Hari pernikahan adalah hari bahagia, dimana di satukan nya dua hati dalam satu ikatan suci. Tapi sepertinya, hal itu tidak berlaku untuk Keyra.
Tepat di hari pernikahannya, ia justru mengetahui pengkhianatan calon suaminya selama ini dan hal itu berhasil membuat hati Keyra hancur. Dia menyesal karena tidak mendengarkan keluarganya dan memilih percaya pada calon suaminya.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur dan Keyra harus menerima semua konsekuensinya.
Keyra dengan tegas membatalkan pernikahan mereka di depan tamu undangan. Tapi, ia juga berkata jika pernikahan ini tetap akan di gelar dengan mengganti mempelai pria. Dia menarik seorang pria dan memaksanya menikah dengannya tanpa tahu, siapa pria itu.
Bagaimana kehidupan Keyra selanjutnya? Akankah pernikahan Keyra berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Keyra duduk di kursi dengan laptop yang menyala di depannya. Jari-jarinya mengetik cepat, mencari peluang pekerjaan di berbagai situs. Matanya terpaku pada layar, membaca deskripsi demi deskripsi, mencoba menemukan yang sesuai dengan keahlian dan impiannya.
Di sudut meja, tumpukan dokumen seperti CV, portofolio, dan surat lamaran terlihat rapi, hasil kerja keras yang telah ia persiapkan selama dua hari terakhir. Namun, meski begitu, rasa khawatir tetap menyelinap di benaknya. “Apakah aku cukup baik?” pikirnya, seraya membaca persyaratan yang tampaknya semakin tinggi.
Keyra mencoba tetap optimis, meski ada keraguan, tapi mengingat tatapan remeh Alexio, membuat tekadnya semakin kuat. Dan tanpa berfikir panjang, ia menekan klik pada tombol "kirim lamaran" dan berharap lamaran yang ia kirim, bisa membuahkan hasil. Walaupun harapannya kecil, tapi dia tahu, berhenti bukanlah pilihan.
Hari semakin siang, tapi hal itu tidak menghalangi tekadnya. Dia menggulung lengan bajunya dan melanjutkan pencarian. Beberapa pekerjaan tampak menarik, tapi ada juga yang membuatnya berpikir dua kali. “Tidak apa-apa,” gumamnya pelan, meyakinkan dirinya untuk terus berusaha.
Tanpa Keyra sadari, di balik pintu, ada sosok yang terus memperhatikannya. Siapa lagi jika bukan Alexio. Dia tidak melarang Keyra yang menggunakan ruang kerjanya untuk bersemedi, mencari pekerjaan secara online.
Dia hanya ingin melihat, apakah ada perusahaan yang menerima Keyra, dengan kemampuan yang pas-pasan? Bahkan pengalaman kerja saja, wanita itu tidak mempunyai nya.
Tapi, ia memilih untuk tetap diam karena ia tidak ingin membuat Keyra berkecil hati.
"Argh, lelahnya!" Keyra meregangkan otot-ototnya. Dia berhenti sejenak untuk mengistirahatkan matanya. Namun tiba-tiba , sebuah email masuk. Dia membukanya dengan jantung berdebar, berharap kabar baik yang datang.
"Perusahaan MA Group?" gumam Keyra. Dia membaca email yang di kirim oleh pihak perusahaan tersebut dengan jantung yang berdetak kencang, dengan mata yang menyipit, takut membaca setiap kata yang tertera di sana.
"Di terima? A-aku di terima?" kedua mata Keyra membelalak sempurna. Dia mendekatkan wajahnya pada laptopnya , seolah tidak percaya dan membaca sekali lagi email tersebut. "Iya, benar. Aku di terima. Yey!!!" Keyra bersorak senang, Dia melompat dari kursinya, tidak peduli seberapa keras lantai berderak saat dia menghentakkan kakinya. Tangannya terkepal di udara, bersorak seperti seorang pemenang yang baru saja meraih gelar juara.
