Pembantu Spesial Untuk Om Duda
Novel ini menggunakan sudut pandang POV 1 (Lydia) sehingga semua cerita diambil dari sudut pandang Lydia. Yah, bisa dibilang di sini Lydia yang sedang bercerita dengan lingkungan sekitar mereka.
Sore ini disisa senja yang keemasan, aku memutuskan menemui Bapak, untuk mengutarakan apa yang selama ini aku rencanakan. Aku juga pasti akan mengatakan alasannya kenapa mengambil keputusan ini. Karena aku tahu Bapak tidak akan mudah menyetujui dengan ideku. Yang aku akui memang akan membuat malu keluargaku.
Aku adalah Lydia, anak pertama dari empat bersaudara. Aku terlahir dari keluarga yang berkecukupan, bapaku seorang kepala desa yang disegani oleh warga. Umurku saat ini 36 tahun, tapi aku belum menikah, tiga adikku sudah menikah semua, bahkan mereka sudah memiliki anak. Inilah awal mula aku merasa rumah dan lingkungan tempat tinggal sudah membuatku tidak nyaman.
Dari gunjingan, dan perlakuan adik-adikku, aku memutuskan untuk ikut tetanggaku Bi Lastri untuk kerja di kota besar, menjadi pembantu.
"Kamu yakin Lydia mau ikut tetangga kerja di Jakarta? Jadi pembantu loh," tanya Bapak dengan wajah yang terlihat kecewa. Bapak sendiri adalah seorang kepala desa yang di segani, sehingga sangat disayangkan sekali ketika aku justru mau kerja dengan tetangga yang hanya menjadi seorang pembantu. Sedangkan Bapak juga sangat mampu untuk membiayai hidupku.
"Aku yakin Pak, Lydia sudah memikirkan hal ini dengan matang dan yakin. Lydia ingin kerja ke kota bareng Bi Lastri," jawabku dengan tegas.
Selain Bapak menjabat sebagai lurah yang sudah dua periode, Bapak juga memiliki beberapa usaha penggilingan padi dibeberapa kampung di desa kami. Belum sawah yang Bapak miliki terbentang luas. Mungkin alasan itu yang membuat Bapak kecewa ketika anak sulungnya memilih menjadi pembantu di kota besar, dari pada tinggal di kampung halaman kami, dengan jaminan kebutuhanku juga tercukupi.
Terlebih Aku juga bekerja membantu Bapak mengurus keuangan desa, tanpa aku Bapak pasti akan kesusahan mencari orang kepercayaan lagi. Aku yang memang lulusan adminitrasi selalu bisa diandalkan untuk mengurus keuangan desa.
Aku menunduk, selama ini aku sendiri sudah berusaha menahan diri agar tidak ke luar dari rumah atau lingkungan keluargaku. Namun, rasanya itu tidak ada perubahanya semakin hari dan semakin tahun gunjingan akan diriku tidak pernah surut. Justru aku semakin tidak kerasan tinggal di rumah orang tuaku.
Kampung halaman dan keluarga yang seharusnya menjadi tempat ternyaman, justru menjadi tempat yang membuat aku tertekan. Itu semua karena warga yang seolah senang sekali memperolokku. Belum ketiga adikku juga seperti memusuhiku hanya karena aku belum menikah.
"Perawan tua, tumben ke luar rumah."
"Kasihan yah padahal cantik, tapi nggak laku."
"Gimana yah calon suaminya nikah sama adiknya sendiri."
"Itu karena kualat, pernah nolak lamaran dari calon suami."
"Itu karena guna-guna, kasihan. Pasti ada laki-laki yang sakit hati jadi dia diguna-guna, jodohnya ditutup."
Itu adalah sedikit gunjingan yang aku dengar kemarin, ketika aku mengikuti kegiatan ibu-ibu untuk melakukan sosialisasi program desa yang Bapak adakan. Sebagai seorang anak yang memiliki orang tua terlibat dalam pembangunan daerah, tentu aku mau tidak mau harus sering terlibat kegiatan semacam ini. Apalagi aku adalah anak pertama.
