NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ketertarikan dr.smith

Doni masuk ke dalam gedung besar departemen kesehatan, pandangannya terpaku pada lobi yang ramai oleh orang-orang. Dia merasa sedikit canggung, tapi kemarahan dan rasa keingintahuannya mendorongnya maju. Dia mengatur napas, sambil menjaga berkas di bawah ketiaknya.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" seorang petugas wanita berdiri di meja resepsionis, menatap Doni dengan ramah.

"Saya ingin menyerahkan beberapa dokumen terkait penelitian. Ini sangat penting," ucapnya, berusaha terdengar tenang meski detak jantungnya mempercepat.

"Silakan ke ruangan B, sebelah kanan. Dokumen apa yang Anda bawa?" Tanyanya.

"Dokumen pasien dari klinik. Rasanya ada yang tidak beres," jawabnya singkat, lalu melangkah cepat menuju arah yang ditunjukkan.

Begitu tiba di ruangan B, Doni mengetuk pintu. Suara terdengar dari dalam, "Masuk!"

Dia mendorong pintu, terlihat seorang pria berpakaian jas rapi duduk di belakang meja. "Silakan duduk," ujarnya, menatap penuh perhatian.

"Saya Doni. Ini dokumen yang saya temukan di klinik," katanya, menyerahkan berkas itu.

Pria di depannya membuka dokumen dengan teliti, matanya menyimak setiap lembar yang ada.

“Dari klinik mana ini?” tanyanya.

"Klinik spesialis kulit. Saya tidak percaya, ada banyak hal yang mencurigakan di sini."

Pria itu mengangkat alis. "Coba jelaskan."

“Ada arsip pasien yang tidak sesuai dengan spesialisasinya. Baik itu diagnosa, atau bahkan informasi yang menurut saya... aneh. Ada yang mengarah ke pencatatan yang tidak jelas,” jelas Doni, berusaha menahan ekspektasi yang berkumpul di dadanya.

"Saya rasa ada yang tidak beres dengan klinik itu," tegasnya.

Satu pegawai lain yang baru masuk memecah suasana. “Maaf, Dok. Ada yang mau dibahas?”

“Tidak, ini penting. Minta semua orang keluar dari ruangan ini!” perintah pria itu, suara tegasnya menggema.

Semua orang pun segera pergi. Doni masih berdiri di situ, matanya tak pernah lepas dari wajah pria itu yang kini terlihat serius.

"Berita ini bisa jadi berbahaya. Kamu sudah memikirkan konsekuensinya?" tanya pria itu sambil menutup rapat dokumen.

“Saya sudah mempertimbangkan semua itu. Kami sudah menyaksikan beberapa kasus di klinik. Ini bukan hanya tentang saya. Ini juga tentang pasien yang lain,” ucap Doni, matanya berbinar dengan semangat.

Dari luar, dia mendengar suara langkah kaki mendekat. Pintu terbuka, dan sosok tampan dengan jas putih masuk, wajahnya tampak serius.

“Dok, saya baru saja—” Dr. Smith tertegun melihat Doni. “Kenapa kamu ada di sini?”

“Dr. Smith,” Doni menatapnya lurus, “saya baru saja menyerahkan dokumen ini kepada…”

“Bisa kita bicara di luar?” potong Dr. Smith, melirik pria di belakang meja.

Doni mengangguk, lalu mengikuti Dr. Smith ke luar ruangan.

“Tunggu, kamu lebih baik menjelaskan dari mana dokumen itu,” Dr. Smith berbisik, matanya tajam menembus Doni.

“Saya menemukannya di lemari tua di klinik. Ada beberapa catatan yang tidak sesuai. Kenapa banyak data pasien dengan penyakit yang tidak terkait dengan spesialisasi?” Doni menjelaskan, berusaha menahan nada menuduh.

Dr. Smith mengerutkan keningnya. “Ini bukan waktunya membuat spekulasi. Tentu ada penjelasan rasional untuk itu.”

“Saya tidak yakin. Itu mengganggu saya. Dan jika kau ada di dalam, kamu pun bertanggung jawab,” serunya, menatap penuh percaya diri.

Dia bisa melihat Dr. Smith mulai tidak nyaman. “Ikuti saya ke kantor kecilku, cepat.”

Begitu masuk, Dr. Smith menutup pintu, membiarkan suasana jadi mencekam.

“Apakah kamu tidak ingat betapa jidatnya darah mengalir dari pasien di klinik? Tidak ada yang lebih penting dari itu! Apakah kamu merasa bahwa mengacaukan kenyataan ini akan membantu mereka?”

Doni menatapnya tajam. “Bukan hanya tentang pasien, tapi juga tentang kita! Mungkin kita terlambat!”

“Berhenti, Doni. Jangan asal ngomong. Tugas kita adalah menyelamatkan hidup, bukan menambah masalah. Aku cuma dokter spesialis kulit, semua ini bisa jadi hanya salah paham.”

“Lalu kenapa kamu bereaksi begitu di depan?” protes Doni. “Rasanya ada yang kamu sembunyikan.”

