Jasmine D'Orland, seorang duchess yang terkenal dengan karakter jahat, dituduh berselingkuh dan dihukum mati di tempat pemenggalan di depan raja, ratu, putra mahkota, bangsawan, dan rakyat Kerajaan Velmord.
Suaminya, Louise, yang sangat membencinya, memenggal kepala Jasmine dengan pedang tajamnya.
Sebelum kematiannya, Jasmine mengutuk mereka yang menyakitinya. Keluarganya yang terlambat hanya bisa menangisi kematiannya, sementara sebagian bersorak lega.
Namun, enam bulan sebelum kematian itu, Jasmine terlahir kembali, diberi kesempatan kedua untuk mengubah nasibnya yang tragis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan Penyambutan Duke Louise
Pagi itu, Duchess Jasmine melangkah keluar dari kamarnya dengan penuh wibawa. Dibantu oleh pelayan-pelayan dari D’Orland, ia telah bersiap untuk menjalani hari ini. Penampilannya memancarkan aura anggun dan memukau, meskipun hanya mengenakan pakaian sederhana yang nyaman. Rambutnya disanggul rapi, dihiasi sedikit aksen yang membuatnya terlihat elegan tanpa berlebihan.
Di depan kamar, pengawal-pengawal dari D’Orland telah bersiap menunggunya. Jasmine memandangi mereka sejenak, lalu berkata, "Paman Vincent, Paman Julian, kalian akan selalu berada di sisiku. Ikuti ke mana pun aku pergi. Anne, kau juga ikut bersama lima pelayan lainnya. Dan paman pengawal yang lain, ikut aku sekarang, karena akan ada pertunjukan seru hari ini," ucapnya senang.
Para pengawal dan pelayan menjawab dengan penuh hormat meskipun penasaran dengan ucapan Duchess Jasmine, "Baik, Yang Mulia."
Pagi itu, tujuan Duchess Jasmine adalah tempat penyambutan di kediaman Clair, di mana persiapan dilakukan untuk menyambut kedatangan Duke Louise Clair keesokan harinya. Ia ingin memastikan segala sesuatunya berjalan lancar, namun juga ingin melihat pelayan yang telah memperlakukannya dengan buruk dan cikal bakal yang selalu menjadikannya buruk dan menjalani hukuman yang selalu diberikan Duke Louise di masa lalu, mengungkapkan kedok nya hari ini.
Setibanya di tempat penyambutan, Duchess Jasmine melihat suasana sibuk. Para pelayan sibuk menghias ruangan dengan ornamen-ornamen yang sudah disediakan. Di antara mereka, Jasmine mengenali Nania, pelayan yang pernah bersikap kurang ajar kepadanya. Nania tengah berdiri di dekat kepala pelayan, Harold, sembari mengomel keras.
"Ornamen ini sangat ketinggalan zaman!" kata Nania dengan suara nyaring, penuh rasa jijik. "Kenapa masih menggunakan barang lama seperti ini? Apa tidak ada anggaran untuk membeli yang baru? Cepat ganti semua ini, sebelum aku adukan kepada Lady Cecilia."
Harold, yang sedang memantau pekerjaan, tampak ingin menjawab. Namun, sebelum sempat berbicara, ia mendongak dan melihat Duchess Jasmine. Raut wajahnya berubah, dan ia segera membungkuk hormat.
"Salam Yang Mulia Duchess, Semoga kemuliaan dan kejayaan menyertai langkah Anda," sapanya dengan suara sopan.
Jasmine tersenyum tipis, lalu melangkah mendekat. "Tidak perlu membeli yang baru," katanya dengan tenang, namun nadanya tegas. "Ornamen ini sebenarnya masih baru karena baru dibeli bulan lalu, hanya saja belum sempat digunakan."
Kedatangan Duchess Jasmine langsung menarik perhatian semua orang di ruangan itu dan memberikan salam nya,"Salam Yang Mulia Duchess, Semoga kemuliaan dan kejayaan menyertai langkah Anda."
Nania, yang belum menyadari siapa yang datang. Ketika ia akhirnya melihat Jasmine, wajahnya berubah dingin.
