Ayana Malika Ifana, harus rela menjadi pekerja terselubung demi membayar uang sekolah, dirinya bekerja disebuah perusahaan sebagai cleaning servis karena usianya yang belum genap 17 tahun, jadi dirinya dipekerjakan diam-diam oleh tetangganya yang bekerja bebagai kepala bagian, dan karena membutuhkan uang AMI panggilan nama singkatan miliknya, rela menjadi pekerja terselubung untuk mendapatkan uang.
Dan dirinya juga harus terjebak dengan pria yang dia panggil OM, pria itu yang sudah membuat dirinya kehilangan semua mimpinya.
Bagaimana Ayana Malika Ifana, bisa melalui ujian hidupnya, dan dipertemukan dengan pria yang sudah matang untuk usianya yang belum genap 17 tahun.
Yukk ah, kepoin ceritanya, hanya di NovelToon, jika terdapat cerita yang sama maka itu adalah plagiat, karena saya hanya membuat karya ini hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Acara sekolah 2
Ami duduk di dekat taman, yang dekat dengan toilet dirinya tidak berani untuk melangkah ke kerumunan siswa/i yang sedang berkumpul di lapangan sekolah, Meskipun dirinya menyelinap bisa tapi Ami tidak bisa menutupi bajunya yang robek karena tas yang dia bawa dia titipkan pada Olive.
Dan mungkin sekarang Olive sedang menunggunya, karena tidak kembali-kembali.
Ami bisa mendengar suara riuh para siswa yang berserak, entah apa yang mereka sorakan tapi lebih jelas suara jeritan para siswi sekolah.
"Ck, kenapa gue jadi be*go begini sih." Ami menendang batu kecil di depannya dengan kaki yang beraslaskan sepatu.
Suara tepuk tangan riuh kembali ketika telinganya mendengar seseorang sedang berpidato, karena menggunakan pengeras suara jadi Ami bisa mendengarnya tanpa harus melihat.
Tiga puluh menit Ami duduk di sana dan sama sekali tidak ada yang lewat, adapun yang lewat Ami tidak mengenal mereka.
Ami berharap Olive mencarinya dan menjadi Dewi penolongnya.
"Terima kasih banyak untuk bapak Nathan yang terhormat, kami sebagai guru dan kepala sekolah beserta staf lainya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan bapak yang membatu sekolah kami untuk lebih maju lagi, dan pasti anak-anak kami yang berprestasi akan sangat senang dan lebih giat belajar." Ucap pak kepala sekolah kepada Nathan, tamu penting donatur terbesar di sekolah itu.
Nathan hanya tersenyum tipis. Dirinya mengedarkan pandangannya dengan masih menggunakan kaca mata hitam, dan Nathan masih melihat seorang gadis yang sejak dirinya naik panggung masih duduk di sana.
Nathan menjadi penasaran apakah gadis itu tidak menyukai acara penting di sekolahnya ini.
Setelah sambutan dan ucapan terima kasih, Nathan turun dari atas panggung.
"Gue ke toilet sebentar." Ucap Nathan pada Ando yang berdiri di bawah menunggunya.
Ando hanya mengangguk tanpa menjawab.
Panggung yang Nathan naikin memang tinggi, apalagi postur tubuhnya juga tinggi, oleh karena itu Nathan bisa melihat ke semua penjuru arah, termasuk di mana seorang siswa duduk sendiri.
Ami yang kesal karena menunggu Olive tidak datang, dan perutnya yang sudah lapar akhirnya Ami memilih untuk berdiri, dirinya berniat untuk mengendap-endap agar tidak ada yang melihat jika bajunya robek.
"Apa kamu tidak bisa menghargai acar di sekolah ini."
Deg
Ami yang sudah berdiri berhenti mematung, tubuhnya masih membelakangi orang yang bicara.
"Apa kamu juga tidak punya sopan santun pada orang yang lebih tua." Suara datar dan ketus kembali terdengar.
Nathan kesal karena gadis didepanya hanya diam mematung tanpa menjawab pertanyaan nya ataupun berbalik badan.
Karena kesal tidak di hormati, Nathan maju dan membalik tubuh gadis itu dengan menarik bahunya.
"Aaakkh." Ami menjerit dengan menutup dadanya.
Glek
Nathan menelan ludah melihat pemandangan di depannya.
"Om, apa-apaan sih." Ami berteriak dengan masih menutup bagian dadanya yang terkpose, meskipun sedikit, tapi mampu membuat orang yang melihatnya menelan ludah kasar.
Mendengar teriakan Ami, membuat Nathan sadar dirinya melihat kesekeliling untung masih sepi.
Nathan buru-buru melepaskan jas yang dia pakai, lalu memakaikan pada Ami. "Pakailah jika kamu tidak ingin aku makan disini." Ucap Nathan sambil memasangkan jasnya di tubuh Ami, bukan hanya itu Nathan tanpa sadar mengancingkan juga jasnya, dirinya seperti tidak rela jika orang lain melihat kulit putih gadis didepanya ini.
Ami diam mematung, dirinya menghirup aroma maskulin parfum yang Nathan pakai, sungguh wanginya Ami sangat menyukainya.
