“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan lima tahun kemudian, di sebuah klub malam ia di pertemuan dengan seorang reporter yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi lima tahun yang lalu, dan reporter itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Kamu pergi begitu saja, apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Ig. Kunang-kunangachi
FB. Achi_N
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Aku Tidak Menginginkanmu, Abraham
Seketika tubuh Alea menegang.
Menginginkan dirinya! Dulu iya, tapi sekarang tidak!
Alea mendorong kuat lelaki itu dan berhasil membuatnya sedikit menjauh, “Abraham tolong keluar,” ucap Alea menahan marah bercampur takut, seraya menunjuk pintu keluar.
“Kamu berpura-pura menolak ku?”
Berpura-pura menolak….
Abraham kembali mendekat dan Alea langsung menuju pintu, ia menarik gagang pintu, jika Abraham tidak mau keluar biar dia yang pergi, tapi….tidak bisa dibuka….terkunci!
Kenapa bisa terkunci! Siapa yang mengunci?
Alea melirik Abraham, dan lelaki itu menimpali dengan senyum penuh makna,
Sekretaris Lee, sial! Dia pasti yang melakukan bagaimana dia bisa mengunci Apartemen orang dari luar.
“Sekretaris Lee, buka pintunya! Apa kamu menguncinya! Ini bukan Apartemenmu, kan! Jangan seenaknya, cepat buka!” Teriak Alea dengan menggedor-gedor pintu, panik.
Tidak ada jawaban atau tanda-tanda pintu akan dibuka, jika bukan Abraham yang memerintah Sekretaris Lee tidak akan pernah membukanya.
Alea melihat laci tidak jauh dari pintu, ia ingat! Andreas bilang, itu tempat kunci-kunci cadangan disimpan.
Matanya memperhatikan gerakan Abraham yang terlihat tenang namun waspada.
Baru dua langkah Alea menuju tempat laci, Abraham sudah lebih dulu meraih tangannya, sungguh cepat gerakannya, “Lepas! Abraham!”
“Kamu yakin ingin aku melepaskan mu? Jangan jual mahal Alea, aku tau apa yang ada di pikiranmu, aku akan memberikan apa yang mungkin sudah diberikan Pengacara itu.”
“Kamu tidak akan mengerti apa yang aku inginkan, yang jelas aku tidak menginginkanmu, Abraham!” Ucap Alea dengan sangat keras. Meruntuhkan harga diri seorang Abraham, mana ada wanita yang tidak menginginkan dirinya!
Seketika ekspresi wajah Abraham berubah, “Tidak menginginkanku?!” Katanya, dengan tangan yang mencengkram kuat lengan Alea.
“Iya, aku tidak menginginkanmu. Lepaskan! dan pergilah dari sini.”
Abraham marah, tidak terima, “Apa kamu mau bilang, yang kamu inginkan hanya Pengacara itu? Apa dia terlalu hebat sampai kamu jadi keras kepala seperti ini!”
Alea yang ketakutan hampir menangis. Dulu, dia memang sangat mendambakan lelaki itu menyentuhnya! Tapi sekarang, tidak! Justru Alea sangat takut jika itu sampai terjadi. Sudah cukup selama tiga tahun dia tidak mendapatkan cinta dari suaminya, ia ingin pergi. Pergi tanpa membawa apapun yang berhubungan dengan Abraham.
Kedua tangan besar Abraham, semakin mencengkram kuat lengan Alea,
Alea yang meringis sudah tidak lagi ia pedulikan. Dengan gerakan sedikit kasar Abraham kembali menghimpit tubuh Alea di pintu. Tentu saja Alea semakin memberontak, selain rasa takut yang menjalar ke seluruh tubuh rasa gugup juga turut serta menguasai tubuhnya.
“Sakit, lepaskan aku! Abraham!” Pinta Alea, yang benar-benar sudah ingin menangis dan menjerit.
“Seharusnya kamu tetap patuh padaku, jika tidak mau seperti ini,” timpal Abraham tapi sedikit melonggarkan cengkramannya.
Hanya dengan satu tangan, Abraham sudah bisa mencakup kedua tangan Alea dan menguncinya di atas kepala, satu tangan yang tidak ada kerjaan dia gunakan untuk mencengkram wajah takut Alea. Ia memandangi wajah yang tidak pernah dia lihat lebih dari 10 detik itu. Entah karena reflek atau emosi dan marah, Abraham menempelkan bibirnya di bibir ranum Alea.