Nania, dengan sikap congkaknya, berani berdiri menghadapi Duchess Jasmine. Ia menunjuk dengan jarinya, mengangkat dagu, dan berkata dengan nada menghina, "Kau! Apa yang kau tau! Selama ini, Aku yang selalu melakukan persiapan penyambutan."
Melihat sikap Nania yang kurang ajar, Jasmine tidak tinggal diam. Ia melangkah mendekat, memelintir tangan Nania yang menunjuknya, dan berkata dingin, "Berani sekali kau mengangkat dagumu dan menunjuk tanganmu kepadaku."
Aaaaaaghk...!
Jeritan Nania terdengar keras, membuat semua pelayan lain menahan napas. Kepala pelayan Harold pun terpaku di tempatnya, tidak tahu harus berbuat apa.
Ketika Jasmine melepaskan tangannya, Nania memegang jari tangannya yang sakit. Namun, bukannya meminta maaf, ia justru berkata dengan sombong dan masih berani melawan. "Kau hanyalah seorang Duchess yang tidak dianggap di kediaman ini. Saya adalah pelayan yang dibawa oleh Lady Cecilia, kekasih yang dicintai oleh suamimu, Duke Louise Clair."
Plak!
Tanpa ragu, Duchess Jasmine menampar pipi Nania dengan keras. Suara tamparan itu menggema, dan kelima jari Jasmine tampak jelas tercetak di pipi Nania.
Vincent dan Julian, yang selalu siaga, langsung menghunus pedang mereka dan mengarahkannya ke leher Nania. Sedangkan pengawal lainnya waspada berada di depan dan samping Duchess Jasmine.
Julian berkata dengan dingin, "Berani sekali kau tidak sopan kepada Duchess Jasmine." Ia menekan pedangnya lebih dalam, hingga muncul garis tipis darah di leher Nania. Setitik darah mengalir, membuat Nania meringis.
AAAAAAAKH!!!
Nania menjerit ketakutan, sementara pelayan lainnya semakin ketakutan. Kepala pelayan Harold mencoba menenangkan situasi, tetapi tidak berani berbicara, bahkan bergerak sekalipun.
Jasmine mengangkat tangan, memberi isyarat agar Vincent dan Julian menurunkan pedang mereka. "Cukup," katanya dengan tenang.
“Paman Vincent, Paman Julian, turunkan pedang kalian,” perintah Jasmine dengan nada tenang.
Meski ragu, keduanya menurunkan pedangnya perlahan. Namun, ketegangan masih terasa.
Nania, yang kini memegangi lehernya, berbicara dengan suara lantang. “Saya akan melaporkan kejadian ini kepada Duke Louise! Saya yakin, Duke tidak akan membelamu, apalagi seluruh pelayan disini melihat nya!”
Duchess Jasmine hanya tersenyum sinis. “Laporkan saja. Aku juga akan melaporkan semua kejahatanmu. Jangan pikir aku tidak tahu bahwa kau telah melakukan penggelapan keuangan di kediaman ini.”
Mendengar tuduhan itu, Nania membelalak. Wajahnya berubah pucat. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan suara bergetar.
Jasmine tertawa kecil. "Kau ini bodoh dan tuli, ya? Aku bilang, kau adalah salah satu orang yang bermain curang di kediaman ini. Apa kau pikir aku tidak tahu? Aku telah memeriksa semua laporan keuangan kediaman ini. Bukti-bukti penggelapanmu sudah ada di tanganku.” ucapnya sambil melihat dan memainkan jari lentiknya.
Kepala pelayan Harold, yang berdiri di samping, langsung terkejut. Ia menatap Jasmine dengan mata melebar. “Yang Mulia, apakah itu benar? Apakah pelayan Nania terlibat dalam penggelapan keuangan?”
Ia lalu menoleh ke kepala pelayan Harold dan berkata, "Paman Harold, selama ini Nania telah melakukan banyak perbuatan curang. Apakah paman tidak curiga bahwa pengeluaran di kediaman ini sangat besar, padahal tidak ada barang baru yang signifikan setiap bulannya? Apalagi ketika dia melakukan acara penyambutan Duke dan prajurit lainnya. Kemana barang yang telah dipakai? Apakah pengeluarannya sepadan dengan hasil nya?"
