Novel ini terinspirasi dari novel lain, namun di kemas dalam versi berbeda. Bocil di larang ikut nimbrung, bijaklah dalam memilih bacaan, dan semua percakapan di pilih untuk kata yang tidak baku
-Entah dorongan dari mana, Dinar berani menempelkan bibirnya pada mertuanya, Dinar mencoba mencium, berharap Mertuanya membalas. Namun, Mertuanya malah menarik diri.
"Kali ini aja, bantu Dinar, Pak."
"Tapi kamu tau kan apa konsekuensinya?"
"Ya, Saya tau." Sahutnya asal, otaknya tidak dapat berfikir jernih.
"Dan itu artinya kamu nggak boleh berenti lepas apa yang udah kamu mulai," kata Pak Arga dengan tegas.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon An, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Kedatangan Latifa membuat Dinar menjadi kesal. Bagaimana tidak, dia dengan santainya tinggal di rumah suaminya. Meski pun Dinar tau, rumah suaminya besar memiliki banyak kamar kosong. Namun bukan berarti Latifa dapat menginap sebebas yang dia mau.
Dinar memperhatikan Latifa yang sejak tadi berbincang dengan keluarganya dengan nyaman. Dan sekali lagi Dinar merasa tidak nyaman karena kedatangannya.
"Jadi seseru itu, Fa?"
"Mau lah kapan-kapan di ajak sekali-kali!" Kata Arin tampak antusias.
"Boleh..! Nanti aku izinin sama Om Arga gimana? Biar bisa ikut ke sana!"
"Beneran nih?"
"Iyaa Rin, suer ewer ewer..," Candanya.
"Asikk! Gas lah kalau gitu."
Umur Latifa memang tidak jauh beda dengan Arin, dan tentunya seumuran dengan Dinar. Tapi, entah kenapa Dinar merasa terancam, meski perempuan itu tidak melakukan sesuatu yang menyakitinya.
Merasa panas sekali, Dinar bangkit tiba-tiba, membuat semuanya menoleh ke arahnya.
Adik iparnya mengerjapkan mata, dan membuka suara, "Mbak mau ke mana? Udah sini aja sama aku sama Latifa, Liat foto-foto ini, bagus loh Mbak!"
"Enggak Rin, Mbak mau ambil air minum, haus. Sebentar ya," Celetuknya beralasan.
Dinar memutuskan pergi dari sana. Lebih baik dia ke dapur melakukan sesuatu, dia tidak ingin terus menatap Latifa. Bisa-bisa dia lempar menggunakan apapun yang ada di sekitarnya.
Saat Dinar melangkah menuju ke dapur, suaminya ternyata mengikutinya. Dia memanggil Dinar dengan lembut. Suara lembut itu, yang selama ini selalu Dinar rindukan selama seminggu tidak bertemu.
"Nara sayang," Langkahnya terhenti. Dinar membalikan tubuh, dan melihat tubuh jangkung suaminya dengan wajah rupawannya sudah di berada membelakanginya.
"Kenapa Mas?"
"Bisa aku minta tolong?" Tanyanya sepontan.
Keningnya mengkerut, "Minta tolong apa? Kalau aku bisa lakuin, Nara akan lakuin."
"Jangan bersikap acuh." Mohonnya.
"Acuh? Maksud Mas?" Dinar mendengar helaan napas dari bibir suaminya. Meski pelan, tapi telinganya masih menangkap.
"Mas perhati'in, kamu gak suka kehadiran Latifa di rumah ini." Dinar menggelengkan kepala, Ternyata karena wanita itu? Bahkan Vano sampai mengejarnya? Cih!
Pertanyaannya? Istri mana yang sanggup melihat suaminya pulang dengan membawa wanita lain? Bahkan mengizinkannya untuk tinggal di rumah mereka?
"Apa Nara harus gitu? Gimana bisa Nara bohongi perasaan Nara sendiri, Mas. Istri mana yang gak marah, suaminya pergi dalam waktu yang cukup lama, lalu pulang bawa perempuan, pernahkah Mas ngerti perasaan istrimu ini?" Tunjuk Dinar pada dadanya sendiri, wanita itu tampak begitu kecewa dan sakit hati.