Tidak jarang juga ada yang menuduh aku dijadikan tumbal pesugihan oleh orang tuaku, yang telah menikahkan aku dengan bangsa jin untuk mendapatkan kekayaan bapakku. Di daerah kami memang masih ada keyakinan semacam itu, tetapi aku yakin bahkan jodohku sudah tertulis di Lauhul Mahfudz sebelum aku lahir. Jadi aku tetap percaya akan takdir Allah, dan menyingkirkan dugaan yang tidak berdasar.
Sejak kejadian tiga tahun silam aku yang gagal nikah dengan calon suamiku, ternyata dia sudah menghamili adikku. Aku pun memutuskan untuk mengurung diri di rumah, tetapi bukan aku tidak ada kegiatan, justru aku selalu disibukan dengan laporan-laporan keuangan, pekerjaan Bapak.
Perihal menolak lamaran, siapa yang mau di lamar oleh laki-laki untuk dijadikan istri ketiga? Aku mending jadi prawan tua dari pada harus menikah dengan laki-laki beristri. Itu adalah prinsip yang aku anut, lebih baik jomblo, dari pada jadi duri dalam pernikahan orang lain.
"Lydia sudah sepakat dengan Bi Lastri kalau kita bilang akan kerja di kantoran," jawabku dengan wajah yang masih menunduk. Aku memang selama ini tidak berani untuk melawan Bapak.
"Tapi, kalau orang-orang kampung kita tahu kamu hanya berbohong malah semakin malu bapakmu ini Lydia," protes Bapak, ingin tetap aku tinggal di rumah mereka.
"Pak, tolong ngertiin perasaan Lydia, sudah tiga tahun Lydia tahan tetap tinggal di rumah ini, tetapi tidak sedikit pun yang mereka tahu akan perasaan Lydia. Gunjingan itu tidak akan pernah hilang. Terlebih Lydia dan Lyra masih tinggal dalam satu rumah. Belum Lydia dan Lyra juga selama tiga tahun ini tidak pernah saling tegor, Lysa, dan Lyka juga sama. Lydia capek loh Pak jalani hidup kayak gini. Lydia pengin pikirannya tenang meskipun itu jadi pembantu, tapi kalau pikiran tenang tidak akan bisa didapatkan dengan setumpuk harta."
Baru kali ini aku berani memohon dengan sangat pada Bapak. Selama ini aku adalah gadis yang sangat penurut. Apa yang dikatakan oleh Bapak tidak pernah aku bantah sekalipun, tetapi dalam hatiku semakin sesak. Awalnya yang aku pikir akan membaik seiring berjalanya waktu. Namun, angan tinggalah angan dan tidak menemukan harapan itu, justru hatiku semakin sakit, aku semakin tidak kerasan tinggal di kampung halamanku.
Ku yakini, keputusanku, dapat membasuh luka, dari segala cemooh dan hinaan. Membebat, dan mengobati lukaku, hingga sembuh. Sebelum aku mengambil keputusan ini, aku sudah beberapa kali meminta petunjuk dari Allah, dan atas petunjuk-Nya aku yakin ini adalah jalan terbaik untukku.
Bapak menghirup nafas dalam dan membuangnya perlahan, hal yang sama pun aku lakukan, aku tahu tindakanku terlalu bodoh, tetapi mengamankan kesehatan pikiran, dan perasaanku adalah hal yang paling utama. Kesehatan mental mahal harganya.
"Kalau kamu bicara seperti itu dan itu adalah sudah menjadi keputusan terbaik untuk kamu. Bapak hanya bisa mendoakan agar kamu betah di sama dan mendapatkan majikan yang baik. Bapak dengar kamu akan mendapatkan majikan laki-laki duda, bapak takut kamu terjadi apa-apa." Suara yang lirih, bisa aku rasakan kalau Bapak masih berat untuk merelakan aku merantau ke Jakarta, terlebih pekerjaan aku nantinya hanyalah pembantu. Yang sebagian orang nilai bahwa pembantu adalah pekerjaan paling rendah.
Bohong kalau hatiku tidak hancur, saking hancurnya aku sampai tidak bisa berbicara apa-apa. Sakitnya sudah sangat dalam. Hingga aku sendiri merasa hilang arah, bahkan aku seperti orang gila, hanya kerja dan kerja yang bisa mengalikan perasaanku yang bisa sedikit mengobati rasa sakit hatiku, terutama karena penghianatan adik bungsuku dengan calon suamiku.
