Kaiya Agata_ Sosok gadis pendiam dan misterius
Rahasia yang ia simpan dalam-dalam dan menghilangnya selama tiga tahun ini membuat persahabatannya renggang.
Belum lagi ia harus menghadapi Ginran, pria yang dulu mencintainya namun sekarang berubah dingin karena salah paham. Ginran selalu menuntut penjelasan yang tidak bisa dikatakan oleh Kaiya.
Apa sebenarnya alasan dibalik menghilangnya Kaiya selama tiga tahun ini dan akankah kesalapahaman di antara mereka berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Kelas terakhir Kaiya selesai hampir sekitar jam enam sore. Pandangan Kaiya berkeliling menatap ke setiap tempat yang ia lewati. Rata-rata ruangan kelas belajar memang sudah sepi tak ada penghuninya. Tapi di beberapa tempat masih dipenuhi para mahasiswa. Seperti lapangan olahraga, dan lain sebagainya.
Kampus mereka memang tergolong kampus yang sangat besar, jadi jarak dari kelas Kaiya untuk sampai ke gerbang keluar cukup jauh. Ia bahkan masih harus melewati satu jurusan lagi.
Ketika gadis itu sampai di gerbang depan, matanya menangkap sosok yang ia kenal tengah berbincang dengan satpam kampus di sebelah pos satpam. Pria itu memang membelakanginya, namun gadis itu tetap kenal siapa pria itu. Bahkan saat melihatnya dari jauh sekalipun.
Langkah Kaiya terhenti sebentar, ia menggigit bibirnya lirih. Kenapa ia terus bertemu dengan pria itu sih? Saat gadis itu kembali melanjutkan langkahnya, secara mendadak pria yang selalu ingin dia hindari di depan sana berbalik. Tentu saja pria itu langsung melihatnya. Namun Kaiya pura-pura tidak lihat dan terus berjalan melewati mereka.
Gadis itu kaget bukan main ketika tangannya di raih saat dirinya hampir naik taksi. Tentu saja ia tahu siapa yang menariknya. Siapa lagi coba kalau bukan Ginran, laki-laki yang dia lewati tadi.
Raut wajah Kaiya agak kesal karena tindakan Ginran yang membuatnya kaget. Ia kaget sekali sampai jantungnya hampir copot. Tapi Kaiya sama sekali tidak bisa marah dengan mengeluarkan kata-kata kasar atau apalah itu.
Karena Ginran selalu bisa membuatnya tak berkutik. Alhasil, yang bisa dilakukannya adalah membiarkan pria itu membawanya entah kemana. Ia pasrah saja.
Mereka menyeberangi jalan raya tersebut dan berhenti di sebuah garden cafe yang berada di depan sana. Letaknya berhadapan dengan gedung kampus mereka.
"Kau punya uang kan? Belikan aku kopi. Aku lupa bawa dompetku." kata Ginran setelah mereka sudah di dalam cafe. Ia menatap Kaiya dengan ekspresi tak berdosanya. Kaiya melongo.
Apa-apaan ini? Enak sekali menyuruhnya-nyuruhnya traktir-traktir segala.
Lagi-lagi perkataan tersebut hanya bisa Kaiya ungkapkan dalam hatinya. Ginran sampai menahan tawanya melihat raut wajah gadis itu yang menahan kesal. Lelaki itu memang sengaja. Entah ada apa dengannya hari ini, ia hanya ingin melihat Kaiya lebih lama saja. Dan bertingkah jahil begini menurutnya menyenangkan.
Tak lama kemudian datang seorang pelayan. Pelayan itu tersenyum ramah.
"Selamat sore kak, kakak mau pesan apa?" tanya sih pelayan. Kaiya tidak bicara apa-apa, hanya menatap Ginran. Lagian yang mau pesan kan pria itu bukan dirinya.
"Dua cappucino hangat." ucap Ginran sesekali melirik Kaiya.
"Makannya?"
"Tidak usah.
"Baik kalau begitu, harap tunggu sebentar ya kak. Pesanannya akan segera di antarkan." ucap pelayan itu lagi tak lupa menunjukkan senyuman ramahnya lalu berbalik pergi.
Selepas pelayan tadi pergi, pandangan Ginran kini fokus sepenuhnya ke Kaiya. Gadis itu sedang fokus menatap pemandangan sekitar cafe. Ginran tersenyum tipis, lalu menopang dagu dengan tangannya yang bertumpu di atas meja sambil terus mengamati wajah Kaiya yang cantik. Dari dulu gadis itu sangat cantik di matanya. Dan ia sangat betah berlama-lama menatap pemilik wajah cantik itu.
Sementara Kaiya sendiri masih fokus dengan pemandangan indah yang dilihatnya. Tempat itu terasa sangat sejuk, terlebih lagi ada begitu banyak tumbuhan hijau yang subur dan sport berwarna hijau yang membuat interior cafe terlihat segar. Di cafe itu juga terdapat taman yang cantik. Sebelumnya Kaiya belum pernah ke tempat ini, tapi ia cukup nyaman dengan suasananya. Tempat ini pun tidak begitu ramai. Mungkin besok-besok ia akan datang ke sini lagi, sesekali. Sendirian tentunya.
Gadis itu lalu tersadar ada orang lain yang sedang duduk berhadapan dengannya. Saking mengagumi suasana cafe yang indah ini, ia jadi lupa ada Ginran yang datang bersamanya. Dan saat menyadari dirinya tengah ditatap intens oleh pria itu, Kaiya menjadi canggung. Cara Ginran menatapnya benar-benar meresahkan. Pria itu tidak tersenyum sama sekali. Tapi tatapan dalamnya itu benar-benar ...
"Ginran ..." lalu suara seseorang memanggil nama Ginran sontak membuat Kaiya melirik ke samping, di ikuti oleh Ginran.
Perempuan yang memanggil nama Ginran adalah perempuan yang sama dengan yang siang tadi berbincang dengan pria itu di belakang sekolah. Kalau tidak salah namanya Sandra. Cewek itu terlihat tidak senang menatap Kaiya, Kaiya bisa merasakannya. Sementara Ginran malah bersikap acuh tak acuh. Cenderung mengabaikan Sandra yang memanggilnya.
kl kyk ginran naomi apalagi jiro, mereka kyk bukan teman, tp org lain yg hanya melihat "luar"nya saja
2. teman d LN