Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Hari demi hari Syarin lalui dengan rasa bosan, dirinya tak ada kegiatan sama sekali.
Semua pekerjaan sudah dilakuan oleh semua pekerja dirumah ini, Syarin bahkan tak tau nama salah satunya.
Mereka hanya tersenyum jika ditanya, bak robot yang sudah terprogram hanya untuk berkerja.
Syarin terlihat sedang mengutak-ngatik ponsel baru yang dibelikan Rama karena ponsel lama Syarin Rama lempar ke tempat sampah, katanya barang seperti itu sudah harus berada dimuseum.
Mata Syarin kini terpaku pada sebuah iklan novel online, ia membaca sepenggal cerita yang tertulis disana, dan karena rasa penasaran akan kelanjutannya akhirnya ia memutuskan untuk menginstal aplikasi itu.
Ia membaca beberapa cerita hingga tamat sangking gabutnya, dirinya sedikit terinspirasi saat membaca cerita yang diangkat dari kisah hidup penulis itu sendiri, ia berniat untuk menceritakan kisah hidupnya dalam sebuah novel juga.
Baru satu bab saja ia menulis sudah banyak yang berminat dengan ceritanya, bahkan sudah ada beberapa yang meninggalkan komentarnya, membuatnya merasa semangat untuk terus melanjutkan ceritanya.
Setelah hampir seharian berkutat dengan ponselnya, terdengar suara deru mobil dibawah sana.
Syarin segera berlari kecil untuk membukakan pintu, rasa sepinya sedikit berkurang setelah kepulangan Rama.
Raut wajah Rama tampak muram saat Syarin membuka pintu, ia berjalan masuk begitu saja tanpa melirik Syarin disamping pintu.
Kedua alis gadis cantik itu bertaut saat melihat sikap aneh Rama.
"Kenapa wajahnya ditekuk gitu? Ada masalah ya dikantor?" Syarin meraih tas yang dibawa Rama lalu melekannya diatas meja.
"Gak ada masalah apa-apa dikantor, hanya saja.." ucapan Rama terjeda takut Syarin akan tersinggung dengan ucapannya.
"Hanya saja apa?" Syarin mengerutkan dahinya menatap Rama.
"Tapi janji ya jangan ngetawain?" Rama sedikit mengerucutkan bibirnya.
"Iya janji." Syarin mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.
"Hanya saja sampai hari ini aku masih belum bisa menemukan Vika dan David, saat aku menyuruh salah satu anak buahku untuk mendatangi rumah David, ternyata dia sudah menjual rumahnya, kalau seperti ini rencana balas dendamku akan sia-sia." Rama menampakan raut wajah prustasi.
"Oh jadi cuma gara-gara itu? Mungkin mereka pindah kebulan buat menghindari orang sepertimu."
"Kenapa mereka sampai harus menghindariku? Padahal aku gak melakukan apa-apa sama mereka, aku hanya ingin tetap melihat Vika meski hanya dari jauh." Rama menghempas kasar tubuhnya diatas ranjang.
"Kamu mungkin memang tak berbuat apa-apa, tapi orang-orang disekitarmu mungkin gak berlaku demikian, mungkin saja mereka masih tetap mengintimidasi Vika atas perbuatannya terhadapmu, salah mu sendiri sih kenapa menyebar keburukan Vika." Syarin ikut merebahkan tubuhnya disamping Rama.
"Bukan aku yang menyebarnya, tapi Mami yang melakukannya, kamu tau sendiri kan kalau Mami sering ikut arisan dimana-mana." Rama menoleh kearah Syarin yang kini berbaring disampingnya.
"Mau itu kamu atau bukan, tapi semuanya sudah terjadi, Vika dan David tak mungkin bertahan ditempat yang menyiksa hidupnya, mereka pasti lebih memilih tinggal ditempat yang sama sekali tak ada orang yang mengetahui keburukannya. Coba kamu cari mereka dipinggiran kota atau dikota-kota kecil." Syarin menoleh kearah Rama yang sejak tadi menatapnya.
Manik mata mereka kini saling tatap, mata Rama kini berfokus pada bibir Syarin, bibir itu nampak manis meski tanpa polesan lipstik.
Membuat wajah Rama tanpa sadar terus maju kearah wajah Syarin, namun saat hanya tinggal beberapa centi lagi bibir mereka bertemu.
Deru napas Syarin yang menerpa wajahnya seketika membuatnya tersadar.
Dengan cepat Rama mendorong tubuh Syarin hingga terjungkal ke lantai.
