Demi menghindari kejaran para musuhnya, Azkara nekat bersembunyi di sebuah rumah salah-satu warga. Tanpa terduga hal itu justru membuatnya berakhir sebagai pengantin setelah dituduh berzina dengan seorang wanita yang bahkan tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Shanum Qoruta Ayun, gadis malang itu seketika dianggap hina lantaran seorang pemuda asing masuk ke dalam kamarnya dalam keadaan bersimbah darah. Tidak peduli sekuat apapun Shanum membela diri, orang-orang di sana tidak ada satu pun yang mempercayainya.
Mungkinkah pernikahan itu berakhir Samawa sebagaimana doa Shanum yang melangit sejak lama? Atau justru menjadi malapetaka sebagaimana keyakinan Azkara yang sudah terlalu sering patah dan lelah dengan takdirnya?
•••••
"Pergilah, jangan buang-buang waktumu untuk laki-laki pendosa sepertiku, Shanum." - Azka Wilantara
___--
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18 - Katakan Saja
Zavia yang bicara, tapi Azkara yang kena getahnya. Naf-su makan Azkara bukan sekadar berkurang saja, tapi benar-benar sudah tidak ada. Kebetulan, nasi di piringnya turut terkena cipratan air keramat dari mulut sang mama yang menjadikan alasan Azkara berhenti makan semakin kuat.
"Nih, Ka."
Azkara meraih tisu yang diberikan Zavia dengan sedikit kasar. Walau sebenarnya tidak dapat disalahkan, tapi tetap saja kekesalan pria itu mendarah daging. Sebenarnya, Azka sudah tidak memiliki ha-srat untuk mengenalkan Shanum karena sudah bisa menerka apa reaksi Mama Mikhayla.
Jika tidak terkejut, maka tidak akan percaya dan menganggapnya tengah mengarang cerita. Karena itulah, Azka tidak segera bercerita dan justru diwakili Zavia, kakak kandungnya.
"Ja-jadi ini oleh-oleh buat Mama?!" tanya Mama Mikhayla lagi-lagi menatap tak percaya ke arah Shanum.
Azka yang telanjur badmood tak segera menjawab dan masih membersihkan wajahnya. Air yang dia terima tidaklah sedikit, banyak sekali bahkan sampai bajunya ikutan kena.
Kendati demikian, cemberutnya Azkara tidak akan dia pusingkan. Wanita itu beralih pada wanita cantik yang tampak bingung di hadapannya.
Cukup lama Mama Mikhayla memandangi Shanum. Matanya mengerjap pelan, dia beranjak berdiri dengan jemari yang perlahan mendekat dan kini mendarat tepat di pipi menantunya.
"Ini Asli?" gumam Mikhayla begitu usai menoel pipi Shanum. Sesaat kemudian dia menoleh ke arah sang suami yang sejak tadi berdiri tak jauh dari mereka. "Pa, coba sini deh," pinta Mama Mikhayla dengan sedikit memaksa.
Mau tidak mau, Papa Evan turut melangkahkan kakinya dan mengikuti apa keinginan istrinya.
"Apa, Sayang?"
"Kamu lihat, dia manusia, 'kan?" tanya Mikhayla yang berhasil membuat dentingan sendok bersatu padu dari anggota keluarga lainnya.
Bukan hanya Azkara yang terkejut, tapi Renaga dan Opa Mikhail juga demikian. Saking terkejutnya, sendok di tangan mereka jatuh ke lantai dalam waktu bersamaan.
Jika yang lain hanya terkejut tentang pernikahan dan agak sedikit tidak percaya jika wanita cantik itu adalah istri Azkara, Mama Mikhayla justru lebih parah. Bukan hanya tidak percaya sang putra memiliki istri spek bidadari surga, tapi wanita itu sampai mengira menantunya bukan manusia.
Beruntung saja Papa Evan tidak ikut-ikutan gila malam ini. Dia hanya menggeleng pelan dan meminta sang istri untuk duduk tenang.
"Ada-ada saja ...putra kita manusia, mana mungkin jodohnya kupu-kupu," bisik Papa Evan sembari menggeleng pelan.
Istrinya yang bersikap demikian, tapi Papa Evan yang merasa tak enak hati. Dia menghela napas panjang, menatap menantunya penuh makna sebelum kemudian mengulas senyum hangat.
"Maaf ya, Mamamu memang begini ... terlalu berlebihan dalam berekspresi, Papa harap kamu bisa terbiasa, Shanum."
"Hem?"
Setelah sejak tadi dibuat malas dengan sikap mamanya, detik ini Azkara dibuat bingung sebingung-bingungnya dengan sikap hangat sang papa.
Tidak hanya Azka, tapi semua yang ada di sana saling menatap dan menerka-nerka isi pikiran Evan. Jika Opa Mikhail yang bersikap hangat mungkin bisa dipahami, tapi untuk pria sangar satu ini beda cerita.
Sejak dahulu mereka ketahui, Papa Evan tidak seramah itu pada orang baru, apalagi sampai bersikap hangat. Dan lagi, sejak tadi baik Azka maupun Zavia belum ada yang menyebut tentang Shanum sedikit saja, tapi barusan dengan jelas Papa Evan menyebut nama Shanum.
