BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!❌❌❌
Nessa Ananta atau biasa di panggil Eca, gadis yang menempuh pendidikan di luar kota akhirnya kembali ke Ibu kota setelah sebelumnya bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.
Tapi apa jadinya jika kembalinya ke rumah Kakaknya justru mendapat kebencian tak beralasan dari Kakak iparnya.
Lalu bagaimana kisah hidup Eca selanjutnya ketika Kakaknya sendiri meminta Eca untuk menikah dengan suaminya karena menginginkan kehadiran seorang anak, padahal Kakak iparnya begitu membencinya?
Kenapa Eca tak bisa menolak permintaan Kakaknya padahal yang Eca tau Nola adalah Kakak kandungnya?
Lalu apa penyebab Kakak iparnya itu begitu membencinya padahal mereka tak pernah dekat karena Eca selama ini ada di luar kota??
Apa yang terjadi sebenarnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Nola
Ketika Eca sampai di rumah Kakaknya, ternyata Nola sudah ada di rumah tak seperti tadi malam saat Nola pulang ke rumah hampir larut malam.
"Assalamualaikum Mbak" Eca langsung menghampiri Kakaknya yang sedang duduk sendirian sambil menonton televisi.
"Walaikumsalam, kamu baru pulang? Gimana, di terima?" Tanya Nola dengan antusias.
"Alhamdulillah di terima Mbak"
"Selamat Eca. Mbak ikut seneng" Nola langsung memeluk adik satu-satunya itu.
"Makasih Mbak, ini pasti juga berkat doa dari Mbak Nola"
"Iya, Mbak selalu doain apapun urusan kamu"
"Iya Mbak, memang cuma Mbak yang masih mau doain Eca sampai sekarang"
"Apa sih Ca, udah ah nggak usah sedih-sedih. Lebih baik kamu makan sana, pasti laper"
"Eca belum laper kok Mbak. Tapi ngomong-ngomong Mbak kok udah pulang jam segini?"
"Mbak cuma ada satu pemotretan aja hati ini Ca, makanya bisa pulang cepat, tapi ya gini sepi banget rumah ini kalau Bara belum pulang. Makanya Mbak minta kamu tinggal di sini, biar Mbak nggak kesepian"
"Tapi, maaf Mbak kalau Eca menyinggung masalah pribadi Mbak dan Mas Bara. Kenapa kalian nggak coba punya anak aja? Apa sebenarnya kalian sedang program kehamilan?"
Mendengar pertanyaan Eca, Nola tampak terlihat sendu. Wanita tiga puluh tahun itu menunduk menyembunyikan kesedihannya saat ini.
"Mbak bukannya nggak pingin punya anak Ca. Mbak dan Masmu sudah berusaha tapi emang belum di kasih"
"Ya Allah, maafkan Eca yang udah menyinggung masalah ini" Eca merasa begitu bersalah.
"Nggak papa Ca, emang Mbak belum di kasih kepercayaan juga dari Allah"
"Jangan putus asa Mbak. Insyaallah kalau Mbak terus berusaha dan berdoa, pasti Allah akan mempercayakan Mbak untuk jadi seorang ibu"
"Mbak percaya soal itu Ca"
"Ya udah, sekarang Mbak jangan sedih lagi dong. Eca jadi ikut sedih kalau kaya gini" Eca memeluk Kakaknya itu.
"Iya Ca. Maaf Mbak malah cerita masalah rumah tangga Mbak sama kamu"
"Eca yang harusnya minta maaf karena udah buat Mbak Ola sedih"
"Nggak papa, udah sana bersih-bersih dulu"
"Iya Mbak"
Eca kembali ke kamarnya untuk mandi dan mengganti bajunya. Rencananya malam ini dia tidak akan makan malam karena perutnya masih terasa penuh.
Dia hanya akan membuat jus sayur saja untuk memenuhi kebutuhan serat hariannya.
Setelah berganti baju dengan baju tidur berlengan panjang dan celananya juga panjang, Eca kembali turun. Dia sengaja memakai baju tertutup karena dia takut bertemu Kakak iparnya lagi. Mengingat pertama kali mereka bertemu saat Eca memakai baju seksi dan terjadi hal yang tak terduga. Waktu itu Eca juga mengira Bara sudah di dalam kamar makanya dia berani keluar seperti itu. Tapi sekarang ia tak mau itu terjadi lagi. Mungkin saat di dalam kamarnya saja dia bisa memakai baju tidur yang seksi seperti biasanya.
Eca sempat melihat ke kiri dan kanan sebelum melangkah keluar dari kamarnya. Setelah memastikan tak ada siapapun, Eca baru melangkah keluar.
