Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13 - Pelanggan Setia
"Udah, Mas! Nanti saya akan bayar!" Abas mendesak.
"Nggak bisa gitu, Mas! Lagian saya harus ngantar pesanan nih!" ojol menolak keras. Dia berusaha menghentikan Abas naik ke motornya.
"Abas! Naik motor aku saja!" seru Mila yang tiba-tiba datang dari belakang dengan motor maticnya.
Pupil mata Abas membesar. Karena terburu-buru, dia langsung naik ke motor Mila. Lalu Abas beritahukan gadis itu untuk mengejar mobil Irwan.
Namun Mila terkesan terlalu takut untuk melajukan motornya. Dia juga sesekali hampir menabrak kendaraan lain.
"Apa ini saja batas kecepatanmu?" tanya Abas.
"Maaf! Aku hanya berani di kecepatan 40 saja!" sahut Mila.
"Berhenti! Biar aku yang bawa motornya!" seru Abas.
Mila segera menepikan motor ke pinggir jalan. Membiarkan Abas mengambil alih kemudi. Sementara dirinya yang memegang tas karton bermerek milik Irwan di jok belakang.
Abas segera melajukan motor dalam kecepatan tinggi. Membuat Mila sontak gelagapan. Gadis itu reflek memeluk erat Abas dari belakang. Tak bisa dipungkiri, Mila sebenarnya senang dengan apa yang terjadi sekarang. Tak peduli kalau yang terjadi terhadapnya sekarang sedang mengancam nyawanya.
Untungnya mobil Irwan masih mampu dikejar oleh Abas. Mengingat tadi dia sempat tertinggal karena kelambatan kemudi Mila.
Abas melaju bak seorang pembalap. Mila yang duduk di belakang, sempat terkagum melihat aksi pria itu. Apalagi saat melihat paras tampannya melalui kaca spion.
Setelah berjuang keras, akhirnya Abas mampu menggapai mobil Irwan. Dia segera menyamai kelajuan mobil tersebut.
"Pak Irwan!" panggil Abas.
Mila yang dibelakang juga ikut membantu memanggil dengan melambaikan tangan.
Irwan yang sadar akan hal itu, segera menyuruh sopirnya untuk menepikan mobil.
Abas lantas ikut menepi dan mengambil tas karton bermerek dari tangan Mila. Dia langsung menghampiri Irwan yang baru keluar dari mobil.
"Tasnya ketinggalan, Pak!" ujar Abas seraya memberikan tas karton bermerek pada Irwan.
"Astaga... Benar juga! Aku pasti akan lupa kalau kau tidak mengejarku. Terima kasih! Aku sangat menghargai ini," ungkap Irwan. Dia terlihat lega dan senang sekali.
"Nggak masalah, Pak. Lagian saya takutnya nggak bisa ketemu Bapak lagi nanti. Makanya saya kejar habis-habisan," sahut Abas.
"Kau pemuda yang sangat baik. Aku pasti akan kembali mencukur rambut ke tempatmu. Catat aku sebagai pelanggan setiamu," kata Irwan.
"Wah! Dengan senang hati, Pak!" Abas membungkukkan badannya beberapa kali karena merasa sangat senang. Apalagi saat Irwan menepuk pelan pundaknya.
"Nanti kalau ada waktu luang, kita bertemu dan ngobrol lagi." Irwan berucap begitu sebelum pamit.
Sementara Abas hanya bisa cengengesan untuk melepas kepergian Irwan.
"Kau harus menerimaku untuk bekerja di barbershop. Karena akulah yang sudah membantumu mengejar bapak-bapak tadi," imbuh Mila.
"Kau sepertinya sangat butuh pekerjaan," komentar Abas.
"Memang! Aku butuh kegiatan dan penghasilan," ucap Mila.
"Bukankah keluargamu kaya? Mereka pasti punya koneksi agar bisa mempekerjakanmu di perusahaan," balas Abas.
Wajah Mila seketika berubah jadi datar. Namun dia menjawab, "Aku sedang berusaha hidup mandiri sekarang."
"Maaf. Aku tetap tidak bisa. Karena aku tidak mampu menggaji karyawan. Tapi terima kasih atas bantuanmu tadi. Nih! Uang ganti bensin!" Abas memberikan uang sebesar dua pulih ribu rupiah pada Mila.
"Aku nggak--" Mila hendak menolak, namun Abas memaksa
"Sudah! Ambil saja." Abas memasukkan uang dua puluh ribu ke saku celana jeans Mila. Selanjutnya, dia memilih menaiki angkot untuk kembali ke barbershop.
Mila cemberut. Dia menjalankan motornya sambil mendelik ke arah Abas. Tetapi saat memasuki jalan, dia tersenggol pengendara motor lain. Menyebabkan Mila reflek membelokkan motor kembali ke tepi. Tetapi dia kehilangan keseimbangan dan jatuh.
"Aah!" teriak Mila.
"Mila!" Abas yang mendengar, urung pergi. Dia bergegas menghampiri Mila.
kan mungkin aja entar hartanya dikasih anak Alina. secara itu kan cucu tuan Irwan... punya hak atas warisan kakeknya.
ingat entar tambah parah Lo bas....,