"Papa tahu nama istriku?" tanya Azkara basa-basi.
"Menebak saja, itu di bros benar namanya bukan?"
Shanum menunduk, memang benar dia menggunakan bros bertuliskan namanya, akan tetapi sama sekali dia tidak menduga jika papa mertuanya akan sejeli itu.
"Ah, iya benar Shanum namanya," sahut Azka terlihat kikuk, walau memang benar perkara nama mungkin bisa menerka dari bros yang Shanum kenakan, tapi tetap saja Azkara merasa sikap hangat papanya terlalu janggal.
Seketika, pikiran Azka tergantikan. Bukan lagi perihal sebal ketidakpercayaan keluarganya, tapi kini sudah berubah menjadi kecurigaan terhadap papanya.
.
.
"Shanum? Shanum apa lengkapnya, Sayang?" Mikhayla yang kini sudah sedikit lebih tenang mencoba bertanya pada menantunya.
"Shanum Qoruta Ayun, Ma."
"Masya Allah!!"
BRAK!!
Lagi, baru saja tenang dan suasana agak sedikit serius, Mikhayla kembali berulah. Geprakan di meja makan sukses membuat jantung yang lainnya nyut-nyutan.
"Mama kenapa lagi?"
"Namanya bagus sekali ... Mama jadi penasaran siapa orang tuamu, pasti di rumahnya manggil Abi-umi, 'kan?" terka Mama Mikhayla yang membuat Shanum tertawa tanpa sengaja.
Setelah berjam-jam tegang dan canggung walau telah diperlakukan baik, ini adalah kali pertama Shanum memperlihatkan giginya bahkan Azka ikut terpesona.
"Benar, Ma, abiku bernama Haikal Ali Habsyi ... bukan siapa-siapa, hanya pernah menjadi seorang tenaga pengajar di pondok pesantren Al-Hikmah dan saat ini sebagai guru ngaji di masjid dekat rumah, ehm lalu mendiang umiku adalah seorang mantan juru masak di pesantren yang sama dengan tempat Abi mengajar, namanya Nafisa."
Tanpa sedikit pun merasa keberatan, Shanum menjelaskan sedikit tentang keluarganya dan hal itu juga turut didengar oleh Azka. Karena memang dia belum mendengar penjelasan tersebut secara langsung dari sang istri.
"Oouh maaf ya, jadi umimu sudah berpulang?"
"Hem, benar, Ma."
Mikhayla mengangguk mengerti, sedikit menyesal karena beberapa saat lalu sampai mengiranya bukan dari golongan manusia.
"Hidupmu pasti sangat berat bukan?"
"Begitulah, Ma, semua ada jalannya," sahut Shanum kemudian tersenyum getir.
"Maaf sekali lagi jika pertanyaannya membuatmu sedih, Azka sama sekali tidak pernah bercerita tentang kamu sebelumnya ... karena itu Mama penasaran."
Merasa terlalu lancang, Mama Mikhayla menyampaikan permintaan maafnya. Sama sekali dia tidak menduga jika menantunya akan bersedih setelahnya.
"Kamu nih sebabnya, sudah Mama bilang apa-apa cerita!! Ini tidak!! Mama itu apa sih bagi kamu? Patung Iya?!" penyesalan barusan seketika berubah menjadi kekesalan dan Azkara lagi-lagi kena getahnya.
"Bu-bukan salah Mas Azka, Ma, sangat wajar jika tidak pernah cerita karena sejujurnya aku belum_mmpph!!"
Niat hati ingin membela sang suami di hadapan mertuanya, mulut Shanum seketika dipaksa bungkam oleh pria tersebut.
"Jangan katakan apapun, Please ... kamu mau aku dihajar sampai mereka tahu yang sebenarnya?" bisik Azka begitu pelan, tapi masih bisa terdengar oleh Shanum yang kini mengangguk pelan.
"Azkara kenapa ditutup mulutnya?"
"Hem? Tidak, ada nyamuk tadi gigir bibir istriku," jawabnya pandai sekali beralasan.
"Alasan, bilang saja ada yang dirahasiakan," celetuk Zavia seketika aktif kembali dan membuat Azkara mengepalkan tangan sekuat tenaga.
"Sependapat, pasti ada sesuatu yang dirahasiakan."
Deg
Opanya sudah ikut bicara, dan Azkara seketika panas dingin karena kalau sampai sang istri jujur tentang semua yang terjadi, besar kemungkinan dia akan dihajar habis-habisan.
"Ayo Shanum, katakan apa yang tadi ingin kamu katakan ... jangan takut padanya. Di luar mungkin preman, tapi di rumah statusnya tidak lebih dari anak manja yang mandi dan makan saja harus Mama upah."
"Shiitt!! Bunuh saja aku, Ma, bunuuuh."
.
.
- To Be Continued -
tanggung jawab Azka nanti sm opa khail
🐈 birahi 🤣🤣🤣
setelah baca anet thor
knp dipenjara. eleh eleh bisa Bae bikin penasaran 🫠🫠🫠