Ratu Gyeo Wol adalah ratu yang tidak pernah mendapat kasih sayang Yang Mulia Raja Hyeon. Mereka menikah karena politik. Raja Hyeon menikahi Ratu Gyeo karena mebutuhkan kekuatan militer dari panglima perang Kyung Sam yang tidak lain adalah kakak kandung sang ratu.
Selama menjadi ratu, Gyeo Wol tidak pernah disentuh oleh Hyeon. Hal tersebut tentu saja ia sembunyikan dari sang kakak karena dia tidak ingin membuat kakaknya khawatir.
Gyeo Wol pun memilih diam hingga sebuah peristiwa membuat dirinya bangkit dan melawan.
" Akan ku buat kau bertekuk lutut di hadapanku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 8. Masih Curiga
Kabar mengenai kepergian Ratu Gyeo Wool kerumahnya di luar istana tentu membuat Da Eun sungguh senang.Senyuman merekah menghiasi bibirnya sepanjang waktu. Bahkan ia sesekali bersenandung.
" Maaf Selir Utama Da eun, sebaiknya And sedikit mengontrol wajah Anda yang berseri itu. Hamba khawatir jika ada yang melihat nanti dikiranya Anda tidak bersimpati dengan pa yang terjadi kepada ratu. Nanti Anda akan dianggap bahagia di atas penderitaan orang lain dan dianggap sebagai selir yang tidak memiliki belas kasih."
" Boram, kau sungguh cerdas. Hampir saja aku kelepasan. Aku tetap harus menampilakan ekspresi sedih dan empati saat yang Mulia Raja mendatangiku."
Da Eun menyeringai. Paling tidak jika dia tidak bisa ikut menghadiri acara jamuan negara tetangga tersebut, sang ratu juga tidak ada di istana untuk sementara. Berarti dengan kata lain ia bisa menguasai harem selama ratu memulihkan diri.
Hanya begini saja Da Eun sungguh merasa senang. Bagaimana jika ia benar-benar bisa menyingkirkan ratu. Jika itu bisa ia lakukan maka Da Eun yakin bahwa ia bisa naik posisi menjadi ratu negara ini.
" Apa yang sedang kau lakukan di sini Selir Da Eun."
Suara Hyeon tentu saja membuat Da Eun merasa semkin senang. Namun seperti ya dikatakan oleh Boram tadi, bahwa ia tidak boleh terlihat begitu senang. Da Eun harus menampilkan ekspresi simpati atas apa yang menimpa sang ratu.
" Hormat kepada yang mulia, hamba~"
" Tck, sudah kubilang jika tengah berdua begini jangan bersikap formal kepadaku."
Da Eun tersenyum, ia kemudian membawa Hyeon untuk duduk. Sedikit basa-basi, Da Eun menanyakan keadaan sang ratu. Terlihat Hyeon menghembuskan nafasnya, seperti tengah mendapat sebuah beban yang begitu berat.
Sesaat Da Eun merasa kesal karena Hyeon sepertinya mengkhawatirkan Gyeo Wool. Raut wajahnya berubah seperti tidak senang.
" Jangan cemburu, aku hanya khawatir anggapan para penghuni istana saja. Saat ini aku sedang melakukan penyelidikan. Aku merasa ada yang sengaja berbuat ulah."
Deg.
Jantung Da Eun berpacu sangat cepat. Wajahnya kini terlihat begitu gelisah. Ia sungguh tidak menyangka bahwa Hyeon akan memperpanjang masalah ini. Padahal ia sudah berusaha membuat ini layaknya sebuah kesalahan kecil. Tapi siapa sangka Hyeon akan menyelidikinya.
Ya, Da Eun lah yang membuat Gyeo Wool menjadi seperti sekarang ini. Ia meminta Boram, dayang pribadinya untuk menaruh bunga-bunga aster itu di pemandian Gyeo Wool agar sang ratu tidak bisa mendampingi Hyeon.
" Kamu kenapa Da Eun, kenapa tiba-tiba wajahmu begitu pucat? Apa kau sakit?"
Da Eun terdiam, tiba-tiba ia merasakan sebuah ketakutan di sekujur tubuhnya.
Tidak mendapatkan tanggapan dari Da Eun, Hyeon langsung menggendong Da Eun dan membawanya masuk ke kamar.
" Boram, panggil tabib kemari."
" Ti-tidak perlu yang mulia. Ha-hamba baik-baik saja. Hamba hanya sedikit lelah saja saat ini."
" Baiklah, aku akan meninggalkanmu untuk beristirahat."
Setelah menurunkan Da Eun dari gendongannya, Hyeon kemudian mengecup sekilas kening selirnya itu. Ia melenggang keluar meninggalkan Da Eun agar bisa beristirahat.
