Rangga adalah seorang pemuda yang mendapatkan warisan sepasang mata sakti. mata sakti mampu menembus benda apapun, juga memberikan kemampuan medis dan ilmu beladiri.
Namun untuk mendapatkan mata sakti itu, Rangga menjadi bisu selama 5 tahun. tanpa di duga dia menikahi seorang wanita yang sangat cantik. Namun istrinya tidak mencintainya sama sekali.
Namun dirinya selalu di rendahkan oleh keluarga istrinya karena bisu dan tidak berguna.
Setelah 5 tahun berlalu, Rangga akan menggunakan mata saktinya untuk merubah takdirnya dan mendapatkan hati istrinya.
Bagaimana kelanjutannya bisa di baca di novel ini ya !!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 8 GELAS PORSELIN
Dion juga mulai mengambil sebuah kotak yang telah di siapkan sebelumnya dan hendak memberikannya kepada ayah dari Miranda.
Ayah dari Miranda bernama Joni, Dion memberikan hadiah ini untuk menunjukkan betapa hebatnya dia bila harus harus di bandingkan dengan menantunya.
Pada intinya Kania ingin menunjukkan keunggulan menantunya ini di depan semua anggota keluarga Darmawan.
"Paman, karena ini pertama kalinya kita berkumpul, jadi aku mempersiapkan hadiah kecil untukmu, mohon anda untuk menerimanya," ujar Dion sambil memberikan sebuah kotak hadiah.
"Wah, bagiku sudah cukup bila semuanya bisa datang, tidak perlu sungkan seperti ini," balas Joni sambil menerima hadiah dari Dion.
"Kak Kania dan Dion benar-benar penuh perhatian," sambung Joni.
Kemudian Joni mulai membuka kotak itu dan langsung terkejut melihat sebuah benda yang ada di dalamnya.
"Ini... gelas porselin dinasti Ming," ujar Joni yang terkejut.
"Benar, aku tahu paman begitu suka dengan porselin, jadi aku menghabiskan 500 juta untuk membelinya, aku harap paman menyukainya," ujar Dion.
"500 juta," ujar salah seorang sepupu di sana yang terkejut mendengar harganya.
"Tidak di sangka Dion begitu murah hati," ujar sepupu yang lain.
Orang-orang mulai memuji Dion, sehingga membuat Kania sangat bangga dan puas dengan menantunya ini.
Terlihat juga Joni dan Ratih begitu senang mendapatkan hadiah semahal ini. Bahkan mereka tidak memperdulikan maksud dan tujuan lain dari Dion dan Kania memberikan benda tersebut untuk merendahkan mereka.
Rangga mulai merasakan suatu energi aneh yang berasal dari gelas porselin itu. Rangga langsung menggunakan kekuatan matanya untuk mengecek gelas porselin itu.
Rangga seketika langsung mengetahui bahwa gelas porselin itu hanyalah barang palsu. Selain barang palsu, gelas porselin itu juga sudah lama berada di kuburan sehingga mempunyai energi negatif yang sangat kuat.
Gelas porselin seperti ini selain tidak berharga, tapi juga akan mendatangkan kemalangan bagi orang yang memilikinya.
"Seharusnya kamu juga menyiapkan hadiah bukan, boleh aku tahu hadiah apa yang kamu siakan?" ujar Dion kepada Rangga.
Saling memberikan hadiah pada acara pesta keluarga merupakan suatu hal yang tabu.
"Oh maaf, aku lupa kalau kamu hanyalah menantu cacat yang tinggal di rumah mertua, mengandalkan istri untuk mencari nafkah, pasti tidak punya uang bukan," sambung Dion.
"Atau begini saja, bagaimana kamu bekerja di tempatku sebagai pembersih toilet, aku bisa memberikanmu gaji bulanan sebesar 5 juta, bagaimana?" sambung Dion lagi.
Dion terus merendahkan dan menghina Rangga sambil tertawa lepas. Miranda yang mendengarnya juga mulai merasa kesal.
"Kak Dion, terima kasih atas kebaikan anda, walaupun begitu, Rangga masih tetap keluarga kami, kamu juga jangan bicara seenaknya," ujar Miranda.
Walaupun Rangga memang tidak berguna, namun orang lain juga tidak boleh seenaknya mengatai nya, pikir Miranda.
"Haha... iya-iya, tapi hadiah pun sepertinya dia tidak mampu untuk membelinya, aku hanya merasa dia tidak pantas untukmu," balas Dion.
"Aku buru-buru hari ini jadi tidak sempat memberikan hadiah," ujar Rangga yang sembari tadi hanya diam.
Ucapan Rangga ini membuat semua orang terkejut. Mereka tahu bahwa selama ini Rangga adalah seorang pria bisu, namun sekarang dia sudah bisa berbicara.
"Bukankah kamu bisu, kenapa sekarang sudah bisa berbicara," ujar Dion.
"Walaupun sudah bisa berbicara, tapi tetap saja tidak berguna, aku yakin dia tidak akan mungkin bisa memberikan barang yang berharga," ujar Sela yang merupakan istri dari Dion.
"Walaupun tidak memberikan hadiah, itu lebih baik daripada harus memberikan sebuah barang palsu seperti kak Dion," balas Rangga.
Seketika semua orang terkejut mendengarnya, bisa-bisanya Rangga mengatakan bahwa gelas porselin yang di berikan oleh Dion adalah barang palsu.
