Novel ini menggunakan POV 1 (Lydia). Apabila ada yang mengatakan arti keluarga adalah motivator terbaik, tempat memberikan ketenangan, tempat bersandar paling nyaman. Nyatanya itu semua tidak di dapatkan oleh Lydia. Ia terpaksa mengambil keputusan bekerja menjadi pembantu. Bukan karena dia kekurangan uang, hanya saja Lydia merasa bahwa rumah masa kecilnya sudah tidak senyaman dulu.
Lydia adalah anak sulung dari tiga bersodara, usianya kini sudah 36tahun, tiga adik perempunya sudah menikah. Hanya ia sendiri yang belum menemukan jodohnya. Gunjingan dari tetangganya terus ia dengar hingga ia tidak kerasa lagi tinggal dikampung halamannya dan juga keluarga. Mirisnya lagi bukan hanya tetangga, tetapi ketiga adiknya pun seolah memusuhi dirinya dengan alasan ia akan merebut suami mereka. Rumah dan lingkungan yang dulu nyaman, kini menjadi tempat yang ingin ia hindari.
Mampukah Lydia mendapatkan arti keluarga yang sesungguhnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ocybasoaci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suara Cacing Berdemo
Aku mengusapkan telapak tanganku ke wajah, rasanya hati tenang sekali setelah aku mengadu pada Robku. Setelah merapihkan perlengkapan ibadah, aku memilih untuk turun, rasa capeku sudah hilang setelah aku bersih-bersih badan dan mengadu pada Sang Pencipta. Benar-benar mujarab, Tuhan langsung angkat rasa capeku dan digantikan dengan rasa semangat.
Gegas aku kembali turun ke bawah untuk memulai pekerjaanku, di rumah majikanku sesungguhnya. Aku melihat pintu kamar majikan aku tertutup dengan rapat, entah apa yang dilakukan oleh beliau mungkin juga sama sedang melakukan ibadah dan beristirahaat seperti yang dikatakan sebelum masuk ke dalam kamarnya tadi.
Sesuai rencana awal aku mulai membereskan rumah ini dari dapur. Sebelum aku berperang aku menghirup nafas dalam berkali-kali. Melihat dapur yang kurang terawat. Aku sih maklum namanya juga majikan aku laki-laki dan beliau juga kerja dan mungkin pulang hanya istirahat, dan juga tidak adanya asisten rumah tangga membuat rumah ini super kotor.
Satu jam telah berlalu, rasa lapar pun mulai menyerang perutku. Aku membuka lemari pendingin, berbeda dengan dapur yang kotor, kulkas justru bersih. Kulkas sih ada dua yang satu dua pintu dan yang satu lagi empat pintu, tetapi kalian mau tahu isinya apa? Yah, isinya hanya air putih dingin, aku terkekeh dalam batinku.
Ok, malam ini aku minum air yang banyak sampai kembung. Sembari mencari ide untuk membeli makanan, aku pun melanjutkan mengerjakan pekerjaan yang lain, dan tujuan aku kali ini adalah ruang keluarga, dan ruang tamu. Mungkin malam ini aku membereskan tiga ruangan, yaitu dapur yang menyatu langsung dengan ruang makan, ruang keluarga dan terakhir ruang tamu. Ruangan sih hanya tiga tapi tanpa terasa aku sudah hampir pukul sembilan baru selesai.
"Loh Lid, kamu ngapain?" tanya majikan aku yang baru turun dari tangga. Aku cukup tersentak kaget dengan suara berat dan serak. Ah, bisa aku tebak pasti majikan aku baru bangun tidur.
Aku mengangkat wajahku untuk melihat ke arah Aarav berdiri. Benar saja tebakan aku dari tampangnya laki-laki yang menyandang setatus duda itu sangat acak-acakan dan itu tandanya majikan aku benar memang baru bangun tidur.
"Ini Tua... Mas... saya merapihkan ruangan bawah dulu biar besok tidak terlalu berat, dicicil malam ini dulu, sebagian pekerjaan aku," jawabku dengan menujukan ruangan yang sudah sedikit rapih.
"Apa tidak ada hari esok? Kenapa harus di kerjakan sekarang? Kamu istirahat dulu pasti kerja di rumah Mamih cape, kerja jangan terlalu keras, kalau sakit kamu juga yang repot," ucapnya sembari mengambil air putih dan meneguknya dengan tegukan besar.
Yah, aku akui memang majikan aku sangat baik dan santai tidak seperti majikan di sinetron-sinetron yang suka galak dengan kejutekan dan kerja yang harus sempurna. Majikan aku justru sangat santai. Tidak rapih hari ini ya masih ada besok. Namun, aku yang dari kecil sudah diajarkan resik oleh Ibu pun tidak betah melihat rumah mewah ini kotor dan banyak debu di mana-mana. Jangankan di rumah ini memang kerjaan aku di peruntukan untuk bersih-bersih dan dibayar pula. Aku di rumah saja tanpa di bayar semua kerjaan bisa aku kerjakan sendiri.
"Saya belum bisa tidur Mas, jadi lebih baik merapihkan ruangan ini, dan saya juga senang beres-beres," jawabku agar majikan aku tidak bertanya lagi.