"Akhirnya, aku mempunyai pekerjaan," gumamnya senang. "Tidak-tidak, besok aku masih melewati sesi wawancara, jadi, aku tidak boleh senang dulu." Hati Keyra meluap-luap dengan rasa bangga dan kebahagiaan. Semua kerja keras selama dua hari ini, akhirnya terbayar sudah. Dia berlari keluar dengan senyum yang melebar, tapi langkahnya terhenti saat tanpa sengaja melihat Alexio di sana.
"Ekhm!!" Keyra mengubah ekspresi wajahnya. Dia berjalan dengan angkuh, dengan kepala yang tegak dan langkah yang tegas. “Aku sudah mendapatkan pekerjaan. Maksud ku, besok aku akan melakukan wawancara, dan aku yakin bisa di terima bekerja di sana," ucap Keyra.
Alexio melipat kedua tangannya di depan dada dengan senyum miring. " Memangnya, perusahaan mana yang mau menerimamu, hm? Aku rasa, mata mereka bermasalah karena sudah menerima lamaran yang kau kirim. Hah, aku jadi merasa kasihan pada mereka karena sebentar lagi akan bangkrut karena dirimu," ejek Alexio
"Kau !" Keyra mengepalkan tangannya dan menarik nafas dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku tidak peduli dengan ucapan mu. Yang jelas, sebentar lagi, aku akan bekerja di perusahaan MA Group dan menghasilkan uang. Hmph!" Keyra melengos pergi, meninggalkan Alexio yang menatap remeh dirinya. Dia harus menahan diri untuk tidak berteriak, memaki pria itu. Lebih baik, ia menunjukkan kemampuannya, untuk membalas setiap hinaan pria itu padanya.
"Kau terlalu percaya diri, Keyra," gumam Alexio. Dia terus menatap punggung wanita itu yang semakin menjauh. Dan setelah Keyra tidak terlihat, ekspresi wajah Alexio seketika berubah. Dia merogoh ponselnya di dalam saku dan menghubungi asistennya.
"Cari tahu tentang perusahaan MA Group," perintahnya. Tanpa menunggu jawaban dari asistennya, Alexio memastikan sambungan telepon tersebut begitu saja dengan tangan yang menggenggam erat ponselnya.
...****************...
Pagi itu terasa berbeda. Langit cerah, udara segar, dan ada semangat yang menggelitik di dada, bercampur dengan sedikit rasa gugup.
Ya, hari ini Keyra akan pergi ke perusahaan MA Group, untuk melakukan wawancara kerja. Dia memakai baju kerja yang ia beli menggunakan uang pemberian keluarganya, sebagai hadiah pernikahan yang gagal.
Dia berdiri di depan cermin, memastikan penampilannya sebelum berangkat ke kantor. Blazer hitam dengan potongan ramping membingkai tubuhnya dengan sempurna, dipadukan dengan kemeja putih yang menambahkan kesan profesional. Celana panjang berwarna senada membuat tampilannya terlihat modern dan elegan.
Rambutnya ditata dengan sederhana, terikat rendah, menambah kesan formal namun tetap anggun. Sepasang sepatu hak tinggi berwarna nude melengkapi penampilannya, memberikan sentuhan yang membuatnya terlihat percaya diri. Sebuah jam tangan mungil menghiasi pergelangan tangan kirinya, memberikan kesan bahwa dia menghargai waktu.
Dia meraih tas kerja kulit berwarna cokelat gelap, memeriksa isi di dalamnya untuk memastikan semua dokumen sudah siap. Dengan sekali pandang ke cermin, dia tersenyum kecil, merasa puas dengan penampilan yang mencerminkan dedikasi dan kesiapan.
"Perfect," gumamnya. Keyra melangkah keluar dari kamar dengan langkah ragu tapi penuh tekad. Dia melirik suaminya yang duduk santai menikmati secangkir kopi dengan surat kabar di tangannya. "Aku pergi dulu," pamit Keyra.
