Perjuangan dan kesabaran seorang Langit Maheswara, berakhir sia-sia. Wanita yang selalu dia puja, lebih memilih orang baru. Niat hati ingin memberikan kejutan dengan sebuah cicncin dan juga buket bunga, malah dirinya yang dibuat terkejut saat sebuah pemandangan menusuk rongga dadanya. sekuat tenaga menahan tangisnya yang ingin berteriak di hadapan sang kekasih, dia tahan agar tidak terlihat lemah.
Langit memberikan bunga yang di bawanya sebagai kado pernikahan untuk kekasihnya itu, tak banyak kata yang terucap, bahkan ia mengulas senyum terbaiknya agar tak merusak momen sakral yang memang seharusnya di liputi kebahagiaan.
Jika, dulu Ibunya yang di khianati oleh ayahnya. maka kini, Langit merasakan bagaimana rasanya menjadi ibunya di masa lalu. sakit, perih, hancur, semua luka di dapatkan secara bersamaan.
Ini lanjutan dari kisah "Luka dan Pembalasan" yang belum baca, yuk baca dulu 🤗🥰🥰
jangan lupa dukungannya biar Authornya semangat ya 🙏🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Operasi
Kejora dia bawa menuju rumah sakit dimana adiknya di rawat, dia akan melakukan operasi tanpa persetujuan Kejora sendiri demi menyelamatkan Gladys atas kehendak Hendra.
Hanya memerlukan beberapa menit saja, anak buah Hendra sudah sampai di rumah sakit. Mereka membaringkan Kejora diatas brangkar dan di bawa masuk ke dalam, ada seorang Dokter pria yang menunggu kedatangan Kejora, dia adalah orang yang sudah Hendra bayar untuk melakukan tugas darinya.
Begitu Kejora di dorong menuju ruang operasi, ternyata Langit berada disana. Langit tengah berjalan menyusuri lorong sambil memainkan ponselnya, akan tetapi dia mencium aroma parfum yang seingatnya baunya seperti milik Kejora. Atensi Langit pun teralihkan menatap kearah Dokter yang mendorong Kejora, dia tidak begitu melihat jelas wajah Kejora karena terhalang oleh punggung orang yang mendorongnya, akan tetapi dari gelangnya saja Langit bisa mengenalinya.
Diam-diam Langit mengikuti kemana arah mereka pergi, dia tak memperdulikan kliennya yang sudah menunggu panggilan darinya. Sampai di sebuah ruang operasi, Langit menguping pembicaraan tiga orang pria, satunya seorang Dokter dan dua orang lainnya memakai jas serba hitam.
"Tuan ingin operasinya di lakukan siang ini, Tuan yang akan datang kesini. Persiapkan saja segalanya dari sekarang, begitu Tuan datang operasinya tinggal dilakukan." Ucap salah seorang pria berjas hitam.
"Baik, akan aku urus semuanya." Ucap Dokter itu.
'Operasi? Apa jangan-jangan, operasi jantung? Gue pernah lihat chatnya, aisshhh... Jangan harap kalian bisa semudah itu mempermainkan nyawa seseorang' Batin Langit geram.
Dua pria berjas itu berjaga di depan ruang operasi, sementara pria yang memakai seragam Dokter menunggalkan ruangan itu. Diam-diam Langit menghubungi Raja dan meminta bantuannya, beruntung sekali Raja langsung menjawab panggilan Langit. Dari sebrang sana, Meta meminta Langit untuk tetap mengawasi Kejora agar dia bisa membawa Kejora pergi.
Langit berpikir keras memikirkan bagaimana caranya untuk menyingkirkan dua orang yang berjaga di depan, tapi ide cemerlang muncul di kepalanya. Langit menarik salah seorang perawat pria, dia mengajak pria itu bekerjasama untuk membawa Kejora keluar dari dalam sana.
Langit memberitahukan bahwa di dalam sana ada gadis yang tak berdosa harus di bunuh secara halus oleh keluarganya, dia juga memberikan penawaran dengan mengiming-imingi perawat sejumlah uang jika berhasil mengeluarkan Kejora dari dalam sana.
"Tapi Tuan, kalau dari CCTV saya ketahuan gimana, emang sih uang dapet, tapi kalau nanti nama saya di blacklist dari rumah sakit mau kerja dimana saya?" Tanya perawat itu.
"Gue minta obat bius aja, biar gue yang urus." Putus Langit.
Perawat itu pun merasa iba akan nasib Kejora, tanpa berpikir panjang lagi, Perawat itu pergi dan kembali membawa obat bius yang di butuhkan oleh Langit. Tak lupa masker untuk menutupi wajah Langit.
