Ellia Naresha seorang gadis kecil yang harus menjadi yatim piatu diusianya yang masih sangat muda. Setelah kepergian orang tuanya, Ellia menjalani masa kanak-kanaknya dengan penuh siksaan di tangan pamannya. Kehidupan gadis kecil itu akan mulai berubah semenjak ia melangkahkan kakinya di kediaman Adhitama.
Gavin Alvano Adhitama, satu-satunya pewaris keluarga Adhitama. Dia seorang yang sangat menuntut kesempurnaan. Perfeksionis. Dan akan melakukan segala cara agar apa yang diinginkannya benar-benar menjadi miliknya. Sampai hari-hari sempurnanya yang membosankan terasa lebih menarik semenjak Ellia masuk dalam hidupnya.
Cinta dan obsesi mengikat keduanya. Benang takdir yang sudah mengikat mereka lebih jauh dari itu akan segera terungkap.
Update tiap hari jam 08.00 dan 20.00 WIB ya😉🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nikma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Desiran Aneh
8 Tahun kemudian ...
Seorang gadis menggeliat di balik selimutnya saat cahaya fajar mulai menerobos melalui sela-sela jendela kamarnya. Gafis itu segera bangun dan duduk terdiam mengumpulkan nyawa beberapa saat di atas tempat tidurnya. Setelah kesadarannya sudah sepenuhnya pulih, ia bangkit dan membuka jendela kamarnya. Cahaya fajar langsung menyerang masuk tanpa permisi dan membuatnya sedikit mengerjap karna silau.
Namun, hangat mentari pagi itu membuat senyum cerah juga muncul di wajah cantiknya. Gadis itu tak lain adalah Ellia. Berlalunya waktu, sudah banyak mengubah penampilan gadis kecil itu. Usianya saat ini sudah 21 tahun. Dan saat ini Ellia sedang menempuh kuliah di salah satu kampus swasta terkemuka di kota itu. Semua itu berkat kecerdasannya, sehingga ia bisa mendapatkan beasiswa penuh di kampus besar.
Ellia segera keluar kamar dan menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuknya dan paman Yunus. Semenjak Ellia mamasuki sekolah menengah atas sebelumnya, ia sudah mengambil alih urusan dapur. Awalnya paman Yunus tak mengizinkan, namun karena Ellia terus memaksa akhirnya paman Yunus pun tak bisa menolak.
"Selamat pagi paman." Sapa Ellia saat melihat paman Yunus baru keluar juga dari kamarnya. paman Yunus tersenyum dan berjalan duduk di kursi meja makan.
Bisa Ellia lihat wajah paman kesayangannya itu kini semakin menua. Keriput yang sudah samar di wajahnya dulu, kini semakin jelas terlihat dan bertambah banyak. Bahkan, sudah ada beberapa uban yang muncul di rambut dan kumisnya.
"Paman, aku buatkan madu hangat yaa." Tanya Ellia sedikit memaksa.
"Aku mau kopi ..."
"Gak boleh paman, pagi-pagi minum kopi itu gak baik untuk kesehatan. Paman juga uda makin tua, harus lebih jaga kesehatan ya. Ellia buatkan madu hangat dan lemon, oke. Ini perintah, aku gak mau bantahan." Seru Ellia tegas tanpa mau penolakan. Ia sangat mengkhawatirkan paman Yunus. Apalagi, pamannya itu sudah ada riwayat darah tinggi. Ellia tak ingin melihat paman Yunus sakit.
"Gadis kecil ini, sekarang uda berani memberi perintah padaku ya.." Seru paman Yunus sambil menatap Ellia dengan salah satu alis terangkat.
"Aku sudah bukan anak kecil lagi paman. Usiaku saat ini sudah 21 tahun. Aku sudah jadi wanita dewasa sekarang. Dan sekarang saatnya paman yang harus mendengarkan perintahku." Jawab Ellia menantang dengan tangan terlipat di dada.
"Hahaha.. Tapi, tinggimu saja masih belum melebihiku. Kamu juga kurus kecil begitu. Kalau aku bersin, kamu pasti langsung terpental Ellia." Ejek paman Yunus dengan tawanya yang menggelegar.
"Aku bukannya pendek. Paman saja yang terlalu tinggi. Dan ini bukan kurus paman, tapi ideal tau. Bukankah aku terlihat cantik dari semua kakak-kakak pelayan di sini?" Puji Ellia pada dirinya sendiri. Paman Yunus yang mendengar itu semakin tertawa terbahak-bahak.
"Hmm, jadi begitu penilaianmu pada kakak-kakak pelayan kesayanganmu itu ... Kira-kira bagaimana ya, pendapat mereka kalau tau adik kesayangan mereka ini diam-diam membandingkan dirinya sendiri dengan mereka?" Ancam Paman Yunus.
"Tidak!!! Jangan paman!!! Kakak-kakak pelayan juga cantik kok. Semua cantik. Aku gak bermaksud seperti itu paman. Sungguh. Aku hanya bercanda ... Hmm, sebagai gantinya, ku rasa aku cukup cantik di kampus. Sepertinya, banyak yang menyukaiku juga di kampus." Sanggah Ellia dan kembali memuji dirinya sendiri lagi. Namun, respon paman Yunus berbeda dengan tadi. Kali ini, ia terlihat tidak suka.
"Kalau ada yang mengganggumu tendang saja titik lemahnya. Kamu sudah tau kan, sesuatu yang berada di tengah-tengah kaki laki-laki itu? Itu adalah titik paling ampuh untuk melupuhkan lawan." Pesan pamannya tegas. Dan kali ini, Ellia yang tertawa lebar.
