Aku di kenal sebagai gadis tomboy di lingkunganku. Dengan penampilanku yang tidak ada feminimnya dan hobby ku layaknya seperti hobby para lelaki. Teman-teman ku juga kebanyakan lelaki. Aku tak banyak memiliki teman wanita. Hingga sering kali aku di anggap penyuka sesama jenis. Namun aku tidak perduli, semua itu hanya asumsi mereka, yang pasti aku wanita normal pada umumnya.
Dimana suatu hari aku bertemu dengan seorang wanita paruh baya, kami bertemu dalam suatu acara tanpa sengaja dan mengharuskan aku mengantarkannya untuk pulang. Dari pertemuan itu aku semakin dekat dengannya dan menganggap dia sebagai ibuku, apalagi aku tak lagi memiliki seorang ibu. Namun siapa sangka, dia berniat menjodohkan ku dengan putranya yang ternyata satu kampus dengan ku, dan kami beberapa kali bertemu namun tak banyak bicara.
Bagaimana kisah hidupku? yuk ikuti perjalanan hidupku.
Note: hanya karangan author ya, mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34: Kisah yang Terungkap
Hari itu seperti biasa, aku sibuk dengan kegiatanku di kafe yang berada dekat kampus. Terkadang sudah menjadi kebiasaanku untuk menutup kafe menjelang sore sebelum melanjutkan aktivitasku di kampus atau pulang ke rumah. Namun, aku tidak tahu bahwa sore ini hidupku akan berubah drastis.
Galaksi, suamiku, tampaknya lupa satu hal penting, dunia kampus tidak selalu ramah terhadap rahasia. Apalagi, ketika menyangkut seorang mahasiswi tomboy sepertiku yang ternyata sudah menikah dengan pria populer seperti Galaksi.
Awal Kehebohan
Kehebohan bermula ketika seorang teman sekelas Galaksi dikampus, Dita, tak sengaja melihat kami di kafe. Saat itu, Galaksi sedang membantu aku merapikan meja dan kursi. Dita yang penasaran mendekati kami.
“Eh, Galaksi? Kok bantuin Senja di sini? Kamu jadi barista sekarang?” tanya Dita sambil tersenyum usil.
Galaksi hanya tertawa. “Bantu istri sendiri masa nggak boleh?”
Dita tersentak. “Istri?”
Aku langsung terdiam, bingung bagaimana merespons. Galaksi, di sisi lain, terlihat santai.
“Iya, istri. Jangan bilang-bilang dulu ya. Tapi kalaupun bocor, ya udah,” ujar Galaksi santai sambil mengangkat bahu.
Dita bergegas pergi dengan ekspresi campur aduk antara terkejut dan tidak percaya. Tidak butuh waktu lama, gosip itu menyebar seperti api.
Konfrontasi Rifki
Aku menyadari perubahan suasana kampus keesokan harinya. Beberapa teman sekampus menatapku dengan pandangan aneh, sebagian lagi berbisik-bisik di belakangku. Tapi, yang paling membuatku kesal adalah kehadiran Rifki, salah satu mahasiswa yang sejak dulu selalu merasa aku adalah ancaman.
Rifki adalah putra salah satu pemilik kampus, dikenal sebagai pria arogan yang suka mencari masalah. Ia tidak pernah menyukaiku, apalagi sejak aku pernah menegurnya secara langsung di depan umum.
Ketika melihat dia sedang mengganggu mahasiswa lain yang memang tak memiliki keberanian menghadapi dia dibelakang gedung kampus. Rifki langsung menyudutkanku. “Jadi, benar ya? lo nikah sama Galaksi? Dasar cewek sok hebat! lo pikir lo siapa? gue rasa Galaksi akan menyesal telah menikahi cewek setengah jadi-jadian seperti lo.”
Aku menatap Rifki tajam. Aku tidak suka diserang seperti ini, apalagi di tempat umum. “Apa urusan lo? Hidup gue, pilihan gue. Kalau lo nggak suka, ya sudah. Nggak perlu ikut campur!”
Namun, Hendri tidak puas. “Ikut campur? Jangan sok suci, Senja. lo itu cuma pura-pura baik. Galaksi matanya hanya tertutup. Atau jangan-jangan Galaksi menikahi Lo hanya untuk memanfaatkan apa yang Lo punya."
Aku mendengus. aku ingat betul insiden itu. Beberapa bulan yang lalu, aku menegur Rifki karena mengganggu seorang mahasiswa yang tidak sengaja menyenggol dia, dan membuat bukunya jatuh berserakan. Dan ia dendam hingga kini kepadaku.