"Ok terserah lah, tapi ingat pesan aku. Kalau tidak rapih hari ini masih ada hari esok, yang penting istirahat dan makan yang cukup, biar badan kamu juga berisi, dilihatnya enak. Kalau kurus nanti Mamih kira aku tidak kasih makan kamu." Majikan aku kembali mengingatkan akan hal itu dan aku pun hanya tersenyum.
"Oh, iya Mas, kalau soal makan, di lemari pendingin tidak ada makanan apapun. Kalau mau belanja di mana?" Aku memberanikan diri untuk bertanya soal isi kulkas, jujur perutku semakin perih. Niat hati ingin bertanya beli makanan siap saji, tetapi tidak enak, mana saat ini sudah hampir pukul simbilan malam. Kalau di kampung pukul sembilan toko-toko sudah tutup jalanan kampung pun sudah sepi.
"Oh soal bahan masakan dan apapun itu, sabun atau perlengkapan rumah tangga kamu tulis saja dan kirim pesan pada nomor ini nanti bakal ada yang antar." Majikan aku menyodorkan nomor ponsel, dan aku pun langsung mengambil pena dan kertas untuk mencatatnya.
"Untuk apa?" tanya majikan aku ketika aku mengambil kertas, dan pena.
"Mencatat nomor ponsel itu," jawabku dengan polos.
"Taro-taro, biar aku kirim ke nomor ponsel kamu saja. Mana nomor ponsel kamu?"
Aku tidak langsung menyebutkan nomor ponselku, meskipun aku tahu kalau majikan aku tidak akan macam, macam. Namun, cukup terkejut saja ketika semuanya berjalan dengan cepat. Hingga ke nomor ponsel pun prosesnya cepat sekali.
"Kenapa? Nggak mau kasih nomor ponsel? Takut aku macam-macam?" Tanya Aarav, yang membuat aku lagi-lagi tersentak kaget. Fix, majikan aku punya mata batin.
"Bukan itu Mas. Aku sedang mengingat nomor ponselku," elakku, agar tidak ketahuan kalau aku memang sedikit takut majikan aku macam-macam.
"Masa nomor ponsel sendiri tidak hafal," dengusnya.
"Ah saya sudah ingat. 0810101010," jawabku dengan berpura-pura beberapa kali berpikir keras.
"Kamu yakin ini nomer ponsel kamu?" tanya majikan aku dengan menujukan profil yang hanya terlihat jepretan kamera persawahan yang luas dan pemandangan alam yang indah.
Aku mengangguk dengan yakin. "Iya itu kontak saya."
"Kenapa bukan wajah kamu yang di gunakan untuk dijadikan poto profil?" tanya majikan aku terus. sedangkan aku ingin mengeluh. Jangan pertanyaan terus dong, aku juga butuh makan bukan sekedar pertanyaan terus seperti wartawan saja. Namun itu semua hanya aku ucapkan dalam batin. Mana berani aku berkata seperti itu.
"Untuk apa? tanpa dijadikan photo profil juga tahu kok wajah pemilik kontak seperti apa," jawabku dengan santai. Yah, memang aku bukan tipe orang yang narsis yang sebentar, sebentar membidikan kamera dan berkata ciisss... cekrek... dalam waktu sekejap galeri ponsel dipenuhi hasil jepretan kamera dengan berbagai gaya. Lalu diunggah ke sosial media. Aku lebih nyaman hanya orang-orang dekat yang tahu bagaimana wajahku. Meskipun tidak sedikit yang memuji aku cantik, tapi sayang cantik-cantik belum laku. Itu yang selalu tetangga katakan. Jadi kecantikan bukan pertanda kalau kamu akan dengan mudah mendapatkan jodoh.
Kruyuukkk... Kruyyyuukkk cacing di perutku sudah benar-benar berdemo.
Aku melihat majikan aku langsung menatap aku yang memang jarak kami sangat dekat karena aku sedang membersihkan meja makan dengan cairan pembersih kaca, dan majikan aku sedang duduk di kursi yang jaraknya mungkin tidak sampai 1 meter.
"Kamu lapar?" tanya majikan aku, dari ekor mataku aku melihat kalau dia cukup khawatir.
"Di kulkas tidak ada stok bahan makanan yang bisa di olah," jawabku, jujur aku sedikit malu.
"Ya ampun Lydia, kan kamu bisa pesan dengan aplikasi online. Kamu mau makan apa? Biar aku belikan. Lain kali aku tidak mau dengar perut kelaparan di rumahku. Apa kata orang nanti dikira aku majikan jahat lagi." Terlihat sekali kalau Aarav memang baik pada asisten rumah tangga. Apa semuanya diperlakukan sama seperti ini, atau justru aku doang yang mendapatkan perlakukan sepesial ini. Karena aku adalah lakon utama dari permainan nikah palsu yang beliau rencanakan?
******
Readers, sepi banget, komen napa komen. Ah coba othor kasih tebakaan siapa tau ada yang komen, lumayan nambah-nambah dukungan.
Pertanyaanya adalah. "Mengapa baju Superman ada huruf S nya?" Noh gampang banget jawabanya bisa cari digoogle karena othor juga tebakannya hasil googling. Hahah gak kreatif banget...
Buat yang tau jawabanya kasih di kolom komentar yah, tar othor kasih hadiah kiss.