Dr. Smith menarik napas dalam-dalam. "Mungkin memang ada. Tapi jika semua ini nyata, banyak nyawa bisa melayang. Dari sisi yang lebih dalam, aku tak ingin terlibat."

“Jadi, lebih baik kita tutup mata?”

“Jika situasinya lebih rumit, kita bisa berhadapan dengan risiko besar,” Dr. Smith mengeluh.

“Risiko besar? Lihat, aku tidak memerlukan doc yang penuh rahasia. Jika kamu px dokter yang baik, justru saatnya membawa cahaya untuk situasi yang gelap ini,”

“Perspektif-mu optimis, tapi bagaimana dengan konsekuensi?” Dr. Smith mengkerutkan dahi, seolah tertegun.

Doni meregangkan lehernya, berusaha menenangkan. “Kalau semua ini bisa mengubah satu hidup, kita harus berjuang. Tidak ada lagi waktu untuk ragu.”

“Berharap itu akan berhasil, tapi... apa jika kamu berakhir terjebak dalan hal ini? Manajemen klinik bukan main-main. Mereka bisa mencegah kita untuk membuka ini.”

“Cukup kurasa, semua bisa dimulai dari sini. Kita perlu orang dalam yang bisa membantu kita,” seru Doni bersemangat.

Dr. Smith memandang lekat-lekat wajah Doni. “Satu cara saja. Ajak mereka buka suara dan kita bersatu.”

“Dengan begitu, kita bisa buktikan semua menjauh dari kebenaran—terlepas dari jabatan dan kekuasaan,” Doni menambahkan keinginan sebagai jurang yang membuatnya merunduk tak berdaya.

Dr. Smith mengangguk perlahan, terpaksa menyerah pada tekad Doni, “Baiklah, aku akan membantumu. Tapi kita harus merencanakan ini dengan rapi. Terlalu banyak yang terlibat.”

Doni merasakan beban di bahunya sedikit berkurang. Dia tersenyum, “Kita mulai sekarang.”

Dr. Smith memunculkan senyum tipis, mungkin kali pertama terlihat bersimpati. “Kita berbagi ini. Jika kita jatuh, kita jatuh bersama.”

Lalu, Doni menatap berkas yang tergeletak di atas meja. Dengan satu langkah maju, semua berawal dari sini.

Doni mengalihkan pandang ke arah berkas, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Setiap lembar kertas seakan berisi beberapa nyawa yang menanti untuk diselamatkan.

"Bagaimana cara kita mulai?" tanyanya, suara tegasnya mengusir rasa cemas yang menyusup.

Dr. Smith meraih berkas tersebut, menyusuri lembar demi lembar. "Kita perlu memverifikasi setiap data ini. Siapa saja pasiennya, dan apa kaitannya dengan klinik."

“Kalau ada kejanggalan, kita harus segera melaporkannya ke pihak berwenang,” Doni menjawab yakin.

Keduanya saling bertukar tatapan, momen itu terasa seperti kontrak.

"Kalau begitu, kita harus berbagi data ini dengan Ara. Dia bisa membantu kita mengumpulkan informasi lebih lanjut," Dr. Smith menyarankan, sambil berusaha merenungkan langkah selanjutnya.

"Ya, Ara penghubung kita. Dia biasa berinteraksi dengan pasien dan tahu banyak soal reklamasi klinik," tambah Doni, merasakan energi baru mengalir.

Dr. Smith mengangguk dan segera meraih ponselnya, menekan angka untuk menghubungi Ara. Beberapa detik berlalu sebelum suara Ara terdengar di telinga, ceria namun penuh rasa ingin tahu.

"Dr. Smith? Ada apa?"

"Ini penting, Ara. Pertemuan mendesak. Bisa kita bertemu di klinik?"

"Klinik? Sekarang?" Ara jelas terkejut.

"Ya. Datang sekarang. Kita butuh kamu," Dr. Smith menjawab tegas, lalu memutus sambungan.

"Dia akan segera datang." Dr. Smith meletakkan ponsel dan menatap Doni. "Kita harus siap dengan semua informasi."

Doni membenarkan posisinya, mata berkilau dengan antusiasme. “Mari kita urut semua isu di sini.”

Mereka berdua mulai bekerja, memisahkan dokumen berdasarkan data pasien, memeriksa catatan, mendiskusikan tanda-tanda ketidakberesan. Tangan Doni cepat menulis di kertas kosong, mencatat setiap temuan yang mencolok.

Satu jam berlalu, ketegangan meningkat hingga akhirnya suara langkah kaki terdengar mendekat.

"Maaf membuat kalian menunggu," Ara memasuki ruangan, napasnya sedikit terengah. "Apa yang terjadi?"

Doni dan Dr. Smith bertukar pandang, lalu Doni menjelaskan, "Kami menemukan dokumen kecurigaan di klinik. Ada banyak data yang mencurigakan terkait pasien."

Ara melangkah mendekat, wajahnya berubah serius saat melihat semua berkas tertata di atas meja.

"Seperti apa?" tanyanya, matanya tajam meneliti.

“Data pasien yang tidak sesuai dengan spesialisasi klinik. Periksa ini,” ucap doni

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!