Harold tampak bingung, tetapi mulai memandang sekeliling ruangan, seolah mencoba menghubungkan fakta yang baru saja dikatakan Jasmine. “Aku… aku memang pernah merasa ada yang aneh, tetapi aku tidak pernah menemukan bukti yang jelas. Apakah itu benar, Nania?" tanyanya dengan nada tegas.
"Itu tidak benar, Tuan Harold. Itu adalah fitnah!" sahut Nania dengan cepat.
Jasmine mendekat dengan tatapan tajam. "Paman Harold, bukankah paman ingat bahwa ketika paman memberikan laporan persediaan dapur, aku juga meminta seluruh dokumen laporan keuangan kediaman ini?"
Harold mengangguk perlahan. "Ya, saya ingat, Yang Mulia. Laporan itu saya yang memberikan langsung kepada Anda."
Jasmine tersenyum dingin. "Aku telah memeriksa nya semua dengan teliti. Aku memaklumi paman Harold yang mungkin kurang teliti, karena mungkin sudah lelah mengurus semua para pekerja di kediaman ini. Namun, bagaimana dengan Merry dan Aron, yang bertugas bertugas mencatat semua kebutuhan, pengeluaran, pemasukan dll, tidak menyadari kejanggalan ini? Bukankah semua pengeluaran dicatat dan barang yang di beli juga diperiksa oleh orang lain, juga ada catatannya bukan?." ucap Jasmine dengan tegas dan tajam.
Tatapan Jasmine beralih ke arah Merry dan Aron yang berdiri di sudut ruangan. "Tanyakan pada dirimu sendiri, paman, apakah Merry dan Aron, dua pelayan yang bertugas mengelola keuangan, juga benar-benar setia? Atau mungkin mereka sengaja menutup mata? Atau bahkan mereka juga terlibat dan mendapatkan keuntungan." Kedua orang itu tampak gelisah, saling pandang dengan wajah pucat, tetapi Aron mencoba membela diri.
Aron, yang merupakan bawaan pelayan dari Lady Cecilia, memberanikan diri untuk membela diri. "Duchess, jangan menuduh sembarangan! Aku adalah orang yang setia kepada kediaman Clair!"
“Setia? Kau ini hanya salah satu orang yang bekerja di kediaman ini yang dibawa oleh simpanan Duke Louise.” Jasmine tersenyum mengejek. “Kalau begitu, kau pasti bisa menjelaskan mengapa ada banyak pengeluaran yang tidak sesuai dengan laporan persediaan barang, bukan? Atau pengeluaran yang tidak sesuai dengan barang di kediaman ini.”
Aron terdiam, mencari alasan. “Itu… itu pasti kesalahan pencatatan…”
“Kesalahan pencatatan?” Jasmine mengulang dengan nada mengejek. “Kesalahan yang sama setiap bulan? Kau pikir aku sebodoh itu?”
Merry, yang berdiri di sebelahnya, mencoba menenangkan situasi. “Yang Mulia, mungkin ini hanya salah paham. Tolong jangan langsung menuduh kami.”
Jasmine mendekati mereka, menatap mereka dengan tajam. “Salah paham? Kalau begitu, bagaimana jika kita periksa kembali semua laporan keuangan dan stok barang di kediaman ini sekarang juga secara terbuka? Aku yakin akan menemukan lebih banyak bukti kecurangan kalian.” ucap Jasmine dengan mengejek.
Aron langsung panik. “Tidak perlu! Maksud saya, itu hanya akan membuang waktu Anda, Yang Mulia!”
“Kenapa kau begitu takut, Aron?” tanya Jasmine dingin. “Apakah kau takut kebohonganmu terbongkar?”
Ketegangan semakin memuncak. Semua pelayan di ruangan itu tidak berani bersuara. Nania, yang berdiri dengan leher berdarah, terlihat bingung harus berkata apa.
Harold, yang selama ini tidak menyadari apa yang terjadi, akhirnya angkat bicara. “Yang Mulia, saya meminta maaf atas kelalaian saya. Saya akan memeriksa semua laporan keuangan dan memastikan siapa yang bersalah.”
“Baik,” kata Jasmine tegas. “Sebenarnya paman, Aku juga sudah tahu siapa pelakunya dan siapa saja yang berbuat curang di kediaman ini, semuanya,” tekannya.