"Rangga, apa maksudmu bicara seperti itu, aku menghabiskan 500 juta untuk membelinya," ujar Dion tidak terima.
"Bocah tengil, kalau kmu tidak mampu memberikan hadiah, tidak perlu memfitnah menantuku Dion," ujar Kania juga tidak terima.
"Tidak perduli berapa banyak uang yang kamu keluarkan, barang ini tetaplah barang palsu," balas Rangga dengan sangat yakin.
"Dasar omong kosong, atas dasar apa kamu berani mengatakan barangku ini palsu, padahal kamu hanyalah orang tidak berguna," ujar Dion sangat marah sampai menggertakkan giginya.
Dion menunjukkan ekspresi marahnya agar semua orang tidak curiga kepadanya. Dion cukup terkejut bahwa Rangga bisa mengetahui barang miliknya ini adalah palsu. Gelas porselin ini adalah barang palsu kwalitas terbaik, jika bukan orang yang sangat berpengalaman tidak akan mungkin bisa mengetahuinya.
"Rangga, tutup mulutmu," bentak Joni.
"Kami jangan membuat ulah di sini," sambung Joni.
Dion sudah sangat baik memberikan sebuah barang berharga kepadanya, tapi justru menantunya yang tidak berguna ini malah memfitnahnya. Hal itu membuat Joni menjadi marah kepada Rangga.
"Rangga ini benar-benar tidak tahu sopan santun, kalau dia memang iri, juga tidak boleh memfitnah nya," ujar Kania.
Orang-orang mulai mencemooh Rangga, namun Rangga sama sekali tidak perduli dengan itu semua.
"Ayah, barang antik yang di berikan oleh kak Dion bukanlah barang antik biasa," ujar Rangga dengan wajah serius.
Kemudian dua orang pria mulai berjalan masuk ke dalam ruangan itu. Kedua orang itu adalah gubernur Zainal dan rekannya yang bernama Deri.
Gubernur Zainal sebelumnya di minta oleh ayahnya untuk mengundang Rangga datang kerumahnya. Ayah dari Zainal ingin mengundang Rangga makan di sana sambil mengucapkan terima kasih atas bantuannya sebelumnya.
Ketika sedang makan bersama dengan Deri, Zainal mendapatkan kabar bahwa Rangga juga ada di salah satu ruangan di sana mengikuti acara keluarga mereka.
Mengetahui Rangga sedang menghadiri acara keluarga, Zainal memutuskan untuk datang ke sana.
"Pak gubernur Zainal, mengapa anda bisa ada di sini?" tanya Dion dengan bersemangat.
Dion segera menghampiri Zainal dan hendak menyalaminya.
"Aku tidak menyangka, anda mengenal seorang pejabat kecil sepertiku," ujar Dion sambil tersenyum hendak menyalami Zainal.
Dion berpikir bahwa Zainal secara khusus datang untuk menemui dirinya. Dengan statusnya sebagai salah satu pejabat, Dion beranggapan tidak ada orang lain di sini yang lebih masuk akal selain dirinya.
Namun Zainal justru mengabaikan Dion dan melewatinya begitu saja. Zainal malah langsung menjabat tangan Rangga dengan tersenyum ramah. Alhasil Dion merasa terkejut dan langsung menjadi canggung.
"Kebetulan sekali, bisa bertemu dengan tuan Rangga di sini, aku berterima kasih banyak untuk masalah kemarin," ujar Zainal kepada Rangga dengan sangat ramah.
"Tidak apa-apa, anda tidak perlu sungkan," balas Rangga.
"Pak gubernur Zainal, Rangga dulunya hanyalah orang cacat, apa anda tidak salah mengenali orang," sela Dion.
"Cacat," ujar Zainal sambil menatap Dion dengan wajah menakutkan.
Seketika Dion juga langsung menjadi diam mendapatkan tatapan seperti itu. Bisa-bisanya Dion berani menghina orang yang telah berjasa baginya.
"Tuan Rangga, sebenarnya ada konflik apa, antara anda dan dia?" tanya Zainal.
"Jika kamu tidak suka, aku bisa mengurusnya," sambung Zainal.
"Eh..." seketika Dion semakin ketakutan dan bingung.
"Tidak ada, kami barusan hanya berdiskusi tentang barang antik, apakah barang ini palsu atau bukan," jawab Rangga.
Zainal mulai melihat ke arah gelas porselin yang di pegang oleh Joni.
"Bukankah ini gelas porselin dinasti Ming," ujar Zainal yang mengenalinya.
"Kebetulan sekali, temanku ini Deri adalah seorang ahli barang antik," sambung Zainal.
Deri merupakan salah satu tokoh terkenal dalam dunia barang antik. Reputasinya cukup terkenal di kota ini.
Deri mulai mengambil gelas porselin itu dan melakukan pemeriksaan dengan teliti. Terlihat Dion mulai merasa panik. Dion juga mengetahui tentang sosok Deri yang sangat hebat dalam menilai barang antik.
"Kalau di lihat dari warnanya, barang ini seperti asli dari dinasti Ming," ujar Deri.
Jangan lupa untuk memberikan like ya, agar author lebih bersemangat menulis terima kasih
Di gas ken
Mumpung lagi seru
Tetap Semangat
Bukannya rangga?