"Kenapa kamu lancang sekali ikut tiduran dikamarku?" Rama seketika bangkit dari tempat tidur sambil gelagapan.
"Kamu itu apa-apaan sih, main dorong orang sembarangan, kalau pinggangku patah gimana? Kalau mau mengusirku kan bisa bilang baik-baik, lagian aku kan Istrimu. Kenapa gak boleh masuk kekamar Suaminya?" Syarin menggosok pinggangnya yang terasa nyeri.
"Kamu jadi Istriku kalau diluar rumah, kalau dirumah kita bukan siapa-siapa, tuh ponsel kamu kenapa berisik sekali, cepat ambil dan keluar dari kamarku sekarang juga." Rama memalingkan wajahnya yang kini bak udang rebus.
Syarin segera meraih ponselnya, melihat ada banyak sekali notif masuk dari aplikasi novelnya.
Ia segera membukanya sambil senyum-senyum sendiri membaca komentar yang ditinggalkan orang-orang yang di novel miliknya.
"Kenapa malah senyum-senyum sendiri gitu, kaya orang gila tau." Rama menautkan kedua alis tebalnya.
"Biarin, bukan urusan kamu." Syarin menjulurkan lidahnya lalu membanting pintu kamar dengan kasar.
"Dasar wanita aneh, bisa-bisanya tadi aku terkesima dengan bibirnya." Rama bergumam pelan sambil menggelengkan kepalanya.
*****
Vika dan David kini sudah sampai didepan sebuah rumah kecil yang nampak sederhana dengan halaman yang luasnya tak seberapa.
Keduanya kini turun dari mobil jasa angkut barang, terlihat beberapa orang kini sibuk menata barang-barang milik mereka.
Setelah rumah David terjual mereka segera mencari rumah kecil dipinggiran kota, hingga akhirnya pilihan mereka jatuh pada rumah ini.
Meski kecil tapi masih cukup nyaman untuk ditinggali, meski kota ini terbilang kecil tapi masih cukup ramai penduduk.
Terlihat beberapa penduduk yang menyapa mereka dengan senyum ramah, sikap orang-orang disini berbanding terbalik dengan sikap orang-orang dikota mereka.
"Semoga kita nyaman ya tinggal disini, semoga disini kita benar-benar bisa lepas dari bayang-bayang Rama." Vika merangkul pinggang David dari samping.
"Iya semoga saja, nanti aku cari yang jual motor bekas biar kita mudah kalau mau pergi kemana-mana, motornya juga bisa aku gunakan buat jadi ojek online, sepertinya disini masih jarang ada ojol." David merangkul bahu Vika lalu mengusapnya naik turun.
Mereka terpaksa harus menghindari Rama karena untuk membalas dendam bukan hal mudah bagi mereka.
Posisi Rama terlalu sulit untuk jatuhkan, terlebih tak ada yang mendukung mereka sama sekali, baik itu dari segi materi atau moral, jadi menghindar adalah pilihan terbaik bagi mereka.
Hari-hari yang Vika lalui berbanding terbalik dengan Syarin, kini Vika harus disibukan dengan pekerjaan rumah.
Semua pekerjaan ia lakukan sendiri karena David sibuk mencari pundi-pundi rupiah untuk menyambung hidup mereka.
Pergi pagi dan pulang menjelang malam membuat David kini terlihat sangat kusam setelah seharian terkena paparan sinar matahari.
Setelah berjuang seharian David merogoh sakunya, mengeluarkan uang pecahan lima puluh ribu dan dua puluh ribu, hari ini ia mendapat cukup banyak orderan.
Vika segera meraih uang itu, lalu menatapnya lekat. Bulir bening kini mulai mengalir dipipinya.
David sampai harus berjuang seharian hanya untuk mendapakan uang yang dulu bahkan jarang sekali hinggap didompetnya.
"Kamu yang sabar ya, maaf jika hanya ini yang bisa kulakukan." David mengusap air mata yang mengalir dipipi Vika.
Namun bukannya merasa kecewa dengan uang yang dihasilkan David, Vika justru kini memeluk David dengan erat sambil terus menangis sesegukan.
"Terima kasih, terima kasih sudah mau berjuang untukku meskipun itu sulit." tangis Vika semakin menjadi dipelukan David.
"Gak papa, aku benar-benar tulus berjuang untukmu, terima kasih juga kamu sudah mau hidup susah bersamaku." David membenamkan beberapa kecupan dipuncak kepala Vika.
Saat mereka sedang larut dalam suasana haru, terdengar suara seseorang mengetuk pintu, membuat raut wajah mereka seketika berubah panik.
***************
***************