Hamil atau tidak, Danesh dengan tegas mengatakan akan menikahinya, tapi hal itu tak serta merta membuat Dhera bahagia.
Pasalnya, ia melihat dengan jelas, bagaimana tangis kesedihan serta raungan Danesh, ketika melihat tubuh Renata lebur di antara ledakan besar malam itu.
Maka dengan berat hati Dhera melangkah pergi, kendati dua garis merah telah ia lihat dengan jelas pagi ini.
Memilih menjauh dari kehidupan Danesh dan segala yang berhubungan dengan pria itu. Namun, lagi-lagi, suatu kejadian kembali mempertemukan mereka.
Akankah Danesh tetap menepati janjinya?
Bagaimana reaksi Danesh, ketika Dhera tetap bersikeras menolak lamarannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#30. Sama-sama Tak Mau Mengambil Alih•
#30
Daddy Andre membalas pelukan Dean tak kalah erat. “Sudah berapa lama di Singapura? Kenapa tak mengabari Daddy dan Mommy.”
“Rencananya Aku akan memberi kejutan, tapi Daddy keburu datang. Jadi boleh kan, kalau aku tak pulang ke Jakarta?”
Plak!!
“Dasar Anak nakal!”
Tiba-tiba mommy Bella datang dari dalam rumah, ia memukul punggung Dean, setelah mendengar kalimat pria itu.
Dean nyengir, namun sesaat kemudian berganti memeluk erat wanita yang telah berjasa melahirkannya ke dunia tersebut. “Kangen, Mom.”
“Kenapa tak pulang?” tanya mommy Bella, sedikit kesal, namun tetap memeluk Dean dengan erat.
“Sungguh, Mom, pelatihan yang sedang kuikuti sebentar lagi berakhir. Dan sesudahnya Aku sudah berencana pulang ke Jakarta sebelum kembali ke London.” Dean kembali menjelaskan yang sebenarnya. “Tapi Mommy dan Daddy terlanjur datang, ya sudah Aku tak perlu ke Jakarta.”
“Bohong, Mom, Dia bohong.” Bukannya membela Dean, Danesh justru menjadi kompor yang siap memanaskan suasana.
Namun Dean menjulurkan lidahnya, sebagai bentuk ejekan.
“Mommy juga rindu Aaron, kenapa tak membawanya? Mommy tak keberatan jika harus mengasuhnya, selama Kamu di Rumah Sakit.”
“Aku juga mengatakan itu padanya,” imbuh Danesh.
Dean menggaruk kepalanya yang tak gatal, “Aaron baru saja masuk primary school, Mom. Dan Kami bisa kena denda, kalau Aaron sering membolos.” Kendati Dean tak berbohong, tetap saja mommy Bella cemberut kesal.
Jika saja Celline bersedia tinggal di Indonesia, tentu mommy Bella tak akan kesulitan bertemu Aaron.
“Ya sudah, ayo masuk dulu. Kamu sudah makan?” tanya Mommy Bella. “Bibi Manda masak banyak hari ini, karena tahu Kamu pasti kemari.”
“Sudah, Mom. Nanti malam saja, Aku makan lagi.”
•••
Sepanjang sisa hari itu, mereka habiskan dengan obrolan hangat, saling bertukar cerita karena daddy Andre dan mommy Bella memang jarang sekali berkumpul dengan kedua putra mereka, karena resiko pekerjaan Dean dan Danesh.
Sedikit banyak Dhera mulai mengenal seperti apa keluarga suaminya, seperti apa Daddy dan Mommy mertuanya memperlakukan anak-anak mereka walau rentang jarak dan waktu kerap memisahkan mereka. Namun sungguh salut, karena hal itu tak membuat hubungan mereka jadi renggang.
Keinginan Dhera tidaklah mewah, tak harus disambut dengan pelukan hangat atau hidangan mewah. Dhera hanya ingin pulang kerumah dengan tenang, mengistirahatkan tubuh dan pikiran dari penatnya beban pekerjaan yang selama ini mengungkung hidupnya.
Tapi apa? Setiap kali pulang, ia selalu disambut dengan kalimat menyakitkan dari bu Rita, serta sindiran-sindirannya yang seolah tak pernah ada habisnya. Lalu ayahnya juga selalu datar, karena efek pekerjaan, Ayah Randi menjadi pria yang sulit mengekspresikan perasaannya, kendati Dhera tahu pria itu sangat menyayangi keluarganya.
“Oh, iya, Dhera … Daddy boleh mengatakan sesuatu padamu?” tanya daddy Andre.
Dhera menatap Danesh sebelum menjawab pertanyaan, Danesh mengangguk, bahkan mengusap pundak sang istri, seolah memberikan dukungan dan kepercayaan penuh atas apa yang nanti ia putuskan. “Silahkan, Dad.”
Daddy Andre meletakkan cangkir tehnya diatas meja, kemudian menegakkan posisi duduknya. “Sesekali, bawa Suamimu bertemu keluargamu, biar Dia juga kenal dengan kedua orang tuamu.”
Dhera menelan ludahnya, mendadak wajahnya pucat, bahkan ia terlihat enggan melanjutkan pembicaraan mereka. “Aku … “
Danesh menggenggam tangan Dhera, “Kapanpun kamu siap, Aku akan menamanimu ke sana, Aku pun ingin mengenal orang tuamu, sama dekatnya dengan orang tuaku,” bujuk Danesh.
