Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Byyurrr
Syarin menyiram Ibu-ibu itu dengan seember air hujan, tentu saja para Ibu-ibu itu langsung naik pitam melihat kelakuan Syarin.
"Kamu udah gila ya? Kenapa kamu menyiram kami dengan air." Ibu itu berkata sambil mengusap bajunya yang basah.
"Uppss sorry, aku pikir kalian bukan manusia." Syarin tertawa kecil.
"Apa kamu bilang kami bukan manusia? Nih anak emang gak punya sopan santun sama sekali ya." Ibu yang satunya lagi berkacak pinggang.
"Apa? Aku gak punya sopan santun? Kalian yang suka ngomongin orang dibelakang apa kabar hah?" Syarin ikut berkacak pinggang.
"Nih anak ya, emang bener-bener harus dikasih pelajaran." Ibu itu menarik rambut Syarin sangking emosinya hingga akhirnya keduanya saling jambak sambil beradu mulut.
"Dasar cewek l*nte, pergi kamu dari kampung ini sekarang juga."
"Siapa yang l*nte hah, anakmu tuh yang l*nte, ngakunya kerja kantoran padahal cewek bookingan Om-om."
"Berani ya kamu jelek-jelekin anak saya, kami liat sendiri justru kamu tadi yang diantar Om-om pakai mobil."
Rama yang mendengar keributan langsung melongok dari kaca mobil.
Samar-samar dia melihat dua wanita yang sedang bergulat, meskipun sedikit remang tapi Rama dapat mengenali pakaian yang dipakai Syarin tadi.
"Gila tuh cewek, bikin masalah apalagi?" Rama berdecak kesal dan bergegas turun dari mobil.
"Hei berhenti!!" Rama berteriak dari jauh dan berlari menghampiri para wanita itu.
Namun dua wanita itu sama sekali tak mengindahkan teriakan Rama.
Mereka masih asik dengan pergulatannya hingga akhirnya terpaksa Rama menarik pinggang Syarin.
"Kalian ini apa-apaan sih, udah pada tua juga masih aja kaya bocah." Rama berkata sambil memeluk erat pinggang Syarin.
"Apaan sih, gak usah pegang-pegang." Syarin menepis tangan Rama yang melingkar diperutnya.
"Lagian kamu kenapa bisa ribut sama emak-emak ini." Rama menujuk Ibu-ibu dihadapannya.
"Abis berani-beraninya mereka ngomongin aku dibelakang, masa aku dibilang cewek Open BO gara-gara mereka liat aku turun dari mobil kamu." Syarin mengerucutkan bibirnya dan menatap sinis Ibu-ibu itu.
"Maaf ya Ibu-ibu, kelakuan calon istri saya ini emang agak lain. Lagi pula gak baik kalau Ibu ngomongin orang dibelakang, kenapa gak tanya sama orangnya langsung aja?" Rama sempat menyilangkan telunjuknya didahi sebelum melanjutkan bicaranya.
"Tuh denger, dia itu calon suami saya makanya kalo ngomong itu jangan suka seenak jidat." Syarin ikut menimpali omongan Rama.
Ibu-ibu itu hanya bisa menunduk malu dan saling menyenggol satu sama lain saat mengetahui fakta yang sebenarnya.
Rama menarik tangan Syarin dan berlalu dari hadapan Ibu-ibu itu.
Hingga tiba-tiba Syarin menghentikan langkahnya didepan sebuah pintu membuat Rama seketika menoleh.
"Ini kontrakan aku." Syarin berkata sambil menunjuk pintu.
"Ya udah sana masuk, nanti keburu Ibu-ibu itu datang lagi buat ngeroyok kamu."
"Boleh gak kamu tunggu sebentar, aku mau ngambil beberapa baju dulu, aku mau nginep dirumah sakit aja nemenin Bapak."
"Ckk, ya udah sana."
Syarin melangkah masuk, Rama yang penasaran mengerkor dibelakangnya.
Saat Syarin membuka pintu nampak hanya ada satu ruangan saja, didalam sini terdapat sebuah kasur busa yang sudah lepek dan satu lemari kecil dipojok ruangan.
"Kamu tinggal berdua sama Bapakmu disini?" Rama merasa tak habis pikir saat melihat kondisi kamar ini.
"Iya, emangnya kenapa?" Syarin menjawab dengan nada sedikit mengancam.
"Masa anak gadis masih tidur bareng Bapaknya, itu gak baik loh."
"Terus aku harus nyewa kontrakan lain biar tidur terpisah dari Bapakku gitu? Asal kamu tau ya, buat bayar satu kontrakan ini saja kita udah kesulitan."
Rama hanya bisa menghela nafas panjang saat mengetahui betapa mirisnya kehidupan Syarin.