" Boram, bagaimana ini. Kau sudah mendengar ucapan yang mulia tadi kan?"
" Iya Selir, tadi hamba sudah mendengarnya. Lalu sekarang kita harus bagaiman."
Da Eun benar-benar bingung kali ini. bekali-kali ia meremass tangannya sendiri hingga telapat tangnnya menjadi merah. Jika tidak di hentikan oleh Boram mungkin saja jari-jari Da Eun sudah lecet.
" Hamba memiliki gagasan Selir Da Eun."
Boram mendekat ke arah Da Eun dan membisikkan suatu tepat ditelinga sang Selir. Ekspresi wajah Da Eun yang tadinya gelisah kini berubah menjadi sebuah senyuman.
" Aaaah, bagaimana tidak terpikirkan olehku sama sekali. Kau benar-benar sungguh hebat Boram. Ya, kita harus mencari kambing hitam atas kejadian ini. Semakin cepat semakin baik. Aku tidak ingin Yang Mulia Raja Hyeon mencurigai siapapun yang ada di Harem."
Tentu Da Eun harus segera bergerak. Da Eun cukup tahu bagaimana sepak terjah Hyeon. Jika pria tersebut sudah menaruh curiga tehadap seseorang, maka bagaimanapun caranya Hyeon akan mendapatkan bukti dari kesalahan orang tersebut. Hal inilah yang tidak Da Eun inginkan. Jangan sampai Hyeon mencurigainya.
*
*
*
Boram yang dipeintahkan Da Eun untuk mencari kambing hitam akhirnya menemukan oran yang tepat. Sasarannya kali ini adalah dayang-dayang bagian mengumpulkan bunga dan yang memberikan bunga-bunga tersebut di kediaman para selir.
Boram memetik lumayan banyak bunga Aster dan menaruhnya di keranjang salah satu dayang tersebut.
" Aku yakin ini akan berhasil. Dayang itu akan masuk ke kediaman Slir Da EUn. Ini akan terlihat seperti selir Da Eun menjadi sasaran selanjutnya."
Seperti mendapatkan bintang jatuh Boram kali itu. Ia melihat kedatangan Hyeon bersama pengawal pribadinya dan beberpa orang disana memeriksa apa yang para dayang itu lakukan. Boram tentu segera berlari pergi. Ia tidak ingin berada di sebuah masalah. Bahkan untuk mencuri dengar saja Boram tidak memiliki nyali.
" Periksa!"
Beberapa prajurit memeriksa setiap keranjang bunga yang bunganya baru saja para dayang itu petik.
" Yang Mulia."
Hyeon tentu tahu apa arti tatapan salah satu prajuritnya itu.
" Kau, kemana kau akan mengirim bunga-bunga itu?"
" A-ampun Yang Mulia. I-Itu akan dibawa kekediaman Selir Utama Bin, Selir Da Eun."
Ekspresi Hyeon tentu terlihat sangat marah. Namun sebagai seorang raja tentu dia tidak boleh gegabah.
" Apa kau tahu apa yang sudah kau lakukan?"
" Ma-maaf yang mulia. Ha-hamba tidak ta-tahu."
" Apa kau benar-benar tidak tahui bahwa bunga Aster berbahaya untuk kulit?"
Dayang tersebut tentu saja terkejut. Pasalnya ia tdak memetik bunga Aster tpi mengapa bunga itu berada di dalam keranjangnya. Tidak ingin bertambaah masalah Dayang tersebut lebih baik mencari aman dengan mengatakan bahwa ia tidak tahu.
Hyeon membuang nafasnya kasar. Meskipun ia menemukan ada bunga Aster di keranjang dayang tersebut, entah mengapa hatinya berkata bukan dayang itu pelakunya.
" Bawa dia dan beri hukuman kurungan selama satu bulan penuh."
Hyeon melenggang pergi dari tempat itu. Sesuai kata hatinya, ia tetap tidak merasa puas dengan penemuannya tersebut. Hyeon pun terus meminta Hana, orang kepercayaannya untuk tetap mencari tahu permasalahan ini. Hyeon yakin dayang tersebut hanya terjebak di situasi yang tidak menguntungkan baginya.
" Ada apa ini sebenarnya. Siapa yang dengan sengaja inggin mencelakai ratuku. Sementara ini aku akan membuat pengumuman bahwa kasus ini aku tutup."
Setelah meminta anak buahnya untuk menutup kasus mengenai tragedi bunga aster itu, Hyeon langsung kembali ke ruang baca miliknya. Sungguh hatinya masih dipenuhi dengan ganjalan. Ia merasa kasus bunga aster ini bukan sebuah kesalahan kecil semata.
TBC