Apa jadi nya, jika hidup mu yang datar dan membosankan tiba-tiba berubah berwarna. Semua itu, karena kehadiran orang baru.
Alin yang sudah lama di tinggal Mama nya sedari kecil, menjadi anak yang murung dan pendiam. Hingga tiba suatu hari, sang Papa membawa Ibu Tiri untuk nya.
Bagaimana kah sikap Ibu Tiri, yang selalu di anggap kejam oleh orang-orang?
Akan kah Alin setuju memiliki Mama baru?
Jawaban nya ada di novel ini.
Selamat membaca... 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Setelah mengurus beberapa tukang gosip, akhir nya Aisyah pun menuju kamar anak sambung nya. Ia tahu, Alin dari tadi belum makan.
Sebenarnya, ia hanya pura-pura merekam mereka. Ia ingin mengerjai geng tukang gosip agar mereka kapok. Aisyah tidak ada maksud untuk mengupload video itu. Ia hanya menggertak lawan saja.
Tok
Tok
Tok
"Alin, ini Bunda. Boleh Bunda masuk?"
Tidak ada jawaban dari dalam sana. Aisyah berpikir, apa kah anak sambung nya itu tidur atau juga sedang berada di kamar mandi.
Aisyah pun masih menunggu di depan kamar Alin. Tapi, hingga saat ini, suara Alin tidak juga terdengar dari dalam.
Tok
Tok
Aisyah mengetuk kamar Alin lebih keras. Pasti kali ini, Alin akan membuka pintu kamar nya.
Dan benar saja, ia langsung nongol setelah Aisyah mengetuk pintu itu sedikit lebih keras dari awal.
"Ada apa Bunda?"
"Alin, kamu belum makan. Ini Bunda bawain makan siang. Jangan bilang nanti. Ini Bunda tungguin loh."
Alin hanya menatap makanan yang super banyak itu di depan nya. Ia pun bingung mau makan yang mana dulu.
"Kenapa tidak dimakan? Kamu takut Bunda meletakkan racun? Kamu tenang aja. Bunda nggak akan melakukan hal itu."
"Alin bingung mau makan yang mana. Makanan nya banyak sekali."
"Oh, maafkan Bunda. Bunda nggak tahu kamu suka nya yang mana. Maka nya Bunda ambil semua deh." Ucap Aisyah sambil menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
Padahal sebenarnya tadi ia sedang kesal. Semua gara-gara ibu-ibu tukang gosip. Ia pun jadi khilaf mengambil semua makanan yang ada.
Aisyah pun akhirnya di persilahkan masuk ke dalam kamar anak sambung nya itu. Kamar yang cukup rapi dan tertata untuk ukuran anak seumuran nya.
"Kamu mau Bunda suapin?" Tanya Aisyah mulai mengambil hati anak sambung nya.
"Suap? Tapi Alin udah gede. Kata Papa kalau udah gede nggak boleh di suapin lagi."
"Siapa bilang? Papa Alin malah sering Bunda suapin. Kalau memang Alin mau di suapin, biar Bunda yang suapin Alin. Gimana?"
Alin pun mengangguk lemah. Sebenarnya, ia sangat ingin merasakan bagaimana rasa nya di suapin.
Dari kecil hingga saat ini, ia bahkan belum pernah merasakan nya. Ia sudah di tuntut untuk menjadi dewasa sebelum waktu nya.
Bahkan saat bersama pengasuh nya dulu, ia sudah sering di suruh untuk makan sendiri. Kata nya, Biar Alin cepat mandiri.
Aisyah pun mulai menyuapi Alin. Tidak lupa ia mencuci tangan nya terlebih dahulu. Walaupun ia masih mengenakan kebaya, tapi ia bisa leluasa bergerak kesana kemari.
"Kok Bunda suapin Alin pake tangan?"
"Biar makin sedap."
Aisyah pun langsung menyuapi anak sambung nya itu. Suapan demi suapan hingga nasi itu habis tak bersisa.
"Tu lihat, habis kan?"
"Iya Bunda. Kok bisa habis? Alin nggak pernah makan sebanyak ini sebelum nya."
"Kan sudah Bunda katakan. Kalau makan langsung dengan tangan, bisa lebih enak. Yaudah, Bunda turun dulu. Sepertinya para tamu sudah mau pulang."
"Bunda."
"Iya Sayang. Ada apa?"
"Apa Bunda tidak malu karena bertubuh lebih besar?"
"Kenapa harus malu? Bunda tidak merepotkan siapapun. Bunda juga tidak merugikan siapapun. Pakaian Bunda juga sopan. Lalu, kenapa harus malu jika kita berbeda dengan yang lain?"
Alin tersenyum dan langsung memeluk Aisyah. Pelukan hangat yang pertama kali ia berikan kepada seorang wanita asing, yang baru saja masuk ke dalam hidupnya.
Ia tidak menyangka, jika bisa langsung akrab dengan wanita gendut dan cupu, yang ada di hadapan nya saat ini.
Pantas saja Papanya begitu tergila-gila pada Aisyah. Hati nya sangat baik dan hangat.
"Terima kasih Bunda. Alin berharap Bund jangan pernah berubah, ya."
"Iya sayang."
Setelah membuat perut anak sambung nya kenyang, Aisyah pun turun. Ia lihat para tamu sudah pulang sebagian.
"Bagaimana Alin? Mau makan?"
"Alhamdulillah habis."
"Tidak mungkin Alin makan sebanyak itu." Ucap Aska dengan nada yang tidak percaya.
"Apa pernah aku bohong?"
"Wae, kau luar biasa sayang ku. Tidak salah aku menikah dengan wanita luar biasa seperti mu."
Aslan tidak segan-segan mengecup kening dan pipi Aisyah. Hal itu membuat para tamu yang masih tersisa agak risih. Pikiran mereka entah kemana-mana.
Tapi Aisyah, ia sungguh tidak peduli. Cukup Aslan mencintai nya dan setia saja, sudah membuat nya bahagia.
*****
Keesokan hari nya. Seperti biasa, pagi-pagi sekali Aisyah sudah bangun dan menyiapkan sarapan. Alin bahkan siap dengan cepat karena penasaran dengan bekal apa yang di siapkan oleh Ibu sambung nya.
Bukan hanya Alin. Tapi Aslan juga tidak kalah penasaran. Pasti istri nya itu sudah menyiapkan kejutan untuk mereka berdua.
Akan tetapi, saat mereka tiba di meja makan, semua nya langsung terkejut.
Dapur seperti baru saja di ajak berperang. Cangkang telur berserakan dimana-mana. Telur gosong pun bertumpuk di dalam Wastafel.
Di dalam Panci, banyak roti tawar yang sudah menjadi bubur. Kondisi Aisyah pun sudah tidak jelas
"Bunda, apa yang terjadi?"
"Maaf Alin. Bunda tidak bisa berkonsentrasi. Maka nya telur nya gosong."
"Sayang, tidak apa. Biar aku saja yang buat sarapan."
"Maafkan aku sayang."
Walaupun Alin sedikit kecewa, namun ia tidak bisa menyalahkan Ibu tiri nya yang tidak bisa masak.
Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Jika ada kelebihan pasti juga ada kekurangan nya. Begitu lah yang ada di dalam pikiran nya Alin saat ini.
Dan akhirnya, mereka memesan sarapan di pagi yang berbahagia itu.
ada juga part lawaknya...
kweni...
kau memang anak pintar Alva...
bukan gerahnya.
aku harap Alin adalah yg asli
bermakna ada wanita lain ka?....