"Sayang, Mas tau. Tapi Latifa itu bukan orang lain. Mas udah anggap dia adik sendiri. Toh usianya sama seumuran Arin dan mungkin seumuranmu."
"Dan aku juga Mas anggap gitu?" Lanjutnya.
Dinar memutar bola matanya malas, matanya jelas berkaca-kaca. "Jadi, Mas mau aku bersikap baik sama dia?"
"Gimana pun dia tamu di rumah ini." Terang Vano.
Suaminya mendekat, menggenggam telapak tangan Dinar. Mengelusnya, lalu memberikan sebuah kecupan menenangkan di kening, seolah menenangkan Dinar. Dinar merasa luluh, terlebih tatapan sendu terlihat di wajah suaminya.
Bahkan tanpa di jabarkan pun, di dalam hati pria itu dia sadar telah menyakiti hati istrinya, tapi dia hanya mau istrinya bisa bersikap baik pada Latifa. Karena-pun menurutnya Latifa hanyalah orang berstatus asistennya, tidak lebih.
"Percayalah, Mas gak ada hubungan apa-apa sama dia, cuman sekedar asisten Mas doang, Mas itu cintanya sama kamu, istri Mas sendiri, mengerti? Yaudah jangan mikir aneh-aneh lagi okey!" Ungkapnya.
"Hmm, yaudah. Dinar bakal turuti apa yang Mas bilang." Dinar merasa tubuhnya di tarik, Pria itu membawa istrinya ke dalam dekapannya. Dinar merasa sedikit lega, merasa nyaman di dalam dekapannya.
Begitu lama tidak dia rasakan, sentuhan suaminya secara langsung seperti ini. Meluap semua rindu yang dia pendam berhari-hari lamanya. Dinar merindukan suaminya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dinar mempersiapkan makan malam bersama. Menu kali ini adalah ayam gulai. Suaminya memang juga menyukainya, Dinar sengaja membuatnya untuk membuat suaminya senang.
Saat hampir selesai, Dinar mendengar derap langkah kaki. Dinar mendongak, melihat Latifa yang ternyata berada di dapur.
"Mbak?" Sapanya.
Dinar jujur tidak menyukai kehadirannya, walaupun pun sebelumnya suaminya sudah membujuknya untuk tidak bersikap acuh. Namun, Dinar berusaha terbiasa karena permintaan suaminya.
"Kenapa? Ada yang kamu butuhkan?" Tanyanya tanpa senyum, terkesan datar. Dinar memang akan bersikap baik, namun tidak bisa diganggu gugat jika dia berpura-pura menyukainya.
"Aku mau bantu Mbak siapkan makan malam. Boleh Mbak?" Tanyanya tenang, jujur dia sedikit takut sikap Dinar yang tadinya seperti..,
"Gak perlu. Kamu boleh tunggu aja, makanan bakal segera siap. Balik ke dalam," Katanya.
"Tapi, aku nggak enak. Beneran Mbak. Aku udah numpang, masa, aku gak ngelakuin apa-apa? Ibaratnya adalah buat lunasi hutang budi sama keluarga Om Arga." Tuturnya pelan.
Dinar hampir tertawa di dalam hati. Dia menatapnya menghela napas, "Kamu ngerasa gak enak? Mau balas budi? Cukup diam sama tenang gak usah bantu saya, udah benar. Saya ingatin lagi buat kamu, Fa, kamu tamu. Udah selayaknya kami sebagai keluarga memuliakan tamu kan?"
Latifa nampak sedikit tercengang wajahnya mendengar ujaran Istri bos-nya. Dinar senang. Setidaknya dia tau kalau Dinar tidak akan menyukainya sama sekali.
...BERSAMBUNG, ...
Dinar sll membayangkan sentuhan lembut pak arga sll memabukan dan sll ketagihan sentuhan mertuanya...
Pak arga sll memperlakukan dinar sangat so sweet dan romantis bingit dan sll nyaman berada di dekat pak arga....
lanjut thor..