Selama ini tidak pernah Julia mempunyai prasangka buruk pada keluarga Tantenya, walaupun selama ini Julia tidak pernah diperlakukan dengan baik oleh keluarga Tantenya itu.
Gadis berusia dua puluh dua tahun yang belum pernah sekalipun dekat dengan seorang pria itu, di jual oleh Tantenya untuk melunasi hutangnya pada rentenir.
Julia yang malang, hanya bisa pasrah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 19.
Mereka bertiga masuk ke dalam kantor restoran, dan Julia kemudian memeriksa pengeluaran dan keuntungan yang di dapat dalam satu hari.
Tina menjelaskan pembukuan restoran yang sedang di periksa Julia tersebut, kemana saja pengeluaran di keluarkan, dan berapa keuntungan yang di setor ke bank.
Julia sangat puas, keuntungan yang masuk ke bank ternyata lumayan juga.
Jika restoran berjalan dengan baik dan pelanggan semakin banyak menyukai menu makanan yang di sajikan restoran mereka, Julia berencana akan memperluas restoran lagi, dan mendekorasi nya menjadi lebih indah lagi.
"Sudah mulai larut malam, Ayo kita pulang, Harry sudah capek, dari siang belum istirahat!" kata Julia pada Tina.
"Oh, iya Ayo!" Julia bergegas meraih kunci mobil dari atas meja kerjanya.
Tina membawa Julia ke apartemen nya.
Karena sudah memiliki penghasilan yang lumayan, Tina akhirnya mampu membeli sebuah apartemen, walau tidak begitu mewah, tapi cukup luas juga dengan tiga kamar.
Setelah membantu membersihkan badan Harry sebentar, Julia membawa Harry ke kamar.
Mengangkat Harry ke atas tempat tidur, menarik selimut untuk menutupi tubuh Harry.
"Istirahat ya nak, malam ini kita istirahat di sini saja, besok pagi kita baru pulang ke rumah Papa!" ucap Julia setelah mengecup kening Harry.
"Iya Ma!" jawab Harry patuh.
Julia menutup pintu kamar dengan pelan setelah mematikan lampu kamar.
Tina tengah duduk di sofa sambil menonton televisi, saat Julia menuju ruang tengah apartemen.
Julia meletakkan bokongnya duduk di samping Tina.
"Bagaimana kamu bisa dengan santainya memberitahukan kepada lelaki itu, mengenai aku dan Harry datang ke kota inj?" tanya Julia dengan tenang, tapi matanya menatap layar televisi.
"Itu, aku hanya memikirkan Harry, Papanya mencari kalian, aku merasa sangat bagus sekali kalau lelaki itu ternyata mencari dirimu selama ini, dia ingin bertanggung jawab, dan setidaknya Harry akhirnya menjadi anak sah, bukan anak haram lagi, jadi ke depannya Harry tidak akan pernah menjadi anak yang berkecil hati!" kata Tina menjelaskan tindakannya memberitahukan tentang Julia kepada Lucas.
Semua pertanyaan yang di ajukan Lucas hari itu, di jawab Tina semuanya.
Sampai mengenai Julia kerap di tindas Tantenya sendiri, dan menceritakan bagaimana susahnya hidup Julia saat mengandung Harry selama sembilan bulan.
"Aku tidak pernah berharap dia memiliki pemikiran untuk bertanggung jawab, dia seorang pria kaya yang sering bersama wanita cantik, tidak mungkin memiliki hati nurani!" ujar Julia mengungkapkan isi hatinya selama ini dalam menilai Lucas.
"Iya, benar apa yang kamu katakan, mana mungkin dia melirik gadis seperti kita, gadis biasa yang tidak ada menariknya sama sekali, latar belakang, pendidikan, dan kecantikan di bawah rata-rata, tidak ada sedikitpun yang dapat di banggakan!" kata Tina membenarkan perkataan Julia.
"Kalau soal perawan, sepertinya bukanlah satu patokan yang penting, karena sepertinya yang paling penting status dan latar belakang harus setara dengan mereka, agar bisa menyenangkan orang tuanya!" kata Tina lagi sambil merenung.
"Ya, benar kata kamu, aku juga sempat berpikir seperti itu, dan ternyata pemikiran ku itu menjadi kenyataan, orang tuanya tidak menyukai ku!" sahut Julia menyetujui sudut pandang Tina.
Tina sontak melihat Julia, ternyata sahabatnya itu sudah mengalaminya, ketidak sukaan seorang mertua kepada menantunya.
"Jadi bagaimana perasaanmu karena tidak dianggap?" tanya Tina penasaran dengan apa yang di rasakan Julia.
"Aku biasa saja, karena aku tidak berharap sekali untuk di anggap sebagai manantu, dari kecil aku sudah biasa mendapat perlakuan di abaikan, jadi aku sudah terbiasa!" jawab Julia dengan tenang
Tina menatap Julia tanpa berkedip, dia takjub dengan sikap sahabatnya itu.
Teettt!
Tiba-tiba terdengar suara bel apartemen Tina berbunyi.
Siapa malam begini membunyikan bel? pikir Tina.
"Siapa?" tanya Julia memandang Tina.
"Tidak tahu!" Tina menggeleng.
Tina bangkit dari duduknya, lalu pergi untuk melihat siapa yang datang malam-malam begini.
Tina mengintip lewat cctv di sebelah pintu.
"Lucas!" ujar Tina terkejut.
"Eh!" Julia juga tidak kalah kagetnya, Lucas mencarinya.
Bersambung......
cerita ini bagus bangt...