Seluruh pelayan menahan nafas mereka mendengar ucapan Duchess Jasmine, apalagi yang memang berbuat curang. Mereka berkeringat dingin bahkan ada juga yang memiliki baju nya karena gemetar ketakutan.
Kepala pelayan Harold mengerutkan kening, menatap penuh keraguan. “Siapa saja yang Mulia maksudkan?” tanyanya, nada suaranya dipenuhi campuran ketidakpercayaan dan ketegangan.
Duchess Jasmine meliriknya tajam, matanya menyapu ruangan sebelum menjawab. “Semua pelayan dan pengawal yang dibawa oleh Lady Cecilia ke kediaman ini, Tanpa terkecuali. Juga beberapa pelayan yang katanya setia kepada Duke Louise,” katanya dengan penuh sindiran, sambil menyerahkan selembar kertas kepada Harold. Kertas itu berisi daftar nama pelayan dan pengawal yang diduga terlibat dalam kecurangan.
Harold menerima kertas itu dengan tangan bergetar. Dia membacanya sekilas, matanya membulat. “Ini... ini tidak mungkin,” gumamnya pelan, kemudian menatap Duchess Jasmine dengan ekspresi tak percaya. “Apakah Anda yakin? Saya akan memeriksa ulang kecurigaan ini.”
Duchess Jasmine tersenyum tipis, seolah mengejek. “Silahkan kau cari dan periksa ulang, paman. Kau juga bisa mencari bukti sebanyak yang kau mau, paman.”
Harold terlihat ragu. “Tapi, Yang Mulia, ini tuduhan berat. Jika tidak ada bukti yang cukup kuat—”
Sebelum menyelesaikan ucapannya, Duchess telah memotongnya, "Aku telah membawa bukti kejahatan mereka ke pengadilan hukum hitam, jadi paman tak perlu khawatir," ujarnya kepada Harold, yang masih tampak ragu.
Harold tampak terkejut begitupun dengan para pelaku, mereka tampak takut bahkan beberapa pelayan yang merupakan pelaku nya, meluruh kelantai mirip jelly, letoy.
Duchess Jasmine melanjutkan perkataannya, "Namun, sebagai kepala pelayan Duke Louise Clair yang telah berada disini selama bertahun-tahun, bukankah paman harus mencari bukti sendiri agar dapat melampaui apa yang sudah aku siapkan. Jangan biarkan siapa pun lolos. Bukankah kejahatan harus ditegakkan?”
Harold menundukkan kepala. “Iya Duchess, siapapun yang melakukan kejahatan harus di hukum. Kalau begitu, Yang Mulia, saya akan memastikan semuanya diperiksa dengan teliti.”
“Itu bagus sekali, senang mendengarnya. Bukankah sekarang yang perlu paman lakukan adalah memastikan mereka tidak bisa melarikan diri sebelum paman memeriksa kecurangan ini dan menyerahkan bukti yang paman dapatkan kepada Duke Louise.”
Harold mengangguk dan memerintahkan para pengawal Clair, “Bawa mereka semua yang ada di dalam catatan itu ke ruang bawah tanah. Kunci mereka di sana sampai Duke Louise tiba.” perintah Harold kepada para pengawal Clair.
Semua pengawal mencari orang-orang yang ada di daftar nama itu, bahkan pengawal dari Duchess Jasmine juga ikut membantu, apalagi jika ada orang yang tidak mau dibawa.
Nania yang kini digiring oleh para pengawal Duchess Jasmine berteriak lantang. Ia mencoba memberontak dengan segala keberanian yang tersisa. “Kau tidak bisa membawa aku kemana-mana!” serunya. “Aku adalah orang kepercayaan Lady Cecilia, kekasih Duke Louise Clair! Kau tidak punya kuasa di kediaman ini!”
Duchess Jasmine mendekat, langkahnya perlahan namun memancarkan ancaman. Ia menatap Nania dengan pandangan dingin yang membuat pelayan lain gemetar ketakutan. "Oh begitukah? Hem kalau begitu apakah lady Cecilia juga terlibat akan kecurangan kalian?” tanya Jasmine.
“Bu.. Bukan begitu.. tapi kami dibawa oleh Lady Cecilia, bukan Duke Louise..." ucapnya membenarkan.