Langit menuangkan obat ke dalam sapu tangan miliknya, dia memasukkannya ke dalam saku jasnya. Akhirnya, perawat berjalan mendorong peralatan yang di bawanya dengan Langit yang mengekor di belakangnya.
Bruukkk...
Langit menubruk tubuh perawat yang ia ajak kerjasama dari belakang, barang dari dalam dorongannya pun terjatuh tepat di hadapan penjaga itu.
"Astagfirullah, Mas! Gimana sih kalau jalan? Liat tuh, saya tuh buru-buru mau urus pasien, berantakan jadinya!" Omel Perawat.
'Anjay, mendalami peran banget.' Batin Langit.
"Maaf, Mas. Saya kan gak sengaja, saya juga buru-buru." Ucap Langit sambil memunguti barang yang jatuh.
"Hei, masnya juga bantuin dong! Jangan berdiri aja, gimana kalau pasien di rumah sakit ini kenapa-napa? Kalian yang harus tanggung jawab." Marah Perawat.
Mau tak mau orang yang berjaga itu pun emmbantu memunguti barang yang jatuh, Langit lantas mengeluarkan sapu tangannya dan segera membekap mulut salah seorang penjaga tersebut. Satunya lagi dia pukul tengkuknya sampau tak sadarkan diri, setelahnya Langit langsung masuk kedalam mencari Kejora.
Kejora terbaring tak sadarkan diri dengan kebaya yang masih di kenakannya, tebakan Langit memang tak meleset. Orang itu benar-benar Kejora, dia segera mengangkat tubuh kejora dan membawanya keluar.
"Nanti kita ketemuan di ruangan atas nama Galaxy, oke!" Ucap Langit pada perawat yang membantunya.
Perawat itu mengacungkan jempolnya, dia lantas melihat ke sekeliling takutnya ada cctv yang memantau apa yang di lakukannya. Beruntung, tidak ada CCTV karena memang Hendra sudah menyingkirkannya agar tidak ada yang merekam adanya Kejora disana.
Langit mendudukkan Kejora diatas kursi roda, dia melepaskan jasnya untuk menutupi dada Kejora yang terekspos. Langit juga melepaskan maskernya dan dia pasangkan di wajah Kejora, tidak ada yang mencurigainya dan Langit pun berhasil membawa Kejora keluar dari rumah sakit.
Raja yang baru sampai menghampiri Langit yang hendak memasukkan Kejora ke dalam mobilnya, Meta memeluk tubuh Kejora yang tak bergeming sama sekali karena mungkin efek obat biusnya belum hilang.
"Kalian bawa Kejora pergi, jangan ke rumah krang yang di kenal keluarganya. Gue minta bawa Kejora ke Apart gue, Raja gue percayakan semuanya sama loe!" Ucap Langit menatap kearah Raja.
"Tapi kenapa?" Tanya Meta.
"Tentu saja tuh iblis bakal nyariin Kejora, di Apart bakalan aman." Jawab Langit.
"Oke, siap Bos!" Ucap Raja.
"Gue masih ada urusan, nanti gue nyusul." Ucap Langit.
Raja menganggukkan kepalanya patuh, dia mengajak Meta untuk masuk kembali ke dalam mobilnya bersaman dengan Kejora yang di pangku oleh Langit. Setelah Langit memasukkan Kejora ke dalam mobil Raja, dia berpesan kepada Meta untuk tidak membiarkan Kejora pergi kemana-mana.
Mobil yang di tumpangi Raja pun melesat pergi, jauh dari pandangan Langit, sekarang langit akan mengurus adiknya dan membayar janjinya pada perawat itu.
*****
Siang harinya.
Hendra benar-benar datang ke rumah sakit, tetapi Dokter yang akan melakukan operasi untuk kedua anaknya terlihat cemas dan wajahnya pun memucat. Kedua penjaga saling menyenggol satu sama lain, keduanya takut akan kemarahan Hendra.
"Apa semuanya baik-baik saja?" Tanya Hendra memicingkan matanya kearah Dokter yang bernama Axel.
"Kejora sudah tidak ada di ruangannya saat aku mau memeriksanya, kedua penjaga juga tergeletak di bawah tak sadarkan diri, sepertinya ada seseorang yang membawanya pergi." Jelas Axel.
Bughhh... Bughhh..
Hendra menghajar kedua anak buahnya, dia sangat amat marah karena kondisi Gladys cukup memprihatinkan jika tidak segera mendapatkan pendonor.
"Cek CCTV sekarang!" Geram Hendra.
"Baik Bos!" Seru keduanya.
Hendra mengepalkan tangannya, dia sangat amat marah karena rencananya kembali gagal. Entah siapa yang sudah melindungi Kejora, dia akan memberikan perhitungan.