Dhera menghela nafas perlahan, ia mengumpulkan keberanian, serta menyingkirkan keegoisannya, sebelum mulai berbicara. “Mmm … Dad, Mom, bukan Aku tak ingin berkunjung. Aku justru sangat ingin pulang, menemukan tempat istirahat, bahkan kadang aku juga ingin bersembunyi.” Dhera menggosok kedua telapak tangannya.
“Aku tak berharap disambut dengan jamuan mewah atau pesta meriah, cukup tidur tenang di kamarku saja, itu sudah sangat menyenangkan. Tapi sepertinya itu terlalu mewah untuk Kudapatkan.” Dhera mengusap air matanya, setangguh-tangguhnya Dhera, ia tetap seorang wanita yang memiliki hati lembut walau terbungkus kerasnya cangkang ketangguhan.
Mommy Bella bergeser, ia berpindah ke sofa panjang yang diduduki Danesh dan istrinya. Ia membawa Dhera ke pelukannya, “Mommy mengerti, Daddy juga hanya bermaksud membantu memperbaiki hubunganmu dengan kedua orang tuamu, tapi jika saat ini masih terlalu berat, maka lakukan pelan-pelan saja.” Mommy Bella berbisik seraya mengusap punggung dhera. “Sekarang, menepilah dulu, tenangkan dirimu dulu, dan nikmati masa-masa kehamilanmu. Jangan ragu untuk mengatakan keinginanmu, kalau suamimu yang pengangguran ini kehabisan uang, bicara sama Mommy.”
“Momm … Aku tidak semiskin itu.” Danesh menggerutu.
“Iya, tapi nyaris jadi gelandangan, karena tak mau kerja.”
“Mana ada? Aku mengundurkan diri karena Mommy yang
meminta.” Danesh kembali membantah.
Dhera terkejut, karena baru mengetahui rupanya Danesh sudah berhenti dari kepolisian.
“Tapi bukan berarti Mommy memintamu jadi pengangguran, Mommy menawarkan kursi kosong di kantor pusat toko emas Mommy. Tapi kamu tolak, kan?” 🤧
“Ya kan karena Mommy tahu, aku tak bisa duduk diam di depan meja.” cicit Danesh dengan wajah manyun. “Lebih baik aku berlari seharian, dari pada harus duduk di depan meja kerja, selama satu jam.”
Akhirnya Mommy Bella hanya bisa menghembuskan nafas, tak tahu lagi bagaimana caranya membuat Danesh mau mengambil alih jewelry star.
“Lagian, anak Mommy bukan cuma Aku, kenapa harus Aku kalau bisa Dia.” Danesh menunjuk Dean.
“Aku, memang di sana butuh dokter? Atau selalu ada pasien kritis setiap waktu? Berani bayar berapa Kamu menyuruhku ke sana?” Tantang Dean.
Mommy Bella dan Daddy Andre sama sama memijat pelipis mereka, kedua anak mereka sama-sama tak mau mengambil alih Jewelry Star, justru sibuk saling tunjuk. Padahal Jewelry Star bukanlah perusahaan kecil, mereka tinggal meneruskannya saja. Tapi sepertinya itu masih menjadi masalah besar yang hingga kini belum menemukan solusi.
“Kenapa bukan menantu Mommy saja?” cetus Dean.
Otomatis semua mata tertuju pada Dhera. “Kenapa Aku? Aku sama dengan Kapten, gak pernah bekerja di belakang meja,” jawab Dhera gugup.
“Kamu bisa belajar, Sayang. Mommy ada di belakangmu. Pasti menyenangkan kalau Celline juga bersedia.”
“Celline terlalu mencintai pekerjaannya, apalagi ia baru saja mendapatkan promosi, akan semakin susah membujuknya.”
Lagi-lagi pembicaraan mereka menemui jalan buntu, perasaan yang terpendam dalam hati, seolah kembali menyeruak ke permukaan, padahal mommy Bella berusaha menguburnya dalam-dalam. Ia memandang Dean yang kembali terlibat perbincangan dengan daddy Andre.
‘Seandainya dulu Kamu tak mengakhiri hubungan dengan Adhis, mungkin kini kalian sudah menikah, dan Mommy bisa menyerahkan urusan perusahaan padanya, juga pada Dhera.’
Sesal tak terucap itu terus membayangi pikiran mommy Bella, seseorang yang sejak bayi ia idamkan menjadi menantunya, kini sudah menjadi istri orang, apa boleh dikata karena jodoh adalah ketetapan Tuhan, tak ada yang bisa melawan atau menolak.
•••
Selamat berjuang bang Qomar,pasti bnyk yg dukung termasuk daddy Andre💪
buat Bastian,sabar Bas sabar🤭
Selamat untuk Dhanesh & Dheera...
Sehat" yaa kalian.....
wow...wow.....
Bastian cemburu euy.....🤣🤣🤣🤣🤣
Paling mulutnya yang rame macam petasan
Kamu msh cinta Dhesi kan...? Ayo benjuang lagi....
Cemungutz Qomar....😂😂😂😂😂
Alhamdulillah,,akhirnya Bu Rita sadar juga...
Eh....siapa gerangan yg diruangan dokter Gadisha...?
Tenang saja Qomar atawa Marco Bu Rita kan gak tahu kalau kamu polisi yg hebat , anak buahnya kapten Danesh??🤔😇😇