Adelia cahya kinanti, seorang wanita barbar yang terpaksa menikah dengan pria lumpuh dan juga depresi akibat kecelakaan yang menimpanya. Adelia menerima semua perlakuan kasar dari pria yang di nikahinya.
Albert satya wiguna, seorang pria malang harus menerima kondisinya yang dinyatakan lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan yang membuatnya trauma berat, selain kakinya yang lumpuh mentalnya juga terganggu akibat rasa bersalahnya yang membekas di ingatan, kecelakaan terjadi saat dia mengendarai mobil bersama kedua orangtuanya namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang sengaja menghantam mobil miliknya, Albert berusaha menghindari mobil tersebut namun rem mobilnya blong hingga akhirnya mobil yang di tumpanginya berguling-guling di jalanan yang sepi, beruntung dia dan ibunya selamat namun ayahnya meninggal di tempat akibat terhimpit sehingga kehabisan nafas.
akankah Albert sembuh dari sakitnya? apakah Adel mampu mempertahankan rumah tangganya bersama pria lumpuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17 . Mengompol?
Seperti biasanya, jika Penyakit Al kambuh dia pasti pingsan, namun sekarang dia sudah bangun dari pingsannya. Adel menghampiri Albert dan meletakkan piring buahnya, dia mengambil makan siang Al lalu membatu suaminya untuk duduk.
"Biar ku bantu duduk, sekarang kamu harus makan biar ada energi kalau lagi ngamuk." Ucap Adel dengan nada sindiran.
"Apa yang terjadi?" Tanya Al dengan alis bertaut. Kepalanya terasa pusing, ia memegangi kepalanya dan berusaha mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.
"Jangan kepo, sekarang waktunya makan! Bukan waktunya interogasi." Ucap Adel menarik tubuh Al untuk duduk.
'apa aku menyakitinya?' batin Albert.
Adel menyingkap selimut Al, kemudian matanya menangkap kasur dan celana Al yang sudah basah, dia menatap wajah Al, namun Al memalingkan wajahnya malu. Kalau bersama Pak Ahmad dia tidak akan malu, tapi sekarang dia sudah beristri, jadi Pak Ahmad akan jarang masuk ke kamarnya.
"Bebeb mengompol?" Tanya Adel.
"Hemmm." jawab Al singkat.
"Penyanyi bukan, tapi jawabannya ham hem ham hem aja, gak ada jawaban lain apa selain hem? Iya kek, enggak atau apalah benci banget dengernya." Gerutu Adel.
Dalam hati Al, dia ingin tertawa melihat wajah kesal Adel, entah mengapa di dekat Adel dia merasa nyaman, namun dirinya merasa pernah mendengar suara yang sangat mirip dengan seseorang. Adel memindahkan Albert ke kursi rodanya, dia mendorongnya ke kamar mandi.
"kamu bisa membersihkannya sendiri bukan?" Tanya Adel.
Al diam saja, dia ingin mengatakan sesuatu kepada Adel namun dia malu mengatakannya. Adel adalah manusia peka terhadap sekelilingnya, mengerti kalau Al ingin memberitahukan sesuatu namun malu padanya.
"Katakan saja" Ucap Adel.
"Tanganku keram, aku tidak bisa membuka celanaku sendiri, tolong panggilkan Pak Ahmad agar dia membantuku karena dia yang biasa membantuku." Ucap Al.
"Nah, kalau ngomongnya banyak kosakata yang keluar baru aku menyukainya, bukan hem hem aja, untuk itu Kamu tidak perlu memanggil Pak Ahmad, dia sudah tua apa kamu tidak malu terus menyusahkannya? Disini sudah ada aku, biar aku saja yang membantumu." Ucap Adel.
Dengan gerakan cepat Adel membuka baju Al yang sudah basah dan bau pesing, dia tidak jijik sama sekali. Wajah Al sudah memerah bak kepiting rebu,ls, dan ini adalah kali pertamanya dia membuka pakaiannya di depan wanita dan bukan dia sendiri yang membukanya, melainkan wanita yang baru beberapa jam menjadi istrinyalah yang membukanya.
'buka celananya gimana ya? Kalo pisang ambonnya keliatan tar pengen lagi, jiahhh hahaha' batin Adel.
Wajah mesum Adel tertangkap oleh Al, namun dia tetap diam tak bersuara.
'sepertinya dia memikirkan hal mesum, awas saja kau rubah betina' batin Albert.
Adel menutup matanya lalu dia meraba celana Al kemudian menariknya sampai ke bawah melepaskannya dari tubuh Al, kini tinggal celana d****nya saja dengan berat hati Adel menariknya kembali selesai dengan tarik menariknya Adel keluar dari kamar mandi membiarkan Al membersihkan tubuhnya.
"Apa dia tidak jijik?" Tanya Al pada dirinya sendiri.
Adel mengganti sprei yang akan di pakai Al, biasanya jika Al ingin buang air kecil maupun besar pastinya menelpon Pak Ahmad, namun kali ini berbeda. Adel lah yang harus mengurus segala keperluan Al dari mulai membuka mata, sampai menutup matanya kembali.
"Wiiidiihh... sprei sultan mh emang beda, kirain bakalan tembus ke kasur ini mh enggak! Cakep bet dah." Ucap Adel kagum melihat sprei anti air yang di sediakan khusus untuk Al.
Beres dengan pekerjaannya Adel menyiapkan baju untuk Al, dia di buat terkesima melihat baju yang rapih berjejer di walk in closet.
"Gimana mau pilih bajunya? Etdah bikin bingung aja kamar sultan, mendingan gua walaupun cuman satu lemari tapi gampang nyari, lah ini buset kayaknya celana d**** nya aja terbuat dari emas mewah beneeerr.." Ucap Adel melihat sekelilingnya.
"Ehhmmmm" Ucap Al berdehem.