Kematian kakak Debora, Riska, sungguh membuat semua keluarga sangat berduka.
Riska, meninggal saat melahirkan anak pertamanya. Tubuhnya yang lemah, membuat dia tidak bisa bertahan.
Karena keadaan, semua keluarga menginginkan Debora, menggantikan
posisi kakaknya yang sudah meninggal, menjadi istri kakak iparnya.
Debora terpaksa menerima pernikahan itu, karena keponakannya yang masih bayi, perlu seorang Ibu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34.
Debora melihat Victor keluar dari kamar mandi, ternyata kakak iparnya itu, sudah selesai menyikat gigi, dan membasuh wajahnya.
Debora meletakkan sarapan Victor ke atas meja sofa, bersama dengan teh hangat.
"Ini sarapan kakak, kemarilah!" tangan Debora terulur, untuk memegang tangan Victor yang tidak memakai infus.
Victor merasakan tangan Debora dalam genggamannya begitu kecil, tapi terasa begitu hangat.
Genggaman tangan Debora terasa begitu nyaman, dalam tangan Victor yang besar.
Perlahan Victor meletakkan bokongnya ke atas sofa, dan saat Debora menarik tangannya dari memegang tangan Victor, pria itu merasa enggan untuk melepaskannya.
Debora memandang Victor, merasakan kalau tangannya masih di tahan pria itu.
"Kak!" ujar Debora memandang tangannya yang masih di genggam Victor.
"Oh!" Victor merasa malu, ia pun melepaskan tangannya.
Debora meraih mangkuk sarapan Victor, gadis itu berinisiatif untuk membantu Victor sarapan.
"Hati-hati masih panas!" ucap Debora, setelah meniup sebentar bubur yang ia sendok.
Debora menyuapkan bubur itu pada Victor, dan dengan cepat Victor membuka mulutnya.
Victor membeku di tempatnya, begitu bubur itu menyentuh lidahnya.
Pria itu merasa tidak percaya, bubur itu terasa sangat enak sekali.
Sepertinya bubur ini, bubur yang terenak yang pernah di cobanya.
Rasanya pas, wangi, dan terasa begitu lezat.
"Kenapa?" tanya Debora heran, "Apakah tidak enak?" Debora memandang bubur yang di pegangnya.
"Enak, aku suka!" ucap Victor dengan cepat, lalu membuka kembali mulutnya.
"Oh!" Debora kembali menyendok bubur tersebut, begitu melihat Victor membuka mulutnya, untuk minta di suap lagi.
Debora menyendok bubur itu, lalu meniupnya sebelum di suapkan pada Victor.
Victor seperti orang yang belum pernah mencicipi bubur, dalam sekejap bubur itu pun habis di lahapnya.
Mangkuk kosong itu di letakkan Debora ke atas meja, lalu meraih cangkir teh Victor.
Debora memberikan cangkir teh tersebut pada Victor, dan di terima pria itu.
Victor juga merasakan teh buatan Debora begitu enak, rasanya seperti berbeda dengan teh pada umumnya.
Debora menerima cangkir teh, yang sudah kosong dari tangannya Victor.
Pria itu merasa lambungnya masih lapar, setelah menikmati bubur buatan Debora.
Matanya melihat ada satu piring lagi di atas troli, mungkin makanan penutup untuk sarapan! pikir Victor.
"Sekarang kak Victor minum obat!" kata Debora seraya bangkit dari duduknya.
"Itu apa?" tanya Victor memandang troli makanan.
Debora melihat ke arah pandangan mata Victor, sarapannya yang masih di troli.
"Itu sarapanku!" jawab Debora, lalu berjalan ke arah troli, dan mengambil piring sarapannya itu.
Debora membawanya ke meja sofa, dan membuka penutup piring tersebut.
"Roti isi dengan keju, dan irisan daging!" kata Debora memperlihatkan sarapannya.
Victor menelan ludahnya, rasanya ia ingin mencicipi sarapan Debora itu, kelihatannya begitu enak sekali.
"Kata Dokter, makan yang lunak-lunak dulu untuk sementara, tidak boleh memakan makanan yang keras!" ujar Debora mengingatkan Victor.
"Sepertinya roti bukan makanan keras!" kata Victor.
Debora memandang Victor yang terlihat, sepertinya ingin mencicipi sarapannya itu. Gadis itu terpaksa mengalah.
Tangannya meraih piring sarapannya, lalu mendekatkan nya pada Victor.
Kemudia mengangkat roti itu, dan menyodorkannya ke mulut Victor.
Victor menatap Debora.
"Nah, kakak masih lapar kan?" sahut Debora menyodorkan roti isi itu pada Victor.
Dengan cepat, mulut Victor terbuka, lalu memakan roti itu.
Kembali Victor membeku di tempatnya, ini roti isi yang sangat enak, sangat lembut dan gurih.
"Kenapa?" tanya Debora bingung.
"Enak!" sahut Victor dengan berbinar, lalu kembali membuka mulutnya.
Akhirnya sarapan Debora, habis di lahap Victor.
Debora terpaksa akan membuat sarapan lagi untuknya.
Debora memberikan tehnya untuk Victor, dan dengan cepat pria itu menghabiskan teh tersebut.
Setelah itu, barulah Victor minum obat, dan kembali berbaring ke atas tempat tidur.
Bersambung......