"Ya udah kamu tidur aja dirumah sakit sampe acara pernikahan kita nanti, kondisi disana lebih layak dari pada disini."
"Emang niat aku gitu, makannya aku suruh kamu nunggu, disana juga aku bisa makan gratis."
"Nih cewek isi otaknya makan terus." Rama bergumam pelan.
Akhirnya Rama kembali mengantar Syarin ke rumah sakit sekalian dia melihat kondisi Pak Burhan.
Saat pintu kamar dibuka nampak Pak Burhan sedang duduk bersandar diatas kasurnya.
"Loh kok Bapak belum tidur? Ini udah malem loh."
"Kamu udah pulang Nak? Tadi Bapak terbangun karena habis dikasih obat sama dokter." Pak Burhan membenarkan posisi duduknya jadi bersandar.
"Ohh kirain Bapak bergadang lagi."
"Kenapa kalian barung pulang larut malam?"
"Tadi kami habis mempersiapkan segela keperluan pernikahan Pak, Alhamdulilah kedua orang tua saya juga sudah memberi restu." kali ini Rama yang menjawab.
"Kalian mau menikah secepat ini?" Pak Burhan mengerutkan dahinya.
"Iya Pak, katanya gak baik menunda-nunda pernikahan, lagi pula saya juga sudah cukup lama mengenal Syarin jadi gak ada yang perlu dipikirkan lagi." Rama berusaha meyakinkan Pak Burhan meskipun harus sedikit berbohong.
"Iya Pak, kondisi Bapak juga sudah cukup membaik mudah-mudahan nanti Bapak bisa langsung menjadi wali nikah kami." Syarin menimpali.
"Ya udah kalau keputusan kalian udah bulat, Bapak hanya bisa mendoakan semoga kalian hidup bahagia, maaf Bapak gak bisa bantu apa-apa." Pak Burhan menunduk sedih.
"Gak papa Pak, Bapak tenang aja, semua biaya sudah ditanggung Papi saya. Bapak hanya perlu fokus pada kesembuhan Bapak supaya nanti bisa ikut hadir dalam pernikahan kami." Rama mengusap lembut bahu Pak Burhan.
Melihat kedekatan Rama dan Ayahnya membuat Syarin sedikit merasa cemas.
Dia takut kalau suatu saat nanti rahasianya dan Rama akan terbongkar, pasti itu akan lebih menyakiti Ayahnya kalau keduanya sudah dekat.
"Kalau begitu saya pamit ya, Bapak juga harus cepat istirahat, besok saya kesini lagi jemput Syarin untuk melihat seberapa jauh proses persiapan pernikahan kami." Rama mencium punggung tangan Pak Burhan dengan takzim dan melangkah meninggalkan ruangan.
*****
Pagi itu Syarin dan Rama kembali disibukan dengan persiapan pernikahan.
Dan kini mereka sedang berada disalah satu aula hotel ternama, aula itu sedang dihias sedemikian rupa, nampak indah bak negri dongeng.
Undangan sudah siap disebar, rencananya pernikahan mereka akan digelar dua hari lagi karena persiapan sudah 90 persen hanya tinggal menunggu dekorasi gedung selesai.
"Huuhh cape banget tau, kenapa kamu gak nyuruh orang ahli buat nyiapin semuanya aja sih?" Syarin mengeluh karena sudah lelah dengan segala aktivitas.
"Aku mau nyiapin pernikahan aku sendiri karena ini adalah momen sekali dalam seumur hidupku." Rama menerawang jauh.
"Emang kamu gak bakal nikah lagi setelah kontrak kita selesai?" Syarin mengerutkan dahinya.
"Mungkin, entah kenapa rasa sakit yang diberikan Vika membuatku mati rasa terhadap wanita." Rama menghela nafas panjang.
"Hmm ya udah sih terserah kamu aja, itu pilihan hidup kamu, kalau aku sih gak mau menyianyiakan hidupku hanya karena satu orang yang sama sekali gak peduli sama aku." Syarin mengangkat kedua bahunya.
"Aku mau jatuh cinta, menikah, punya anak, dan hidup bahagia." kini Syarin yang menerawang jauh.
Rama hanya bisa terseyum mendengar mimpi Syarin.
"Ternyata orang miskin juga banyak maunya ya." Rama menarik sudut bibirnya.
"Dari pada orang kaya tapi mati sia-sia." Syarin memalingkan wajahnya.
Saat mereka sedang asyik berbicang tiba-tiba saja ada seseorang yang mengetuk jendela mobil.
Saat Rama membuka kaca, matanya membulat sempurna saat melihat siapa orang yang mengetuk jendela.
**************
**************
jadi penisirin.