"Bapak tenang saja. Aku bisa jaga diri, lagian di sana nanti kan satu rumah dengan Bi Lastri," ucapku, berusaha menyakinkan Bapak agar beliau tidak sedih.
"Terserah kamu ajah Mbak, kamu sudah gede sudah bisa pilih jalan hidup kamu. Pesan bapak ingat selalu bapakmu itu orang terpandang, jangan sampai membuat malu bapakmu di kampung." Bapak dengan suara tegas akhirnya mengizinkan aku untuk ikut kerja bersama tetangga yang memang sedang pulang kampung untuk cuti.
Aku sendiri memejamkan mata dengan kuat. Beginilah derita menjadi orang yang penting dengan kedudukannya, harus bisa membawa diri. Salah pergaulan yang malu keluarga, bahkan tidak jarang di luaran sana ada yang mengalami karir orang tua hancur hanya karena kelakukan anak-anaknya.
"Bapak tenang saja. Lydia tahu kok, konsekuensinya kalau jadi anak orang penting," jawabku dengan tegas. Aku lebih menuruni sifat Bapak tegas, tetapi aku juga menuruni sifat Ibu yang sabar dan tidak tegaan. Mungkin itu yang membuat aku selama tiga tahu ini bertahan, padahal aku sudah tidak kerasan di rumah ini, itu karena aku tidak tega melihat Bapak dan Ibu sedih
"Memang seperti itu, terlebih kamu adalah anak pertama, adik-adik kamu mencontoh kelakukan kakaknya." Bapak mengingatkan kembali akan hal itu.
Deg!!
Jantungku semakin sesak ketika Bapak selalu mengucapkan itu sebagai jurus andalannya. Semua kesalahan adikku, aku harus bisa memaafkannya, termasuk Lyra yang hamil di luar nikah dengan calon suamiku membuat aku juga harus mengalah.
Aku harus bersikap semuanya baik-baik saja, dan tidak jarang juga aku yang harus menegur adikku lebih dulu. Meskipun aku tahu kalau Lyra itu juga cemburu denganku. Padahal aku sendiri tidak pernah terlibat obrolan dengan suami adik-adikku.
Bagiku hubunganku dengan mantan calon suami sudah selesai, semenjak ia mengakui bahwa laki-laki itu memang menghamili adikku sendiri. Bahkan untuk sekedar papasan di rumah pun aku selalu berusaha menghindar.
Sebelumnya hubunganku dengan ketiga adikku baik-baik saja, tetapi sejak kejadian pernikahan yang gagal, tepatnya tiga tahun lalu, aku seperti dimusuhi oleh ketiga adik kandungku. Mereka sering menuduh aku akan merebut suami mereka.
Ya Tuhan, sangat menyakitkan hati, ketika aku merasa wanita baik-baik, secara tidak langsung dituduh menggoda suami orang, terlebih adikku sendiri. Lamaran dari pria beristri saja aku tolak, tetapi kenapa ketiga adikku malah menuduhku ingin merebut suaminya? Siapa yang akan betah dengan lingkungan rumah seperti ini?
...****************...
#Selamat datang calon pembaca setia, sebelumnya salam kenal dari Author, semoga kalian suka dengan novel ini. Apabila ada kritikan dan saran, silakan tinggalkan di kolom komentar. Dengan senang hati othor akan perbaik untuk lebih baik lagi. Masukan dari kalian adalah ilmu yang berharga. 🙏
Jangan lupa tinggalkan dukungan dengan Like, komen, Favorit, beri vote biar makin semangat, tabur mawar, kopi atau tonton iklan boleh banget di tebar yang banyak yah. 🙏
Yang mau kenalan dengan others boleh follow yuk ig-nya.
Ig : Onasih_Aenta
Fb: Ci Osyih Onasih Aenta
Terima kasih, Happy Reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Nanda Lelo
dari a jati n neng qara aku mampir kesini
2023-06-21
0
Mira Andani
mampir Thor ...
👍
2023-06-05
1
Rahma Inayah
mampir thor
2023-05-24
1