"Jangan pernah temui putriku lagi. Kamu ingin membatalkan pertunangan bukan!? Akan aku kabulkan!"
"Ti... tidak! Bukan begitu! Paman aku mencintainya."
Luca Oliver melangkah mendekati tunangannya yang berlumuran darah segar. Tapi tanpa hasil sama sekali, dua orang bodyguard menghalanginya mendekat.
"Chery! Bangun! Aku berjanji aku akan mencintaimu! Kamu mau sedikit waktu untukmu kan? Semua waktuku hanya untukmu. Chery!"
Tidak ada kesempatan untuknya lagi. Ambulance yang melaju entah kemana. Segalanya berasal dari kesalahannya, yang terlalu dalam menyakiti Chery.
*
Beberapa tahun berlalu, hati Oliver yang membeku hanya cair oleh seorang anak perempuan yang menangis. Anak perempuan yang mengingatkannya dengan wajah tunangannya ketika kecil.
"Kenapa menangis?"
"Teman-teman memiliki papa, sedangkan aku tidak."
Ikatan batin? Mungkinkah? Pria yang bagaikan iblis itu tergerak untuk memeluknya. Membuat semua orang yang melihat tertegun, iblis ini memiliki hati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Voice
Menyalakan mesin mobilnya. Seminggu ini Oliver terlihat benar-benar sibuk. Namun, hampir setiap malam akan menyempatkan waktu untuk menemuinya. Itu sudah cukup membahagiakan untuk Chery.
Namun, kala hendak menginjak pedal gas, seseorang mengetuk jendela mobilnya.
"Apa yang kamu lakukan disini? Apa mengganggu Oliver lagi?" Tanya Mitha tersenyum mengejek pada Chery.
Mesin mobil kembali dimatikan oleh Chery. Gadis yang keluar dari dalam mobil. Menghela napas kasar, sudah cukup jenuh sejatinya dengan orang ini.
"Tidak! Aku kemari untuk memastikan suamiku makan dengan baik." Jawab Chery penuh rasa percaya diri.
"Su...suami?" Mitha menipiskan bibir menahan tawanya."Dengar! Kamu bukan wanita karier sepertiku. Berbeda level denganku, ibaratnya kamu hanya seniman jalanan sedangkan aku, wanita yang bahkan mampu bicara di hadapan umum."
Chery mengangkat salah satu alisnya, setidaknya dirinya harus mempraktekkan apa yang dikatakan Rien."Berapa harga mobilmu?"
"517 juta." Ucap Mitha tersenyum."Mobilmu memang lebih mahal tapi aku yakin itu bukan hasil kerja kerasmu. Itu adalah hasil dari mengemis pada ayahmu."
"Apa masih mencicil?" Tanya Chery, memperhatikan baret pada mobil milik Mitha.
"Tahun ini lunas! Sudah aku bilang, uang hasil kerja keras sendiri---" Kalimat Mitha disela.
"Mobil ini harganya sekitar 800 juta. Entah berapa harga tepatnya, aku bahkan lupa serinya. Yang jelas mobil ini diberikan paman Cano (Kenalan Mahardika), karena aku berhasil melukis foto buram mendiang istri dan anaknya dengan detail. Apa wanita karier bisa mendapatkan mobil seperti ini dalam waktu sebulan?" Tanya Chery mengingat lama pengerjaan lukisan.
"I...itu! Itu kebetulan! Karena dia relasi ayahmu---" Kalimat Mitha disela.
"Seni berbeda dengan bisnis. Bisnis hanya akan mengandalkan untung rugi, harga barang, kwalitas. Tapi seni? Harga pembuatan satu logo perusahaan dapat mencapai puluhan juta, hingga miliaran rupiah, bahkan harga logo termahal di dunia dapat mencapai triliunan rupiah. Kamu tau kenapa? Karena itu akan menjadi wajah perusahaan. Bayangkan saja, jika logo Apple bukan buah apel digigit, tapi buah apel utuh berwarna merah. Apa akan terlihat elegan hingga banyak orang yang membeli?" Tanya Chery.
"I...itu kan logo!" Teriaknya tetap tidak terima.
"Seni ada banyak, sastra, maka kamu akan menemukan novel Herry Potter, Seni musik maka kamu akan menemukan Michael Jackson, seni teater maka kamu akan menemukan Angelina Jolie. Seni lukis ada Vincent Van Gogh." Chery tersenyum, kemudian mendekati Mitha.
"Sekarang coba sebutkan nama sekretaris yang mendunia. Hingga tercatat dalam sejarah." Lanjutnya, membuat Mitha terpojok.
Jemari tangan Mitha mengepal."Dasar, nona muda manja!"
Chery menghela napas, memang sulit untuk berdebat dengan orang yang bebal."Pe...la...kor, wanita murahan pinggir jalan 50 ribuan, perebut tunangan orang tidak tahu malu, sekretaris yang meng*ngkang di depan bosnya."
"A...apa?" Mitha mengernyitkan keningnya, pasalnya tidak pernah rasanya Chery berucap begitu brutal.
"Saekki (umpatan dalam bahasa Korea)!" Ucap Chery tersenyum, tidak ingin kata-katanya di balas oleh Mitha. Mengingat gadis itu pasti memerlukan waktu untuk mengetahui artinya di Google.
