dekan kampusmu."
Sasa mengangguk mengerti saat ini,bagaimanapun keluarganya benar-benar di segani oleh pihak kampusnya dan lagi orang tuanya donatur di kampusnya saat ini.
"Apa ada yang sakit?"
"Tidak ada mom."Balas Sasa tersenyum.
"Apa kau kecelakaan gara-gara laki-laki itu?"tanyanya serius.
"Tidak mom,kalian salah paham terhadapnya.Sebenarnya,dia yang menyelamatkan aku saat itu dan bahkan melindungi aku saat kecelakaan itu terjadi."
Sasa menjelaskan dengan antusias,karena orang tuanya tidak boleh menyalahkan Arnold sepenuhnya dan setidaknya Arnold berusaha melindungi dirinya saat itu.
Mommy Sasa mengangguk mengerti,mungkin anaknya membela lelaki itu dan bisa jadi laki-laki itu pacar putrinya sendiri.
"Sudahlah,kau beristirahat saja sayang."
"Iya mom,kalau gitu aku mau istirahat."
Sasa melihat mommy nya yang keluar dari kamar,kemudian dia menghela nafas dengan lega dan setidaknya sudah membela Arnold di hadapan mommy nya sendiri.
Dia memikirkan wajah Arnold yang tampan,apalagi ketika Arnold mengatakan perasaannya saat itu.
Namun sangat di sayangkan,karena Arnold berani bertindak jauh terhadapnya dan bahkan dia mengambil ciuman pertamanya.
Selain itu,tubuhnya pernah tidur bersama Arnold di ranjang yang sama dan kini membuat wajahnya memerah seketika.
"Sial,kenapa aku malah memikirkannya"gerutu Sasa tidak habis pikir.
Kini dia merasa Arnold sudah melewati batas terhadap dirinya,meski Arnold lelaki popular di kampusnya dan dia tidak percaya Arnold bisa menyukai dirinya juga.
Apalagi,dirinya hanya pengagum Arnold di kampusnya dan tidak pernah menduga Arnold bisa menyukai dirinya.
"Mungkin,Arnold hanya mempermainkan aku dan aku tidak percaya Arnold bisa menyukai diriku saat ini.Tapi,kenapa juga Arnold tiba-tiba mencuri ciuman pertamaku dan apa mungkin dia berpikir aku ini wanita murahan? Sehingga dia dengan mudahnya mengambil ciuman pertamaku dan apakah dia hanya tertarik dengan tubuhku saja"gumam Sasa,sambil menghela nafasnya dengan kasar.
Tapi semakin dirinya mengelak perihal Arnold menyukai dirinya,di sisi lain pikirannya yang lain berpikir positif tentang Arnold yang memang menyukai dirinya.
"Argh,kepalaku rasanya mau pecah.Gara-gara Arnold,kepalaku jadi berisik saat ini memikirkannya dan aku akan meminta penjelasan terhadapnya.Agar pikiranku tidak sekacau ini,aku harus meminta penjelasan sejelas-jelasnya terhadap Arnold nanti"keluh Sasa dengan begitu kesal.
Kemudian Sasa memilih memejamkan kedua matanya,karena dia tidak ingin ambil pusing dengan pikirannya yang saat ini sungguh berantakan menurutnya.