“Gue ikut campur karena lo salah, Rif. Jangan bawa-bawa masa lalu kalau lo sendiri nggak mau berubah,” balasku dengan nada tegas.
Rifki semakin marah. Ia mendekat dengan ekspresi penuh kebencian. Tapi sebelum ia bisa berkata lebih banyak, sebuah suara tenang tapi tajam terdengar.
“Cukup, Rif!”
Galaksi muncul dari arah belakang, tatapannya tajam ke arah Rifki. Ia berjalan mendekat dan berdiri di antara aku dan anak pemilik kampus ini.
“Lo nggak berhak ngomong kayak gitu ke istri gue,” kata Galaksi, suaranya tegas.
Rifki terlihat terkejut, tapi ia segera menguasai dirinya. “Istri? Serius, lo? Kenapa lo pilih cewek kayak dia? Ada banyak cewek lain yang lebih cantik buat Lo bro.”
Galaksi tertawa kecil, tapi jelas terlihat kemarahan di matanya. “Karena gue tahu siapa Senja sebenarnya. Dia lebih dari cukup buat gue. Kalau lo nggak suka, itu urusan lo, bukan urusan gue dan istri gue.”
Aku menatap Galaksi dengan rasa terharu. Di balik sifatnya yang santai dan konyol, Galaksi selalu tahu cara melindunginya.
Dampak Kehebohan
Setelah kejadian itu, kabar tentang pernikahanku dan Galaksi menyebar semakin luas. Banyak mahasiswa dan dosen yang terkejut, bahkan tidak percaya.
“Kok bisa ya, Galaksi nikah sama Senja? Mereka beda banget!” ujar salah satu mahasiswa.
“Eh, padahal Galaksi itu anak ustadz terkenal, ya walaupun sudah almarhum. Kok malah sama cewek tomboy?” sahut yang lain.
Namun, ada juga yang mendukung mereka.
“Kalian nggak tahu, ya? Senja itu hebat, lho. Dia mandiri, pekerja keras, dan pintar. Lagian, siapa kita buat ngehakimi?”
Aku awalnya merasa tidak nyaman dengan semua perhatian ini. Tapi Galaksi selalu ada untuk menenangkanku.
“Mereka cuma iri, Sayang,” ujar Galaksi sambil mengacak rambutku. “Kita nggak perlu mikirin apa kata mereka.”
“Tapi aku nggak suka jadi pusat perhatian,” keluhku.
“Tenang aja. Nanti mereka bosan sendiri. Lagian, bukannya kamu bilang aku suka bikin hal-hal nggak masuk akal? Anggap aja ini salah satu aksi aku,” canda Galaksi.
Aku hanya bisa menggelengkan kepala, tapi senyum kecil muncul di wajahnya.
Momen Damai di Tengah Kekacauan
Malam itu, setelah kejadian di kampus, Aku dan Galaksi memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama di apartemen.
Galaksi mengambil gitar akustiknya dan mulai memainkan beberapa nada. Ia tahu musik selalu menjadi pelarian ku dari stress, tentu saja dia tahu sejak kami menikah.
“Lagu apa yang kamu mau, Sayang?” tanyanya.
Aki berpikir sejenak. “Apa aja, asal jangan aneh-aneh.”
Galaksi tertawa. “Oke, aku nyanyi lagu favorit kamu.”
Ia mulai menyanyikan lagu dengan suara lembutnya, membuat Aku merasa tenang. Setelah beberapa saat, Aku bergabung, menyanyikan bait-bait lagu bersamanya.
Ketika lagu selesai, Galaksi menatapku dengan senyum hangat. “Lihat? Dunia boleh ribut, tapi kita selalu punya tempat buat tenang. Di sini, bersama.”
Aku mengangguk. Aku tahu, apapun yang terjadi di luar, selama ada Galaksi di sisiku, aku bisa menghadapi semuanya.
“Terima kasih, Kak,” bisikku.
“Buat apa?”
“Buat selalu ada. Buat selalu percaya sama aku.”
Galaksi menghela napas pelan. Ia menarik aku ke dalam pelukannya. “Selalu, Sayang. Aku selalu ada buat kamu.”
Malam itu, meski dunia luar penuh dengan gosip dan drama, kami menemukan kedamaian dalam kebersamaan.
To Be Continued...
apa yg dikatakan Senja benar, Galaksi. jika mmg hanya Senja di hatimu, tidak seharusnya memberi Maya ruang dalam hidupmu. padahal kamu tahu betul, Maya jatuh hati padamu.
Tidak bisa menjaga hati Senja, berarti kesempatan lelaki lain menjaganya. jangan menyesal ketika itu terjadi, Galaksi