Dia cepat-cepat menuju ke dapur sebelum Bara pulang. Rasanya takut saja kalau harus berpapasan dengan pria kaku itu.
Dia mengambil sayuran hijau dan juga yang lainnya. Dia juga menambahkan apel sebagai pemanisnya.
Di sela-sela waktunya mengupas apel, dia teringat pernyataan cinta Efan kepadanya tadi siang. Dia tak menyangka jika saat ini statusnya sudah berubah, bukan lagi wanita single tapi dia mempunyai kekasih saat ini.
Eca tak bisa menahan senyum di bibirnya. Bagaimana tidak, Eca telah menyukai Efan sejak dua tahun yang lalu.
Di mana pertemuan pertama mereka di sebuah restoran karena mengantarkan bos mereka masing-masing untuk membahas tentang kerja sama.
Sikap Efan yang manis dan memperlakukan Eca dengan baik tentu saja menarik Eca sebagai lawan jenisnya.
Hubungan mereka mengalir begitu saja selama dua tahun. Tak ada ungkapan cinta sama sekali dari keduanya namun mereka tak pernah berjauhan. Di kota sebelumnya, mereka sering berangkat dan pulang kerja bersamaan meski kantor mereka berbeda. Mereka juga sering jalan berdua hingga Eca memutuskan untuk kembali ke Ibu kota meninggalkan Efan dan cintanya di sana.
Tapi siapa sangka jika Efan justru memilih mengikuti Eca kembali ke Ibu kota demi mengejar cintanya. Hingga tadi siang, ungkapan cinta itu keluar dari bibir Efan. Ungkapan yang sudah lama Eca tunggu-tunggu meski Eca sendiri tak berani mengungkapkan lebih dulu.
"Emm, segarnya" Eca baru menyeruput jusnya satu kali.
Tapi tiba-tiba kantung kemihnya terasa penuh. Rasanya malas bagi Eca untuk kembali ke kamarnya karena dia belum sempat membersihkan juicer yang ia gunakan.
"Di situ aja kali ya?" Eca meninggalkan jusnya di meja makan dan berlari menuju kamar mandi yang ada di samping dapur.
Di saat Eca ke kamar mandi, Bara yang baru pulang langsung menuju dapur karena melihat dapur yang tampak terang.
"Sayang?" Seru Bara karena tak menemukan siapapun di dapur.
Tapi melihat segelas jus di atas meja membuat ia menelan ludahnya. Rasa hausnya menuntunnya mengambil segelas jus yang bukan miliknya itu.
Bara sempat mencium aromanya sebelum dahinya mengernyit merasa mengenali minuman sehat itu. Dia ingat jika dia sering di buatkan jus seperti itu oleh Mamanya.
Tanpa ragu, Bara langsung meneguk minuman itu sampai tandas tak tersisa. Dia tersenyum tipis karena istrinya jarang sekali membuat jus seperti itu untuknya. Bahkan malah tidak pernah sama sekali.
Dengan wajah sumringah Bara menuju kamarnya. Dia ingi berterimakasih pada istri tercintanya itu.
"Sayang?" Seru Bara saat membuka pintu kamarnya.
"Sayang, kamu udah pulang?"
Bara langsung menghampiri istrinya yang sedang mengeringkan rambutnya.
"Hemm, makasih ya jusnya. Aku suka" Ucap Bara sambil memeluk istrinya dari belakang.
"Jus?" Nola terlihat kebingungan.
"Iya, kamu yang bikinin jus buat aku di bawah kan?"
Nola mengernyit namun dia tau kalau pasti asisten rumah tangganya yang menyiapkan untuk Bara sebelum pulang.
"Iya sayang, sama-sama"
Nola segera berbalik menyebut pelukan suaminya. Bibir keduanya pun langsung terpaut tanpa jarak. Saling menye*sap dan saling melu**t seperti berlomba siapa yang lebih ahli dalam permainan bibir itu.
Mereka sudah lima tahun menikah tentu saja sudah ahli dalam urusan area dew*sa itu.
Sementara itu di dapur, Eca terus memandangi gelas jusnya yang sudah kosong.
"Perasaan nggak ada orang"
Eca juga mendongak ke atas menatap lantai dua yang tampak sepi.
"Kenapa bisa habis?"
Eca yang malas membuat jus lagi akhirnya memilih kembali ke kamarnya setelah membersihkan kekacauan yang dia buat saat membuat jus tadi.
"Aneh, serem juga ini rumah" Eca bergidik sambil mengusap kedua lengannya.