Kaget! Alea seperti tersengat listrik, ini ciuman pertama tentunya, dan sangat diidam-idamkan tiga tahun yang lalu. Tapi kenapa harus disaat seperti ini ia mendapatkannya, saat ia sudah tidak lagi berharap dan menginginkannya.
Alea menolak dengan langsung memalingkan wajahnya, tapi ini semakin memancing emosi Abraham. Dia menarik tengkuk wanita itu dan kembali menciumnya.
Jangan terbuai Alea….lepaskan dirimu….mencium bukan berarti mencintai, ini bukan drama Korea, dia hanya menginginkanmu sebagai penghuni Villa Mars.
Abraham yang memang awalnya dikuasai emosi, tiba-tiba hasrat lelaki sejatinya bangkit dengan sangat mudah. Dia lupa jika dia tidak mencintai dan menginginkan wanita yang kini ada dalam kendalinya. Secara alami Abraham mengikuti apa yang kendalikan oleh jiwa dan hatinya.
Tapi…
Bug!
Dengan terpaksa Alea menendang lelaki itu, yang langsung berhasil melepaskan diri.
Abraham justru kebingungan, bukan kesakitan.
Sial! Apa yang sudah aku lakukan, pikirnya setelah sadar.
Alea memandangi wajahnya dengan penuh marah, Abraham tidak berkata apapun lagi. Ia langsung meminta Sekretaris Lee membuka pintu.
“Tuan, Anda baik-baik saja?!” Tanya Sekretaris Lee, yang kebingungan melihat Abraham nampak linglung.
“Kita pergi,” ajak Abraham yang langsung berlalu begitu saja.
Sekretaris Lee ingin memeriksa kondisi di dalam, namun Alea sudah lebih dulu menutup pintu dan meminta agar Lee, tidak lagi membawa Abraham datang ke tempat itu.
**
Sampai di Villa Mars. Abraham langsung masuk ke dalam kamar menuju bilik mandi, Shower air ia putar dan langsung mengguyur badannya yang masih terbungkus kemeja putih.
Badannya yang panas secara perlahan mulai sejuk setelah air dingin itu mengalir dengan deras, membasuh di setiap celah tubuhnya yang kekar. Bayangan masa lalu secara tersusun dan perlahan berputar di ingatkan Abraham. Saat Alea masih remaja, gadis itu selalu mengejar-ngejar dirinya yang saat itu sudah cukup dewasa, berbagai cara Alea lakukan untuk menarik perhatiannya.
Wajah Alea, sangat bahagia saat Tuan Kim, mengajak dirinya berkunjung ke kediaman Tuan Liam, ‘dimana Kak Abraham’ kata inilah yang selalu Alea lontarkan saat memasuki kediaman, Tuan besar Liam.
Tapi seperti apapun Alea menarik perhatiannya, Abraham tidak pernah melirik apalagi tertarik padanya. Justru ia kesal dengan Alea yang terkesan selalu membuntutinya.
Sehingga terjadilah kesalahpahaman yang disengaja oleh Keluarga Kim, yang saat itu bisnis Keluarganya diambang kehancuran.
Abraham terpaksa menikahi Alea, dengan kekuasaan yang ia miliki sebenarnya Abraham tentu bisa menolak dengan sangat mudah. Tapi Nenek Rossela yang secara langsung memintanya untuk menikahi Alea dan Abraham tidak bisa menolak. Saat proses pernikahan, hanya Alea yang tersenyum bahagia meskipun pernikahan mereka hanya digelar secara biasa tidak seperti Keluarga Bangsawan, tapi itu sudah membuat Alea sangat bahagia.
Saat menikah Alea, Abraham berjanji pada dirinya sendiri, tidak akan pernah menyentuh gadis yang ia nikahi saat itu dengan alasan dan dalam keadaan apapun, ia ingin membuat Alea merana, kesepian dan sadar atas apa yang sudah dilakukannya. Tapi nyatanya….dia yang berjanji justru dia yang mengingkari. Dia malah mencium istrinya itu bahkan hampir melakukan sesuatu yang lebih jauh, jika Alea tidak langsung menendangnya.
“Sial! Sial! Sial!” Umpat Abraham sangat kesal, seraya memukul-mukul tembok.
Seharusnya dia bisa mengendalikan diri, kan! Tiga tahun dia bertahan dengan hasratnya. Tapi hanya karena emosi dia sampai melanggar sumpah dan janjinya.
“Hanya mencium, aku tidak akan melakukan lebih dari itu, dan mengulanginya untuk yang kedua kali,” gumam Abraham, dengan mengepalkan tangannya.
Yakin?!