"Hahaha.. Baik paman. Kalau ada yang macam-macam sama Ellia, pasti akan langsung aku tendang dan crak!!" Ucap Ellia sambil memecahkan telur ke atas penggorengan. Paman Yunus terlihat sangat puas melihat itu.
Paman Yunus, memang sudah mengkhawatirkan Ellia dari lama. Semenjak ia melihat pertumbuhan Ellia yang beranjak dewasa. Paman Yunus sadar, bahwa kecantikan Ellia akan mengundang banyak serangga menghampirinya.
Ironisnya, karena latar belakang Ellia yang dari keluarga sederhana, membuat paman Yunus semakin takut Ellia akan ditindas dan diperlakukan semena-mena oleh orang-orang kaya. Maka dari itu ia sudah mengajarkan, beberapa teknik dasar untuk melindungi dirinya sendiri.
"Ngomong-ngomong kamu juga harus berhati-hati dengan bocah bernama Ares itu. Dia juga seorang pria. Kamu hatus tetap waspada dengannya, sedekat apapun kalian." Seru paman Yunus yang mendadak mengingat Ares yang merupakan satu-satunya teman pria dekat Ellia.
Hubungan Ellia dan Ares memang masih baik sampai sekarang. Dan semenjak Kuliah, Ares yang sudah mendapatkan izin mengemudi langsung dibelikan hadiah oleh orang tuanya sepeda motor, agar sang putra tidak perlu lagi naik kendaraan umum.
Semenjak itu pula, Ares sering memberikan Ellia tumpangan. Tiap pagi, Ares selalu mengusahakan menjemput Ellia. Sedangkan kalau pulang, selama jam mata kuliah mereka tidak bertabrakan maka Ares bisa mengantar Ellia pulang. Kalau tidak Ellia, akan naik bus seperti biasa.
Ellia sama sekali tak keberatan dengan hal itu, justru ia tak enak hati karena terus merepotkan Ares. Apalagi, Ares juga tak mau menerima uang ganti bahan bakar dari Ellia. Namun, karena Ellia terus memaksa, akhirnya Ares lebih memilih agar Ellia mentraktirnya makan saja. Baik itu dengan masakan Ellia atau jajan-jajan kaki lima yang mereka temui sepanjang jalan saat perjalanan pulang.
"Paman ... Ares itu laki-laki yang baik. Ellia sudah lama mengenalnya dan ia sama sekali gak pernah punya skandal dengan perempuan manapun. Jadi, paman tenang saja." Jawab Ellia berusaha menenangkan paman kesayangannya itu.
"Tetap saja, kamu gak boleh lengah." Seru paman Yunus bersih keras.
"Iya-iya baiklah. Sudah bahas Aresnya. Ayo sarapan." Ajak Ellia setelah sarapan sederhana yang ia buat sudah jadi.
...
Setelah bersiap-siap Ellia segera bergegas berangkat ke kampus. Paman Yunus sudah berangkat kerja setelah sarapan tadi. Ellia segera berjalan melewati jalan setapak yang langsung mengarahkannya ke jalan utama Adhitama. Itu adalah jalan alternatif tanpa harus melewati kediaman utama dan gerbang tentu saja.
Setelah keluar dari hutan, ia bisa melihat Ares sudah menunggunya dengan berdiri bersandar di atas sepeda motornya sambil bermain ponsel. Ide jail muncul di benak Ellia. Ia berjalan mengendap-endap dan baru ketika ia sudah di dekat Ares ...
"Doorrr!!!" Seru Ellia menganggetkan Ares. Ide jail itu sukses besar. Ares hampir saja jatuh terduduk karena terlalu terkejut.
"Hahahaha.. Maaf-maaf ..." Ucap Ellia sambil melihat wajah terkejut Ares.
Temannya itu tak banyak berubah. Selain memang dari tinggi dan wajahnya yang semakin terlihat dewasa. Bagi Ellia ia tetap pemuda narsis yang sempat mengganggunya dulu.
"El, kamu iseng banget sih?!" Seru Ares sambil mencubit ke dua pipi Ellia dengan gemas.
"Aw! Aw! Aw! ... Sakit tau Res. Ampun-ampun. Gak bakal aku ulangi lagi deh. Pliss ..." Teriak Ellia kesakitan, padahal Ares tak benar-benar mengeluarkan tenaganya.
Ares segera melepas cubitan dari pipi Ellia dan mengusapnya sebentar. Seakan ia ingin menghilangkan rasa sakit yang Ellia rasakan. Ellia hanya terdiam membiarkan Ares mengusap pipinya. Rasanya hangat dan lembut. Bahkan, ada sedikit perasaan lain dalam hatinya. Tapi, Ellia masih belum tahu, perasaan apa itu.
"Mangkannya, jangan iseng." Ucap Ares sambil memakaikan helm pada Ellia.
"iya bawel. Ayuk, kita akan terlambat nanti." Ajak Ellia setelah drama kejahilannya usai. Ares hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kemudian ia segera naik ke sepeda motor diikuti Ellia.
"Pegangan yang erat." Perintah Ares dan seperti biasa Ellia dengan sigap akan memeluk Ares dari belakang.
Pada awalnya, Ellia tak mau melakukan itu. Ia cukup memegang baju atau pundak Ares saja. Namun, karena kejahilan dan modus Ares yang mengendarai motornya dengan sedikit ugal-ugalan, Ellia jadi takut dan akhirnya memilh menuruti kemauan Ares. Dan sampai ia jadi terbiasa sekarang.
Desiran aneh mulai terbentuk di hati Ellia. Perasaan apakah itu?
.
.
.
Bersambung ...