Pernikahan yang sudah didepan mata harus batal sepihak karena calon suaminya ternyata sudah menghamili wanita lain, yang merupakan adiknya sendiri, Fauzana harus hidup dalam kesedihan setelah pengkhianatan Erik.
Berharap dukungan keluarga, Fauzana seolah tidak dipedulikan, semua hanya memperdulikan adiknya yang sudah merusak pesta pernikahannya, Apakah yang akan Fauzana lakukan setelah kejadian ini?
Akankah dia bisa kuat menerima takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sembilan Belas
"Bukan, Pak. Bapak ada-ada saja. Siapa yang pacaran?" Ana menjawab pertanyaan Rakha sambil tersenyum. Berbeda dengan Kevin, mendengar jawaban gadis itu wajahnya tampak cemberut.
"Hhmmm ...." Hanya itu balasan dari Rakha.
Setelah makan mereka segera menuju lokasi. Kali ini Rakha yang duduk di depan dengan Kevin. Ana yang duduk di belakang. Tak banyak suara di antara mereka, karena Kevin agak canggung bicaranya.
Sampai di lokasi, Kevin langsung menemui kepala proyek. Rakha dan Ana melihat-lihat pembangunan.
Saat akan berjalan melewati banyaknya bahan bangunan di sekitar, tangan Rakha terulur untuk menolong Ana melewatinya. Dengan ragu gadis itu menyambutnya.
"Terima kasih, Pak," ucap Ana, setelah mereka sampai ke tempat yang di tuju. Ana dengan seksama memperhatikan bangunan. Sedangkan di belakangnya justru Rakha melirik terus ke arah gadis itu.
"Ternyata dia cantik. Hanya kurang polesan saja, wajahnya hanya polos dengan sedikit sapuan bedak," ucap Rakha dalam hatinya.
Saat sedang asyik mengamati dan mengawasi, Ana tak melihat ada kayu dari atas yang ingin menimpanya. Rakha yang memperhatikan sejak tadi langsung menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya, sehingga kayu mengenai punggung pria itu.
Ana hanya terdiam berada dalam pelukan atasannya. Selain karena terkejut dengan apa yang dilakukan atasannya, juga karena harum tubuh pria itu yang sangat menenangkan dan membuatnya nyaman. Cukup lama mereka dalam posisi pelukan hingga Kevin datang. Dari jauh dia melihat semua kejadian itu. Pengawas proyek juga ikut mendekati Rakha.
"Pak Rakha, Ana, kalian tak apa-apa?" tanya Kevin dengan kuatir?" tanya Kevin dengan nada prihatin.
Rakha langsung melepaskan pelukannya mendengar suara Kevin. Ana juga menjaga jarak.
"Aku nggak apa-apa, tapi sepertinya Pak Rakha terluka. Tadi kayu mengenai bahunya," jawab Ana.
Kepala pengawas langsung menghampiri Rakha. Seperti orang ketakutan dia meminta maaf.
"Maaf, Pak. Anak buah saya tak sengaja. Dia tak melihat ada orang di bawah," ucap Bapak itu dengan suara gemetar.
"Katakan pada pekerja, setiap akan membuang sesuatu ke bawah, beri aba-aba dan lihat keadaan di bawah. Jangan sembarangan membuang sesuatu. Jika tadi mengenai kepala, bisa fatal. Saya tak mau terulang lagi kejadian seperti ini, apa lagi jika saya mendengar ada korbannya!" seru Rakha.
"Pak, saya mau obati luka Bapak dulu. Sebaiknya kita ke mobil. Ada kotak P3K nya'kan?" tanya Ana.
"Ada ... Kevin, kamu beri tau para pekerja apa yang saya katakan tadi. Jangan sampai terulang lagi!" ucap Rakha dengan sedikit keras.
Rakha berjalan menuju mobil di ikuti Ana. Pria itu masuk ke mobil bagian belakang, begitu juga gadis itu. Dia mengambil kotak P3K yang terletak di belakang dan membukanya.
"Pak, boleh buka jas dan kemejanya. Bagian kanan saja," ujar Ana.
Tanpa bantahan, Rakha membuka jas dan kemudian kemejanya bagian sebelah kanan saja. Walau separuh badan yang terbuka, tapi Ana dapat melihat bentuk tubuh yang sempurna dari atasannya itu.
Dengan sedikit gugup, Ana melihat bahu pria itu. Tampak sedikit luka lecet yang telah membiru.
Ana mengambil salep dan mengoles dengan pelan. Terdengar sedikit ringisan dari bibir pria itu.
