Niat hati memberikan kejutan kepada sang kembaran atas kepulangannya ke Jakarta, Aqilla justru dibuat sangat terkejut dengan fakta menghilangnya sang kembaran.
“Jalang kecentilan ini masih hidup? Memangnya kamu punya berapa nyawa?” ucap seorang perempuan muda yang dipanggil Liara, dan tak segan meludahi wajah cantik Aqilla yang ia cengkeram rahangnya. Ucapan yang sukses membuat perempuan sebaya bersamanya, tertawa.
Selanjutnya, yang terjadi ialah perudungan. Aqilla yang dikira sebagai Asyilla kembarannya, diperlakukan layaknya binatang oleh mereka. Namun karena fakta tersebut pula, Aqilla akan membalaskan dendam kembarannya!
Akan tetapi, apa jadinya jika di waktu yang sama, kekasih Chilla justru jauh lebih mencintai Aqilla padahal alasan kedatangan Aqilla, murni untuk membalaskan dendam kembarannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Terlalu Menganggap Remeh
Unggahan ibu Srikandi langsung viral. Aqilla menjadi salah satu orang yang sangat menikmatinya. Terlebih, tanpa campur tangan mafia uncle Syukur, berita itu pasti bisa hilang begitu saja.
Gonjang-ganjing jabatan pak Pendi sedang ramai-ramainya. Semuanya membahas, tanpa terkecuali akun gosip. Sementara di sekolah, Rumi juga langsung jadi fokus perhatian. Tak ada yang tidak menatap Rumi penuh arti karena berita tentang papanya yang dipaksa mundur, diketahui oleh sebagian besar masyarakat di belahan bumi. Sebab kecanggihan teknologi memungkinkan kabar tersebut tersebar hingga keluar negeri.
“Apakah kamu berharap aku kembali melindungi kamu? Bukankah sebelum ini, kamu mengiraku sebagai hantu?” ucap Aqilla sengaja menyikapi Rumi dengan dingin.
Di hadapan Aqilla dan itu di depan kelas mereka, Rumi jadi menatap Aqilla penuh dendam. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Namun, semua perubahan ekspresi Rumi tersebut, Aqilla rekam dengan sangat cepat melalui lirikannya.
“Kamu pikir aku tidak tahu, bahwa sebenarnya kamu bukan Chilla?!” tegas Rumi sengaja melawan.
Untuk sejenak, Aqilla memang tercengang. Namun dengan cepat, senyum keji nan menyepelekan membuat sudut bibir sebelah kanannya sedikit terangkat. “Siapa yang peduli dengan teori gil*a kamu?”
“Bukankah itu sama saja dengan pemalsuan identitas?”
“Pemalsuan identitas bagaimana? Kamu sangat ingin aku benar-benar mati. Memangnya kamu sudah siap dipenjara?”
Kali ini, giliran Rumi yang tersenyum. Senyum iblis yang membuat tampangnya makin mengerikan. “Sayangnya, dari segi usia, aku tidak akan pernah dipenjara.”
“Termasuk karena papa kamu gubernur cab—bul? Upps ...!” Aqilla tertawa geli kepada Rumi yang detik itu juga langsung pucat.
Dengan gerakan santai, tangan kanan Aqilla mengambil kacamata berbingkai pink, dari hidung Rumi. Detik itu juga, Rumi langsung menyipitkan kedua matanya seiring pandangan gadis itu yang jadi tidak jelas.
“Rumi, ... kamu itu cerdas. Kamu tahu, waktu terus berputar dan itu akan membuat usiamu bertambah. Harusnya kamu juga enggak lupa, keluargaku bukan orang susah!”
“Alasan kami tidak memproses langsung, murni karena kami menunggu usiamu memenuhi. Itu saja belum termasuk andai kamu kena mental atau mengalami kejadian di luar dugaan. Seperti yang dialami Sasy dan papa kamu!”
“Pantas pepatah bilang, buah yang b*usuk akan jatuh dengan sendirinya!”
“Jadi ... tolong amankan mentalmu. Pastikan, kamu jatuh bukan karena kebusukkan kamu. Karena aku, ... aku pastikan akan menjadi orang yang menjatuhkan kamu!”
“Sementara kacamata ini. Kaca mata ini terlalu berharga untuk orang busuk seperti kamu!” Setelah berbicara panjang lebar, Aqilla sengaja masuk ke dalam kelas. Ia melewati Rumi begitu saja, dan sampai menabrak bahu kirinya.
“Jadi, alasan aku ... alasan semuanya tidak dikasuskan. Karena mereka menunggu usiaku memenuhi,” ucap Rumi lirih merenungi apa yang Aqilla katakan beberapa saat lalu.
Diam-diam, ternyata Vanya memergoki apa yang terjadi antara Rumi dan Aqilla. Tanpa pikir panjang, Vanya yang sempat menguping dari balik tembok lorong depan kelas Chilla, mengabarkannya kepada Liara.