Alexio hanya berdeham sebagai jawaban. Pandangannya fokus pada surat kabar, seolah tidak tertarik dengan istrinya yang sudah pergi dari hadapannya.
Tapi sayangnya, semua itu tidak sepenuhnya tepat, karena setelah kepergian Keyra, Alexio menampilkan wajah masam dengan mulut yang menggerutu tidak jelas.
"Cih, kenapa dia berpenampilan seperti itu? Memangnya, dia ingin memperlihatkannya pada siapa? Dasar menyebalkan," gerutu Alexio.
...****************...
Setelah menempuh perjalanan menggunakan taksi, Keyra tiba di tempat tujuan. Suasana ramai segera menyambutnya. Orang-orang sibuk dengan kegiatan masing-masing, sementara dia berdiri di luar, merasa seperti orang asing. Tapi bukannya mundur, dia menarik napas dalam-dalam dan melangkah masuk ke gedung pencakar langit yang berlogo MA Group tersebut
Awalnya, segalanya terasa canggung. Gerakannya kaku, pandangannya sesekali melirik orang lain untuk memastikan dia tidak melakukan kesalahan. Dengan langkah yang ragu, ia mendekat ke meja resepsionis untuk bertanya, "Selamat pagi, saya Keyra Arvina. Saya mengirimkan surat lamaran ke perusahaan ini, dan di minta datang untuk melakukan wawancara.
"Oh, nona Keyra, ya. Silahkan ke lantai dua dan menunggu di ruangan yang sudah di sediakan. Sebentar lagi HRD akan datang melakukan wawancara dengan calon karyawan," ujar resepsionis.
"Terima kasih." Keyra tersenyum tipis dan bergegas ke lantai dua, dimana wawancara akan di lakukan. Jantungnya terus berdetak kencang, takut ia tidak akan di terima. Tapi ia tidak akan menyerah, masih ada beberapa lamaran pekerjaan yang ia kirim ke berbagai perusahaan, dan ia akan mencobanya terus sampai salah satu dari perusahaan tersebut menerimanya.
"Huh!" Keyra menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Dia duduk di kursi panjang, bersebelahan dengan beberapa wanita yang datang dengan tujuan yang sama dengannya.
Tidak berapa lama, seorang wanita dengan wajah tegas dan tatapan tajam, terlihat melewati nya dan masuk ke ruangan yang di gunakan untuk wawancara. Hal itu membuat tubuh Keyra menegang. Dalam hati, ia terus berdoa, mendapatkan hasil yang baik.
Satu persatu dari mereka mulai di panggil, dan masuk ke ruangan tersebut. Terus seperti itu, sampai pada giliran Keyra. Dia berdehem pelan, mencoba menenangkan dirinya dan masuk ke ruangan tersebut.
Cukup lama ia di dalam sana. Berbagai pertanyaan yang di lontarkan, bisa ia jawab dengan baik, memberi kepuasan tersendiri untuknya, walaupun ada rasa gugup dan ragu. Tapi, ia sangat yakin jika ia bisa.
Ketika akhirnya, setelah dia menyelesaikan langkah pertamanya, senyum kecil muncul di wajahnya. Bukan karena hasilnya sempurna, tapi karena dia berhasil mendapatkan apa yang menjadi tujuannya.
Ya, ia di terima sebagai karyawan di perusahaan tersebut, membuatnya tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. "Aku di terima!! Yes! Aku di terima. Akhirnya, aku mendapatkan pekerjaan juga. Dengan begini, Alexio tidak akan berani mengejekku lagi," ucapnya senang. Dia melanjutkan langkahnya, pergi dari ruangan tersebut dan berencana untuk merayakan keberhasilannya. Tapi langkahnya terhenti, saat suara seseorang yang cukup familiar, menyapa dirinya.
"Key!!"
Deg
ʙɪᴀʀ ᴍᴀᴍᴘᴜs ᴅʏ
..ᴄᴘ" ᴢ