"Perih ya, Pak. Tahan dikit dulu," ucap Ana pelan sambil meniup bahu sang atasan. Tanpa sadar wajahnya begitu dekat dengan Rakha. Pria itu meliriknya.
"Cantik ...." Kata itu terucap begitu saja dari bibirnya. Walau Rakha mengucapkan demgan pelan, tapi Ana dapat mendengarnya. Dia langsung menoleh.
"Bapak bicara dengan siapa?" tanya Ana. Dia tak yakin pria itu mengatakan dirinya cantik.
"Dengan kamu, emang ada orang lain lagi?" Rakha balik bertanya.
"Nggak ada ...," jawab Ana. Dia jadi gugup karena menyadari jika ucapan cantik itu memang di tujukan untuk dirinya.
Ana kembali fokus mengobati luka di bahu atasannya. Tanpa dia sadari, mata Rakha tak berkedip memandangnya.
Kevin yang telah menyampaikan pada semua pekerja apa yang Rakha katakan, langsung menuju ke mobil. Dia kuatir dengan keadaan atasannya itu.
Saat Kevin sampai di mobil dia melihat apa yang terjadi di mobil karena pintunya sengaja Ana buka. Dia takut akan menjadi fitnah jika mereka berdua di dalam mobil dalam keadaan pintu tertutup.
Kevin melihat mata Rakha yang memandangi Ana tanpa kedip. Dengan polesan sederhana saja, dia tampak istimewa. Dari awal bertemu pria itu telah menyukainya.
Kevin menarik napas dalam lalu membuangnya perlahan. Begitu terus dia lakukan berulang kali. Tak berani lebih mendekat, takut mengganggu.
"Belum juga aku menyatakan cintaku, aku sudah harus bersaing dengan atasanku sendiri. Tak pernah aku melihat Pak Rakha menatap gadis sedalam itu," gumam Kevin pada dirinya sendiri.
Setelah beberapa saat dan melihat Ana yang telah selesai mengobati luka atasannya, barulah Kevin berani melangkah mendekati mobil. Rakha hanya mengenakan kemejanya tanpa jas lagi.
"Pak, bagaimana lukanya?" tanya Kevin.
"Sudah diobati Ana, aku rasa bukan luka yang parah," jawab Rakha.
"Walau bukan luka yang parah, tetap harus diobati, Pak," balas Ana lagi.
"Kan sudah kamu obati!" ucap Rakha. Hanya hanya mengangguk tersenyum sebagai jawaban.
"Bagaimana kerjanya?" tanya Rakha.
Kevin lalu mengatakan apa saja yang dia lihat dan ketahui. Dia mengatakan jika pekerjaan berjalan cukup lancar dan para pekerja mengerjakan semua dengan sempurna. Jika ada kesalahan itu hanya dikit dan tak fatal.
"Ana, kamu sudah melihat pembangunan hotelnya. Nanti kamu buat laporan, bagaimana cara pemasaran yang sebaiknya kita lakukan. Aku menargetkan enam bulan ke depan hotel itu harus siap!" seru Rakha.
"Baiklah, Pak. Tadi saya juga telah mengatakan tentang target penyelesaian. Sekarang kita mau kemana?" tanya Kevin.
"Tentu saja pulang, tapi sebelumnya mampir ke WO biasa kita pakai agar menyiapkan pesta buat anniversary pernikahannya mama dan papa," ujar Rakha.
"Baiklah, Pak. Ana, kamu mau pulang atau ikut kami ke WO?" tanya Kevin.
Belum sempat Ana menjawab, langsung Rakha yang berucap.
"Agar tak bolak-balik dan memakan waktu, Ana ikut saja. Setelah makan malam baru kamu antar pulang!" perintah Rakha.
Ana terpaksa diam dan mengikuti saja apa yang Rakha katakan. Kevin lalu masuk dan memandangi Ana dan Rakha yang masih duduk di jok belakang. Pria itu menengok kebelakang.
"Siapa yang duduk di depan, Bapak apa Ana?" tanya Kevin sebelum menghidupkan mesin mobil.
"Kamu saja. Kami tetap di belakang," jawab Rakha sebelum Ana menjawab.
Ana cukup terkejut mendengar jawaban atasannya itu, tapi dia tak mungkin membantah. Cuma Kevin tampak cemberut mendengar jawaban dari atasannya itu. Dengan perlahan dia mulai melajukan mobil meninggalkan lokasi proyek.
**
Selamat Pagi. Menjelang bab 20 mama harap mohon baca terus tiap updatenya, jangan di skip atau di tunda ya agar retensi mama tercapai. Terima kasih. 🙏🙏🥰🥰
Kawin..... kawin.... kawin.... kawin...