***
Masalah Sasy yang diam-diam menghanyutkan saja, sudah mencoreng nama baik genk mereka. Apalagi ditambah Chilla yang masih sekolah dalam keadaan sehat wal afiat. Fatalnya, Chilla dikabarkan oleh Vanya, tak segan mengancam Rumi.
“Dia akan melaporkan kita ke polisi. Dan sepertinya semuanya memang sudah diatur!” sergah Vanya berbisik-bisik kepada Liara dan Keysa.
Liara dan Keysa yang duduk di tempat duduk paling tengah sekaligus depan, makin ketar-ketir.
“Apa yang akan dikasuskan kalau dia saja sehat wal afiat? Giiiiiiillla saja!” tegas Liara mencibir.
“Dia punya kembaran, Li. Bagaimana jika yang kita buang itu justru kembarannya Chilla, bukan Chilla?” sergah Keysa yang kemudian sengaja mengingatkan. Bahwa Chilla berasal dari keluarga kaya raya.
“Dia bukan dari keluarga sembarangan. Semalam, aku sengaja cari tahu. Ngetik nama papa sama keluarganya di pencarian saja langsung silo nih mata!” yakin Vanya.
Detik itu juga Liara berdiri. Ia melakukannya sambil menahan muak dan refleks menggebrak meja menggunakan kedua tangannya.
“Ayo kita lihat, siapa yang benar-benar pec*undang? Dia pasti hanya sedang mempermainkan kita. Dia sedang menggertak, dan sengaja menakut-nakuti kita. Andai dia memang memiliki kembaran, apa sulitnya kita juga menyingkirkan kembarannya, seperti yang sudah kita lakukan ke Chilla?” ucap Liara lirih sambil menahan rasa muaknya yang begitu besar, kepada Chilla atau siapa pun yang mengaku sebagai kembaran Chilla.
Pada kenyataannya, Liara terlalu menggampangkan Chilla. Baginya, Chilla sekeluarga bukanlah lawannya. Mereka terlalu biasa untuknya. Apalagi, Chilla yang ia kenal terlalu lembek. Cukup menghajar Chilla, gadis itu sudah mati kutu. Beberapa kali ia sudah membuktikannya. Dan kenyataan tersebut sudah cukup menjadi bukti, bahwa dirinya memang lebih unggul.
Vanya dan Keysa melepas kepergian Liara. Mereka yakin, Liara akan ke lantai satu selaku kelas Chilla berada. Karenanya, keduanya sengaja menyusul. Sambil terus berlari, keduanya terpaksa lewat anak tangga. Karena biasanya, Stevan yang menyukai tempat sepi, memilih menghabiskan waktu di anak tangga dan memang jarang dilewati murid lain.
Kehadiran Vanya dan Keysa, sukses mengusik Stevan. Walau menyumpal kedua telinganya menggunakan headset putih, Stevan langsung mengawasi keduanya. Terlebih, tingkah keduanya yang terlihat sangat panik, juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Stevan.
Tak lama kemudian, Stevan sudah buru-buru lari menuruni anak tangga. Tak ada lagi headset yang menghiasi kedua telinganya. Yang tersisa hanyalah kekhawatiran yang amat sangat besar. Sementara di dalam kelas Chilla, Liara baru saja tiba. Liara memasuki kelas tersebut dengan tampang bengis khas pembully.
Semua mata sudah langsung tertuju kepada kedatangan Liara. Tak ada yang tidak takut, termasuk Rumi yang jadi tidak bisa melihat dengan jelas karena tanpa kacamata.
Aqilla yang awalnya sedang menghadap ke meja belakangnya, menjadi satu-satunya yang tidak terusik oleh kedatangan Liara. Aqilla dapati, semuanya yang langsung ketakutan kepada Liara, termasuk Rumi. Mereka jadi sibuk sendiri, termasuk teman belakang Aqilla yang awalnya sedang menanyakan soal di buku Fisika kepada Aqilla.
“Berdiri,” lirih Liara sambil bersedekap tepat di sebelah Aqilla. Di hadapannya, Aqilla tetap duduk. Ia sengaja menendang kaki kursi Aqilla sebagai peringatan keras.
Harusnya Aqilla ketakutan layaknya murid-murid di sana yang menjadi gemetaran. Namun, tanpa ragu, Aqilla yang bangkit sengaja menggunakan kedua tangannya untuk menjambak Liara.
“Awwww! S–sakit, anjing!” teriak Liara meronta-ronta. Akan tetapi, itu hanya berlangsung sebentar. Sebab detik berikutnya, ia langsung diam tak lama setelah lu*dah Aqilla mendarat di punggung hidungnya.
Tidak ada yang tidak terkejut. Pembalasan Aqilla menjadi alasan semuanya menaruh harapan besar kepada Aqilla. Puncaknya, dengan gesit Aqilla membanting Liara. Liara makin meronta-ronta, dan semua yang menyaksikan termasuk Stevan yang baru datang, langsung melongo.
Apakah maharaja akan mencintai Aqilla secara ugal ugalan seperti mama elra kepada papa syukur 😍
Penasaran.......
amin🤲