“Oh begitu... Jadi.. Paman Harold siapa yang memberikan mereka semua gaji tiap bulannya? Apakah Lady Cecilia simpanan Duke Louise?” tanya Duchess Jasmine mengejek dan menyindir Harold, kepala pelayan.
"Bukan Duchess, semua gaji para pelayan dan pengawal yang dibawa lady Cecilia ke kediaman ini adalah dari Kediaman Duke Louise Clair.” jawabnya terlihat malu dan membenarkan ucapan Duchess Jasmine.
"Dengar kan? Semua gaji pelayan dan pengawal di bawa oleh lady mu, itu masih Duke yang membayar. Lady mu itu tak se level denganku. Lihat aku membawa lebih banyak pelayan dan pengawal dari kediaman D'Orland Tapi semua ini, aku yang membayar nya. Bukan cuma sekedar memasukkan dan membuat huru hara dan fitnah kejam dan congkak di kediaman ini." ucap Jasmine dengan sorot tajamnya melihat ekspresi seluruh para pelayan dan pengawal di kediaman Clair.
Dengan nada mengejek, ia berkata, “Apakah kau dan kalian semua lupa siapa aku sebenarnya? Meskipun aku tak dianggap oleh Duke Louise Clair itu, Ah kesal sekali aku harus meyebut namanya, menjijikkan. Dan kau seakan lupa siapa kau sebenarnya, yang hanya pelayan dari wanita jalang yang dibawa kesini, bahkan aku punya kuasa lebih besar dari yang kau kira.” ucapnya dengan sombong yang membuat seluruh pelayan termasuk kepala pelayan membelalak ketika Duchess nya bilang jika kesal menyebut nama tuannya.
Nania terdiam sejenak, matanya membelalak, namun ia segera berusaha membalas dengan congkak. “Lady Cecilia adalah kekasih Duke Louise! Dia adalah—”
“Diam!” potong Duchess Jasmine dengan suara tajam yang memotong udara. “Apakah kau juga lupa? Aku adalah Jasmine D’Orland, salah satu pewaris keluarga D’Orland yang masih memiliki kekerabatan langsung dengan Raja Kingswell. Jika kau berani menentangku, kau juga berarti menentang Raja Richard dan keluargaku.”
Nania terdiam, wajahnya mulai memucat. Namun ia masih mencoba membela diri. “Duke Louise Clair... dia seorang Duke! Dia tidak mungkin—”
“Aaah bajingan itu?, meskipun seorang Duke, tetap berada di bawah pengaruh keluarga D’Orland,” potong Duchess Jasmine dengan nada penuh kemenangan. “Apa kau pikir keluargaku, atau Raja Richard, akan tinggal diam jika aku melaporkan semua ini? Bahkan tuan kalian saja tidak dapat berbuat apa-apa tanpa persetujuan keluarga D’Orland.”
Nania tidak bisa berkata-kata lagi, tubuhnya bergetar karena takut. Para pelayan lain yang menyaksikan adegan itu tampak gemetar, tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Harold, meskipun terkejut, tetap menjaga sikap hormatnya.
Duchess Jasmine berbalik, memberi perintah terakhir dengan nada tegas. “Sekarang, bawa mereka semua. Pastikan mereka tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri.”
Vincent dan Julian mengangguk serentak, lalu memberi isyarat kepada para pengawal untuk membawa semua orang yang tercantum dalam daftar itu ke ruang bawah tanah. Salah satu pengawal menarik Nania yang masih mencoba melawan, sementara pelayan lain mengikuti dalam diam, wajah mereka penuh ketakutan.
Ketika keributan mulai mereda, Duchess Jasmine kembali memandang Harold. “Pastikan semuanya diamankan dengan baik. Dan paman, cepatlah cari bukti nya, karena besok tuan mu sudah tiba.”
Harold mengangguk malu. Namun kali ini, ia tahu bahwa Duchess Jasmine di depannya ini, bukan lah wanita yang sama seperti dahulu, dan hari ini sang Duchess tidak bisa dianggap enteng. Duchess Jasmine telah membuktikan dirinya sebagai sosok yang tidak hanya cerdas tetapi juga tegas.