Dan benar saja, Chery memasuki mobil dengan cepat. Kala Mitha tengah mencari arti umpatan Chery menggunakan handphonenya.
Menyalakan mesin mobil. Hendak kembali menginjak pedal gas.
Tapi.
"Hei! Wanita br*ngsek! Tidak tau malu! Kamu tau kenapa 3 tahun ini Oliver menjauhimu!?" Ucap Mitha menggedor kaca, setelah mengetahui umpatan dengan kata hewan yang diucapkan Chery.
"Itu hanya karena dia jenuh! Sekarang dia tidak jenuh lagi." Chery tersenyum meyakini semua yang dikatakan Oliver.
"Setiap saat Oliver menginginkan kematianmu. Mahardika... ayahmu lah, yang sudah membunuh kedua orang tua Oliver. Jika kamu tidak percaya, temui detektif Zoa, yang tinggal di jalan mawar nomor 3. Itu nama salah satu detektif yang disewa Oliver untuk mengikuti ayahmu." Kalimat demi kalimat yang membuat Chery gemetar.
Apa semuanya benar? Hanya itulah yang ada dalam benaknya. Jika benar apa yang harus dilakukannya?
"Tidak mungkin, Oliver mencintaiku. Nanti malam kami bahkan akan berkencan. Kamu hanya iri---" Kalimat Chery disela.
"Iri? Untuk apa aku iri pada orang yang akan mati. Oliver sendiri yang berkata padaku, tujuannya mendekatimu lagi, adalah untuk membunuhmu. Membuat Mahardika hidup dalam penyesalan." Mitha tersenyum padanya. Inilah saatnya membuat Chery sadar diri. Wanita sial yang berani menjawab kata-katanya.
Tangan Chery yang memegang setir masih gemetar saat ini. Menginjak pedal gasnya, hendak mengemudikan mobilnya keluar dari tempat parkir bawah tanah.
"Eh! Br*ngsek! Mau kemana kamu!" Mitha berusaha menghalangi jalannya. Tapi bukannya berhenti, Chery menyerempet Mitha. Hingga wanita itu mengalami beberapa luka lecet.
"Br*ngsek!" Teriak Mitha lagi.
Brak!
Kali ini tempat sampah yang tidak sengaja ditabrak oleh Chery. Kondisi psikologisnya benar-benar tidak stabil saat ini. Bukan hanya saat ini, tapi dari dulu, semenjak kematian ibunya, karena itulah Mahardika selalu memperhatikan perasaan putrinya dalam setiap tindakan.
Air mata Chery mengalir, tapi masih berusaha menyetir dengan stabil. Tujuan? Alamat detektif yang disebutkan oleh Mitha. Ada banyak hal yang ada dalam fikirannya, apakah Oliver benar-benar membencinya?
Jika ayahnya (Mahardika) benar-benar penyebab kematian paman Axel...
"O... Oliver ingin aku mati..." Gumam Chery dengan tatapan mata kosong.
*
Jalan Mawar nomor 3 menjadi tempat dirinya berada saat ini. Detektif bernama Zoa, ada di hadapan, menikmati secangkir teh hangat.
Sedangkan Chery, hanya terdiam menatap ke arah cangkir.
"Jadi permintaan seperti apa---" Kalimat Zoa disela.
Chery meletakkan semua uang cash yang dirinya punya di atas meja."Tolong jawab pertanyaanku. Aku akan membayar berapapun." Ucapnya dengan bibir bergetar.
"Apa yang ingin kamu tanyakan?" Tanya sang Zoa pada gadis di hadapannya.
"Apa ada klien bernama Oliver---" Kalimat Chery disela.
"Kode etik, tidak pernah membocorkan informasi tentang klien." Sebuah kalimat tegas, tapi tangan pria itu gemetar. Berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. Mengingat dirinya dipaksa untuk menyerahkan informasi palsu pada Oliver.
"A...aku tidak bertanya tentang isi penyelidikannya. Aku hanya ingin tau, apa Oliver kemari untuk menyelidiki tentang seseorang bernama Mahardika. Terkait kasus pembunuhan?" Tanya Chery melepaskan jam tangannya. Meletakkan jam tangan di atas uang.
Menelan ludah, dirinya kali ini tidak berbohong bukan? Dirinya berkata jujur.
"Benar! 8 bulan lalu Oliver sendiri yang kemari untuk menyelidiki seseorang bernama Mahardika, terkait kematian kedua orang tuanya." Sang detektif, memilin jemarinya. Jam tangan senilai puluhan juta, serta uang cash yang ada di atas meja.
"Oliver...ayah..." Gumam Chery, air matanya mengalir. Namun bibirnya tersenyum. Tersenyum? Entah apa yang ada di fikirannya.
Namun, kencan hari ini, dirinya akan datang. Berdandan cantik, memberikan hadiah ulang tahun lebih awal untuk ayah, dan kakak-kakaknya.
Karena tidak akan ada yang tahu, kapan dirinya dapat memberikan balasan pada Oliver yang menghiburnya, saat kematian mendiang ibunya.
Suara bel angin terdengar. Seperti sunyinya suara kematian.
Udah bolak balik liat thor
hehee...
lanjut 👍🌹❤🙏😁