Nathan menatap wajah Ami." Wajah kamu kenapa selalu muncul di depan saya." Ucap Nathan setelah selesai memakaikan jas nya, dan mundur satu langkah.
Nathan ingat jelas wajah gadis di depannya ini, pertama di kantornya saat Ia terjatuh karena kepeleset, kedua di toko perlengkapan makanan hewan yang dia pelihara, ketika disekolah yang dia sumbang dana.
Ami menatap pria di depannya dengan kening mengkerut. "Bukanya Om, yang selalu mendatangi saya." Jawab Ami dengan wajah biasa saja.
Nathan malah terkekeh. "Untuk apa saya mendatangi bocil seperti kamu, di kira saya sugar Daddy kamu." Ucap Nathan dengan geleng kepala, lalu dirinya berbalik untuk meninggalkan Ami. "Lain kali pakai baju seragam yang benar, jika kamu tidak ingin di terkam buaya." Nathan tersenyum Devil, sebelum benar-benar meninggalkan Ami.
"Buaya, disini ada buaya." Ami yang polos pun ketakutan, melihat kesekeliling takut ada buaya.
"Bunda...Ami ngak mau di makan buaya..!!" Ami lari dengan berteriak, dirinya berlari sampai melewati Nathan, Ami pun tidak peduli. Yang penting dirinya pergi dari tempat buaya.
"Ck, gadis bocil." Nathan hanya geleng kepala melihat Ami yang berlari kencang dengan berteriak buaya, tanpa sadar membuatnya tersenyum kecil.
"Tunggu dia masih sekolah." Gumam Nathan yang baru ingat gadis yang memakai seragam cleaning servis di kantornya ternayata masih sekolah, dan di perusahaan Nathan tidak ada yang boleh menerima karyawan yang berstatus masih pelajar, lalu kenapa gadis barusan bisa bekerja di kantornya.
.
.
"Ya ampun Ami, kamu dari mana?" Olive yang melihat Ami berlari dengan memakai jas kedodoran bingung.
"hosh..hosh..." Ami membungkuk dengan memegangi lututnya suara napasnya ngos-ngosan. "A-ada buaya Ol," Ucap Ami dengan napas tersengal.
"Atur napas kamu dulu Ami, kayak abis dikejar setan aja." Olive memberi Ami botol minum yang dia bawa.
Dan Ami langsung menegaknya hingga tandas, karena air itu tinggal setengah.
Setelah lebih tenang barulah Ami mengehela napas lelah. "Aku tungguin kamu Ol, tapi kamu tidak datang-datang." Ucap Ami pada Olive yang hanya mengernyitkan keningnya.
"Kan kamu mau ketoilet, seharusnya kan aku yang nungguin kamu."Olive manatap Ami heran. "Lagian kamu pakai jas siapa? dan kenapa juga pakai jas?" Tanya Olive dengan menyentuh jas yang Ami pakai.
Ami menunduk melihat jas yang dia pakai, ingatnya kembali pada kejadian beberapa waktu lalu dengan Om-om yang menyebalkan itu.
"Tadi aku bertemu Nesya_" Ami menceritakan kejadian bersama Nesya tadi, dan kenapa juga dirinya bisa memakai jas seperti ini, tapi Ami tidak tahu siapa om-om yang menolongnya.
"Duh, pasti om-om itu ganteng ya Mi, kayak pak Nathan tadi." Ucap Olive yang mengingat pria dewasa dan matang yang berdiri di atas panggung tadi.
Ami memincingkan mata. "Jangan menghalu Ol, jangan doyan sama pria dewasa apalagi om-om duh." Ami bergeridik membayangkannya om-om yang Olive katakan, tapi jika om-om seperti yang dia lihat tadi sih sepertinya masih bisa dibicarakan.
"Yeee,, kamu belum tau pak Nathan tadi seperti apa? dia adalah pria idaman wanita."
Plak
Ami memukul bahu Olive. "Idaman kamu aja kalii.." Ami ngeloyor pergi setelah berucap, Olive yang kesal pun mengejar Ami.
.
.
"Lah, lu dari mana? kenapa tinggal pakai kemeja doang." Ucap Ando seperti emak-emak kepo.
"Ck, buruan balik gih, mau jadi pedofil lu disini." Ucap Nathan melirik Ando sinis.
Pasalnya Ando berdiri di samping mobil dan bersandar dengan kaca mata hitam dan bermain ponsel. Dan Ando tidak sadar jika dirinya menjadi pusat perhatian para siswi sekolah itu.
"Aduh busettt, udah kaya ayam di tepungin nih gue, banyak mangsa."Ucap Ando malah cengengesan dan tebar pesona.
"Lah, apartemen lu buat gue." Ucap Nathan ketika melihat tingkah absure Ando.
"Eh, jangan dong kan gue gak nikahin bocil." Jawab Ando yang langsung masuk kedalam mobil.
Mobil sport Nathan meninggalkan area sekolah itu dan meninggalkan kekecewaan para siswi yang masih ingin melihat wajah tampan nya.
gak prhatian ma istri harta juga gk hbis2 buat apa mngabaikan istri kmu.istri hilang baru tahu rasa kmu